Angela menarik nafas menenangkan diri agar ibunya tidak mengetahui perasaan kecewanya saat ini.
"Selamat siang, ibu" salam Angela.
Hening, tidak ada sahutan dari ibunya.
"Ibu, ibu." Panggilnya lagi.
Matanya memperhatikan tiap sudut rumahnya. Dia berlari semakin ke dalam. Di ruang tengah yang biasa digunakan untuk menonton TV bersama dia melihat sosok ibunya duduk. Legalah perasaannya.
"Rupanya hanya fikiranku saja yang tidak nyaman. Buktinya Ibu sementara menonton TV" ujarnya.
Pelan - pelan ia mendekati ibunya. Terlihat di meja di depan ibunya ada beberapa amplop. Tapi satu amplop yang digenggam ibunya dengan erat seolah olah tidak mau dilepaskan.
"Semoga ibu tidak mendengar pertengkarannya tadi." Batinnya.
"Tapi, ini seperti ada yang salah... " Mata Angela membulat. Ia hampir tak percaya apa yang dilihatnya. Memang benar ibunya ada didepannya. Tetapi mata ibunya terpejam, tubuhnya seperti tidak bergerak.
"Ibuuu...." Angela memegang tangan ibunya.
Dingin. Hanya itu yang ia rasakan. Pikirannya kacau, air matanya tidak lagi mengalir.
Goncangan jiwanya semakin bertambah. Kepalanya tertunduk, dunianya menjadi gelap seketika ia pingsan dipangkuan ibunya.
30 menit sebelumnya
Pov Laras
Ardan tiba - tiba datang ke rumah. Aku tahu dari suara mobil yang masuk di halaman rumah. Dengan tertatih tatih aku mau menyambutnya. Aku sangat bahagia.
Semalam aku bermimpi Ardan datang ke rumah. Ia mengatakan padaku sangat bahagia dengan istri dan anak perempuannya. Aku sangat bahagia. Istrinya adalah aku. Anak perempuan itu pasti Angela, anakku, buah cinta kami. Sedari tadi pagi, aku berkutat di dapur untuk membuat masakkan kesukaannya. Semoga doa dan harapanku menjadi kenyataan, suamiku kembali padaku seperti semula.
"Laraas" itu suara suamiku, Ardan. Cepat - cepat aku berjalan, tangan kananku sekuat tenaga menopang pada tongkat yang ku pegang agar aku tidak jatuh.
"Iya" jawabku. Senyumku yang merekah tiba - tiba lenyap. Di depan TV, Ardan duduk bersama seorang wanita dan seorang gadis cantik.
"Duduklah" Ardan menunjukkan sofa lain.
Aku duduk tidak mengerti, bingung dengan yang terjadi saat ini. Tapi dari wajah mereka bertiga, aku yakin ada yang tidak beres. Wanita ini, entah mengapa aku seakan pernah melihatnya. Tapi dimana? Ardan rupanya mengetahui kebingunganku. Tanpa aku bertanya dia segera memperkenalkan wanita itu.
"Laras, tentu kamu tidak lupa. Ini Aliana " ucapnya membuat jantungku seakan berhenti memompa.
Aku teringat, dia Aliana, selingkuhan Ardan lalu saat kami masih berpacaran. Dia masih cantik berbeda denganku. Tetapi apakah pengorbananku tidak cukup untuk menutupi kecacatanku?
"Dan ini ..." Ardan menunjuk gadis disampinya. aku terkesiap. Wajah gadis itu mirip dengan Angela, putriku.
" Dia Ana, putriku. Kakak Angela" lanjutnya, menambah rasa sakitku.
"Hahahaha" aku tertawa menahan sakit di jantungku.
Ardan terkejut dengan reaksiku.
"Mas, kamu jangan bercanda. Bagaimana mungkin Angela punya kakak. Dia anak kita berdua, satu satunya. Apa mas lupa?" Ucapku
Gadis itu, Ana, tiba - tiba menangis. Memohon mohon kepadaku.
"Tante Laras. Aku tahu tante sayang pada ayah. Tapi tante aku mohon jangan menjadi perusak hubungan ayah dan ibu. Sudah cukup selama ini tante bahagia atas penderitaan kami. Sekarang, izinkan kami bahagia dengan ayah. Hiks, hiks,hiks." Tangisnya sambil memeluk Ardan.
"Perusak hubungan?" Aku bingung dengan ucapan gadis itu.
"Iya, kata ayah. Ayah tidak bisa bersama kami karena tante. Tante jahat. Tante jahat. Kumohon sebagai perempuan tante melepaskan ayah" tambahnya lagi.
Aku terkejut. Kutatapi wajah Ardan. Meminta penjelasan. Namun Ardan hanya tanpa tada bersalah dia mengelus kepala gadis itu.
Dari sikapnya aku tahu bahwa dia sudah memfitnahku. Air mataku meleleh. Aku saat ini sakit dan membutuhkannya namun yang dia lakukan lain dari yang aku inginkan. Inikah balasan yang aku terima? Saat dia sakit aku meninggalkan semua pekerjaanku, menjaganya siang dan malam agar keadaannya membaik, tapi saat ini kebaikanku seperti debu dimatanya.
Aku menarik nafas menenangkan diri. Saat ini aku harus kuat, demi Angela aku harus bertahan. Jika aku menyalurkan amarahku maka kematian ada di depanku. Sebisanya aku menjawabnya dengan ucapan yang lembut.
"Nak, tanyakan pada orang tuamu kebenarannya terlebih dahulu sebelum berkata ..." Belum selesai aku berkata Ardan menyela ucapanku.
"Tidak, Laras. Ana adalah anakku. Sebelum kita menikah, Aliana sudah hamil anakku. Sekarang aku sudah menikahi Aliana. Laras mengertilah. Kamu tenang saja Angela akan dapat hak yang sama dengan Ana" Ardan, suaminya berbicara menutupi kenyataan yang sebenarnya.
Ucapannya itu menjadi pembenaran bahwa sebelum mereka menikah Ardan berhubunganan dengan Aliana, akulah yang menjadi perebut.
"Bagaimana bisa kamu menyandingkan anakku dengan anak haram ini? Ingat separuh perusahaanmu itu milikku" aku mulai memanas.
"Tidak, Laras. Apa kau lupa. Kau telah menandatangi surat penyerahan kekuasaan kepadaku setelah kau kecelakaan." Sanggahnya.
"Surat perjanjian itu isinya kau hanya menggantikanku selama Angela masih sekolah. Setelah ia berumur 20 tahun perusahaan akan jatuh ke tangannya." Jelasku
Aliana dan Ana terkejut mendengar ucapanku.
"Hiks, tante. Apa tidak cukup uang yang ayah berikan padamu selama ini? Mengapa memperlakukan ayah seperti itu?" Isak Ana.
Anak ini hanya dengan ucapannya seakan akulah yang bersalah disini. Kulihat wajah Ardan sedih menatap anaknya itu. Kupikir tentu mereka tidak akan mendapat sahamku.
"Ana..." Kulihat Ardan memeluk dan mencium putrinya itu dengan lembut seperti lada Angela.
"Tunggulah ayah di mobil" kata Ardan pada anaknya
"Baiklah, Ayah." Ana menunduk dan pergi menunggu di mobil.
Anak yang penurut dan manis namun dalam darahnya mengalir darah penghianat, ****** dan penipu. Sayang sekali.
"Laras, sebenarnya surat perjanjian yang kamu tanda tangani waktu itu isinya pemindahan kekuasaan. Kamu kecelakaan, para investor ingin kepastian. Maka aku mengganti surat perjanjian yang kamu buat melalui kuasa hukum karena aku suami juga ayah dari Angela. Perusahaan itu sudah atas namaku" jelas Ardan.
Jantungku mulai nyeri. Aku menahan sesak didadaku. Pikiranku kalut. Aku ingat pesan dokter agar tidak berpikir terlalu keras namun ini tentang Angela. Bagaimana bisa seorang suami menipu istrinya sendiri bahkan mengambil hak anaknya.
"Bagaimana mungkin Pak Bayu menghianatiku dan membuat surat palsu?"lirihku.
"Pak Bayu membuat karena aku memberikan surat pernyataanmu bahwa kamu akan menyerahkan perusaahan padaku, ingat berkas yang kamu tanda tangani sewaktu di rumah sakit. Salah satunya tentang itu. Aku tidak ingin kita merugi karena hal lainnya. Jadi aku berbuat demikian. Tapi kamu bisa lihat. Perusaahan kapas dan pakaian yang aku kelola berkembang pesat. Kamu juga tidak rugi. Kamu tenang saja walaupun kamu tidak bekerja lagi aku akan mengirimkan uang ke rekeningmu bahkan walau kita bercerai" tutur Ardan
Suamiku ini sepertinya tidak ingin aku berlama lama hidup di dunia.
"Ardan... sebagai istri... aku sudah melaksanakan tugasku. Aku menghormatimu sebagai suamiku. Aku menopangmu. Aku setia padamu. Jika semuanya itu menjadi penyebab kau berbuat seperti ini, aku terima. Ardan... berhati-hatilah dalam hidupmu kedepannya. Tuhan tidak buta... ingat apa yang kau tabur itu yang kau tuai..." ucapku yang hanya dianggap angin lalu oleh suamiku. Tanpa ragu dia pergi meninggalkanku dengan berjuta penyesalan.
Akh, bagaimana bisa usaha yang aku rintis menjadi miliknya bersama wanita lain? Bagaimana mungkin anak orang lain yang mencicipi hasilnya? Angela anakku maafkan kebodohan ibumu ini. Aku sudah dibutakan oleh cinta. Aku sungguh menyesal.
Andai waktu dapat diulang aku tidak akan menyerahkan asetku. Ini semua salahku yang terlalu mencintai sampai sampai ditipu seperti ini. Semoga hidupmu kedepannya tidak sepertiku.
Tidak, aku harus kuat. Aku harus hidup buat Angela. Setelah mereka pergi aku akan mengajukan tuntutan ke pengadilan agar anakku mendapat hak yang semestinya. Aku harus kuat.
Aku mengepalkan tangan, mencoba menguatkan tubuhku yang sudah lemah. Bibirku terus-menerus menyebut nama Tuhan, berharap masih diizinkan hidup sampai besok. Setidaknya aku akan memperjuangkan kehidupan layak untuk anakku. Angela, satu-satunya yang membuat aku kuat menjalani hidupku. Aku harus tetap hidup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ra2_Zel
Hai thor,aku mampir.Salam dari novel Nikah Muda.
Nb.Tolong nulisnya kasih paragraf,biar enak di bacanya.tetap semangat ya.
2021-11-13
1