5. Kurir Bunga

Ai P. O. V

“Pagi, Oma?” Sapa ku pada wanita paruh baya yang kini sedang menjabat sebagai bos di tempat ku bekerja. Menepikan sepeda, aku kemudian membawa langkah ku mendekati Oma yang kini sedang sibuk merangkai buket bunga Peony yang indah dan berbau harum yang menyegarkan.

“Pagi.” Jawabnya tanpa mengalihkan perhatiannya dari buket bunga tersebut. Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang terjadi di antara kami dan terasa begitu canggung untuk ku. Ya, aku mengatakan ini karena ia adalah bos ku di tempat ini jadi keramah tamahan harus tetap terjaga untuknya.

Tidak ingin mengganggu aktivitasnya, aku mengedarkan pandangan ku ke segala arah untuk mencari sesuatu yang amat sangat ingin ku lihat saat ini. Setelah menatap secara acak akhirnya aku temukan apa yang ku cari di antara bunga-bunga impor yang masih segar dan wangi. Mendekatinya dengan pandangan takjub, mata ku rasanya begitu enggan untuk sekedar berkedip.

Ya, aku menyukainya bahkan sangat menyukainya. Meski fisik ku seperti ini tapi sejatinya aku adalah perempuan mereka bilang. Ada sisi feminim yang tidak dapat dihilangkan dari diriku, seperti perempuan pada umumnya aku juga menyukai bunga. Tidak semua untuk saat ini karena selama bekerja di sini mata penuh kekaguman ku hanya berlaku pada bunga Tulip kuning. Bunga yang indah dan mempesona ini hanya ada di Belanda dan beruntungnya toko bunga tempat ku bekerja saat ini selalu mengimpor bunga ini 3 hari sekali untuk menjaga kualitas dan kesegarannya. Bunga tulip yang di impor juga bukan hanya warna kuning akan tetapi ada berbagai warna yang tidak kalah bagusnya dengan kuning. Namun sayang, sebagus apapun mereka aku sama sekali tidak tertarik dengannya. Entah, tulip kuning seakan punya magnet tersendiri untuk ku. Aku hanya menyukainya dan tetarik pada bunga ini da-

“Ya Tuhan, Ai!” Teriak Oma membuat ku tanpa sadar mundur beberapa langkah ke belakang.

Berjalan tergesa-gesa mendekati ku, “Jauhkan tangan mu dari bunga-bunga ini, bunga ini impor dan kau tak akan sanggup membayar ganti rugi untuk biaya kerusakan yang kau buat.” Marahnya kepada ku. Tidak, aku masih belum menyentuhnya jadi bunga ini tidak akan rusak hanya karena aku melihatnya terus.

“Maaf Oma, aku tidak menyentuh bunga ini sama sekali jadi aku rasa kau salah pa-“

“Bahkan sekalipun kau mengatakan tidak aku tidak akan percaya, ya Tuhan laki-laki mana yang begitu fanatik melihat bunga seperti ini. Menakutkan, kau menakuti ku.” Ia berbicara semaunya, mengatakan hal-hal seperti ini adalah sudah biasa bagi ku dan bodohnya aku masih saja merasakan sakit setelah mendengar omong kosongnya ini. Aku bahkan lebih bodoh lagi dari ini ketika aku tahu bahwa melihat bunga sedekat ini pasti membuatnya marah besar akan tetapi aku tetap tidak perduli dan selalu mendekati bunga ini setiap kali aku temukan di toko bunga. Aku hanya melihat dan tidak menyentuhnya, akan tetapi Oma selalu memberikan reaksi berlebihan jika melihat itu seakan-akan aku adalah hama yang akan merusak bunganya.

“Maafkan aku, Oma.” Hanya ini yang bisa aku katakana untuk meresponnya. Membantah tuduhannya sama saja aku mengakui hal yang tidak pernah aku lakukan, percuma saja.

“Menyingkirlah dari bunga-bunga ini.” Suaranya memperingati yang ku balas dengan anggukan enggan. Menjaga jarak dengan bunga-bunga itu akhirnya Oma bisa sedikit tenang dan kembali sibuk merapikan buket bunga peony yang sempat ia tinggalkan beberapa waktu lalu.

“Oma, aku ingin membeli bunga tulip itu-“

“Berapa batang yang kau beli?” Tanyanya cepat tanpa menunggu ku selesai bertanya.

Meneguk ludah ku kasar, “Berapa harga perbatangnya, Oma?” Tanya ku hati-hati. Walaupun aku bekerja di sini tugas ku hanya sebagai pengantar pesanan jadi wajar bila aku tidak tahu apa-apa tentang harga bunga-bunga yang ada di sini apalagi jika itu adalah bunga impor, aku benar-benar tidak tahu sama sekali tentang harga mereka.

“Memangnya berapa batang yang kau beli?” Tanyanya masih acuh dan fokus pada buket bunga peony tersebut.

“Jika bisa satu batang maka-“

“Tidak bisa, aku tidak menerima pembelian seperti itu.” Suaranya tajam.

Meremat kedua tangan ku, aku berusaha agar tidak gugup dan terlihat tenang.

“Bagaimana jika dua batang-“

“Apa kau tidak mengerti apa yang aku katakan? Aku sama sekali tidak menerima pembelian seperti ini.” Lagi, ia memotong ucapan ku dengan kasar.

Terdiam cukup lama aku berusaha memutar rencana ku agar aku bisa mendapatkan bunga yang aku sukai bahkan walaupun itu hanya satu batang saja aku akan sangat bersyukur dengan itu.

“Oma, apa aku bisa menggunakan gaji ku untuk bulan besok sebagai bayaran untuk bunga yang ku beli?” Tanya ku putus asa. Jika tidak bisa membeli satu atau dua batang maka aku akan membeli satu buket langsung sebagai gantinya.

Tidak seperti beberapa waktu lalu, Oma kini tidak merespon apapun. Menunggunya untuk menyelesaikan aktivitasnya, aku tidak ingin mengulangi pertanyaan yang sama. Aku takut membuatnya terganggu dan berakhir marah kepada ku.

Terpopuler

Comments

Armasa Dewi

Armasa Dewi

knp ai suka tulip kuning ?

2021-09-25

0

Adhe Dhebo

Adhe Dhebo

semangat ai, semangat juga kak othor

2021-09-25

0

lihat semua
Episodes
1 1. Airell Azel
2 2. Ai Kecil
3 3. Mimpi Buruk
4 4. Naif
5 5. Kurir Bunga
6 6. Berharap
7 7. Vano
8 8. Menjijikkan
9 9. Homo Lemah
10 10. Rumah Sakit
11 11. Jangan Mengasihani
12 12. Untuk Angela
13 13. Kenapa Aku Di Sini?
14 14. Cemburu
15 15. Hari Yang Suram
16 16. Kebaikan Mbok
17 17. Bunga Tulip Kuning
18 18. Vano
19 19. Aku Benci
20 20. Aku Paham
21 21. Segelas Susu Hangat
22 22. Hangat
23 23. Jaket Vano
24 24. Dilema
25 25. Angela
26 26. Demam Tinggi
27 27. Wangi Vano?
28 28. Mungkin Saja
29 29. Sarapan Bersama
30 30. Sarapan Bersama (2)
31 31. Bersama
32 32. Impas
33 32. Orang Ketiga
34 34. Banci
35 35. Memar
36 36. Dipecat
37 37. Ada Vano
38 38. Diam!
39 39. Piyama
40 40. Ini Normal'kan?
41 41. Kemarahan Vano
42 42. Bukan Sebagai Teman
43 43. Berjanjilah
44 44. Dokter Ares
45 45. Kecemburuan Angela
46 46. Kecemburuan Angela (2)
47 47. Bioskop
48 48. Menginap
49 49. Kenapa Hujan Tidak Turun?
50 50. Sampai Kapan?
51 51. Bukannya Duduk Samaan?
52 52. Gak Suka Ditolak
53 53. Marah?
54 54. Monster Pengganggu
55 55. Rumor
56 56. Terutama Kamu
57 57. Lagi-lagi Naif
58 58. Takdir Ku
59 59. Lalu Kita Akan Satu Tenda
60 60. Aku Menolak
61 61. Bagaikan Sebuah Mimpi
62 62. Urusannya Sama Gue
63 63. Konyol
64 64. Kamu Salah
65 65. Enggan?
66 66. Terimakasih Tuhan
67 Hello?
Episodes

Updated 67 Episodes

1
1. Airell Azel
2
2. Ai Kecil
3
3. Mimpi Buruk
4
4. Naif
5
5. Kurir Bunga
6
6. Berharap
7
7. Vano
8
8. Menjijikkan
9
9. Homo Lemah
10
10. Rumah Sakit
11
11. Jangan Mengasihani
12
12. Untuk Angela
13
13. Kenapa Aku Di Sini?
14
14. Cemburu
15
15. Hari Yang Suram
16
16. Kebaikan Mbok
17
17. Bunga Tulip Kuning
18
18. Vano
19
19. Aku Benci
20
20. Aku Paham
21
21. Segelas Susu Hangat
22
22. Hangat
23
23. Jaket Vano
24
24. Dilema
25
25. Angela
26
26. Demam Tinggi
27
27. Wangi Vano?
28
28. Mungkin Saja
29
29. Sarapan Bersama
30
30. Sarapan Bersama (2)
31
31. Bersama
32
32. Impas
33
32. Orang Ketiga
34
34. Banci
35
35. Memar
36
36. Dipecat
37
37. Ada Vano
38
38. Diam!
39
39. Piyama
40
40. Ini Normal'kan?
41
41. Kemarahan Vano
42
42. Bukan Sebagai Teman
43
43. Berjanjilah
44
44. Dokter Ares
45
45. Kecemburuan Angela
46
46. Kecemburuan Angela (2)
47
47. Bioskop
48
48. Menginap
49
49. Kenapa Hujan Tidak Turun?
50
50. Sampai Kapan?
51
51. Bukannya Duduk Samaan?
52
52. Gak Suka Ditolak
53
53. Marah?
54
54. Monster Pengganggu
55
55. Rumor
56
56. Terutama Kamu
57
57. Lagi-lagi Naif
58
58. Takdir Ku
59
59. Lalu Kita Akan Satu Tenda
60
60. Aku Menolak
61
61. Bagaikan Sebuah Mimpi
62
62. Urusannya Sama Gue
63
63. Konyol
64
64. Kamu Salah
65
65. Enggan?
66
66. Terimakasih Tuhan
67
Hello?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!