Jakarta, 2012
Kediaman Keluarga Smith
"Ry, kamu sudah siap memulai sekolah di sekolah yang baru?" tanya Ayunda.
"Sudah mom." Jawab Bryan dengan sikap dingin.
Bryan memang dari dulu memiliki sifat dingin dan cuek. Bukan hanya ke orang lain tapi ke daddy dan mommy nya pun sama. Entah dulu ketika Ayunda hamil dia ngidam apa sehingga Bryan terlahir dengan sifat dingin bak kutub es yang tidak pernah mencair.
"Ya sudah ayo daddy antar ke sekolah. Kebetulan sekolahmu satu arah dengan kantor. Itu adikmu Shera juga sudah siap."
"Baik dad." Sahut Bryan sambil mengecek isi ransel dan mengingat barang apa saja yang belum dibawa.
Sepanjang perjalanan, hanya terjadi keheningan di dalam mobil berwarna hitam. Reymond hanya fokus mengendarai mobil memecah jalanan ibu kota yang tidak terlalu macet. Mereka sengaja berangkat lebih pagi agar tidak terjebak macet dan akan sangat merepotkan jika hal itu terjadi.
Tiba-tiba Bryan membuka suara memecah keheningan.
"Daddy, kenapa aku harus pindah sekolah? Rasanya aku lelah harus berpindah-pindah sekolah terus. Aku harus beradaptasi lagi dengan teman-teman baru."
Reymond hanya mengangkat satu alis tak menyangka putra sulung yang terkenal dingin dan cuek bisa protes juga pikirnya.
"Memangnya kamu mau tinggal sendirian di Yogya, sementara daddy-mommy dan adikmu pindah? Nenek mu saja sudah tinggal bersama tante Merlin di Bandung. Suka tidak suka kamu harus ikut pindah agar kami bisa mengontrol pergaulanmu. Remaja di usiamu, sangat membutuhkan pengawasan ektra dari orang tua karena usiamu ini sedang masanya mencari jati diri. Sedikit saja kami lengah maka masa depanmu akan hancur." Tegas Reymond.
"Ya-ya-ya. Daddy selalu benar dan aku selalu salah!"
Hubungan antara keduanya memang tidak akur. Mereka sama-sama keras kepala. Selalu ingin menang sendiri. Tidak sedikit terjadi perdebatan diantara keduanya.
Tiga puluh menit kemudian
...****************...
Sekolah Harapan Pelita Jakarta
Pagi itu, kelas 2 jurusan IPA 2 kedatangan seorang anak baru pindahan dari Yogyakarta namanya Bryan Smith.
Bel sekolah berbunyi
Pak Boby, guru Biologi memasuki ruang kelas nampak seorang anak laki-laki mengikutinya dari belakang.
"Selamat pagi semua. Hari ini kita kedatangan murid baru pindahan dari Yogyakarta, namanya Bryan. Ayo perkenalkan dirimu."
Anak laki laki itu memasukin ruang kelas. Dia memiliki tinggi hampir 170 cm, berkulit putih, rambut hitam tebal dan bermata biru.
"Halo semua, perkenalkan nama saya Bryan Smith. Panggil saja Ry atau Bryan."
"Loh, kamu bisa berbahasa Indonesia?" Tanya salah satu murid perempuan yang duduk dikursi paling depan. Sepertinya dia sangat menyukai anak laki-laki itu.
"Iya, karena mommy saya asli Indonesia. Saya pun sering menggunakan Bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari."
"Wah, blesteran dong. Asik, bertambah satu lagi makhluk tampan di kelas ini." Ucap salah satu murid yang duduk dikursi tengah.
"Mister-mister, I love you full."
Seketika ruang kelas IPA 2 menjadi ramai terdengar suara sorak-teriak dari seluruh murid perempuan yang histeris karena kehadiran Bryan Smith. Sosok pria idaman semua remaja putri.
"Sudah-sudah hentikan. Ini sekolah bukan ajang untuk mencari pacar. Kalian itu perempuan malu sedikit dong. Masa baru ketemu laki-laki tampan sudah ramai seperti pasar. Bapak kan tidak kalah tampan dari Bryan!" Teriak Pak Boby tatkala ruang kelas mulai tidak kondusif.
"Hu..... Bapak narsis!"
Serempak siswa kelas IPA 2 berteriak.
"Bryan, silahkan duduk dikursi kosong itu." Pak Boby mempersilahkan Bryan duduk sambil menunjuk kursi di deretan kedua dari sebelah kanan.
Disebelah kursi itu hanya di isi oleh satu murid perempuan. Namanya Eliza. Dia memiliki perawakan layaknya model. Cantik, putih, tinggi, pintar dan juga populer dikalangan murid laki-laki. Hampir seluruh murid laki-laki disana mengenal Eliza. Dia seperti primadona di SMA Harapan Pelita. Para murid laki-laki mengantri hanya untuk mendapatkan nomor ponselnya. Tidak sedikit dari mereka yang rela mengikuti Eliza ke perpustakaan padahal tempat itu seperti sebuah neraka bagi mereka yang tidak suka membaca.
Bryan berjalan menghampiri kursi yang ditunjuk Pak Boby tadi. Dia langsung memposisikan tubuhnya senyaman mungkin kemudian meletakan ransel dan mengeluarkan semua alat tulis.
Baik Eliza maupun Bryan sama-sama diam karena mereka memiliki karakter yang sama yaitu cuek dan sulit untuk dekat dengan orang lain.
Kegiatan belajar mengajar dimulai
Pak Boby mengajarkan tentang macam-macam organ sel beserta fungsinya. Bagi Bryan, Eliza dan beberapa murid lainnya tidak mengalami kesulitan ketika Pak Boby menyampaikan materi.
Satu jam berlalu dan kegiatan belajar mengajar selesai.
Teng teng teng
Bel tanda istirahat berbunyi
Seluruh murid serempak berlari keluar. Berhamburan ke kantin memesan bermacam macam makanan yang ada disana. Kecuali Bryan dan Eliza. Mereka nampak sibuk dengan buku masing-masing. Terjadi kecanggungan diantara keduanya karena ruang kelas kosong dan hanya menyisakan mereka berdua saja.
"Ehm, toilet dimana?" Tanya Bryan.
Eliza yang nampak kaget secara spontan menjatuhkan buku yang sedang dibaca. Segera dia memungut dan menarik nafas dalam sebelum menjawab pertanyaan Bryan.
"Kamu keluar kelas terus ambil arah kiri, lurus saja sampai mentok nah toilet pria ada disebelah kanan."
"Terima kasih." Kemudian Bryan pergi meninggalkan kelas menuju toilet.
Setelah hajatnya terlaksana, Bryan menggenggam handle pintu namun tiba-tiba pintu tidak bisa terbuka. Dia berusaha berteriak tapi tidak ada satu orangpun yang mendengar. Bryan langsung panik dan keringat dingin langsung bercucuran membasahi sekujur tubuh. Bryan mengalami sindrom phobia terhadap suatu tempat yang sangat sempit karena dulu dia pernah terjebak dikamar mandi saat malam hari dan lampu padam. Sindrom phobia itu terbawa sampai saat ini.
Bryan semakin panik dan masih berusaha untuk berteriak. Disaat sudah kehabisan tenaga, tiba-tiba terdengar suara seorang murid perempuan diluar. Memastikan apakah ada orang di dalam.
Setelah memastikan bahwa benar ada orang yang terjebak di dalam, gadis itu langsung meminta bantuan teman laki-laki nya untuk mendobrak pintu.
Bugh bugh bugh
Percobaan ketiga berhasil dan tanpa pikir panjang, gadis itu langsung menolong Bryan yang sudah terkulai lemas dilantai. Dia langsung memapah keluar dan membawanya ke UKS.
...****************...
Diruang UKS
Bryan masih syok atas kejadian tadi namun sudah sedikit tenang.
"Kamu benar tidak ingin menghubungi orang tuamu?" tanya gadis itu.
"Ti-tidak usah, saya tidak ingin mereka khawatir."
"Baiklah, aku akan menemanimu disini sampai keadaanmu lebih tenang."
"Bagaimana kamu bisa tahu saya terjebak di dalam toilet?"
"Aku hanya kebetulan saja lewat. Tadi aku ke toilet juga dan tidak sengaja mendengar seseorang minta tolong. Kemudian aku berlari mencari pertolongan karena tidak mungkin aku bisa mendobrak pintu itu sendirian. Aku bukan wonder woman yang memiliki kekuatan khusus."
Di dalam hati Bryan berkata "Lucu juga anak ini".
"Saya Bryan, terima kasih sudah menolongku." Ucap Bryan sambil mengulurkan tangan putihnya ke hadapan Eliza.
"Aku Eliza. Iya sama-sama. Aku senang bisa membantumu." Balas Eliza sambil tersenyum.
Sejak saat itu, Bryan dan Eliza menjadi dekat dan mereka menghabiskan waktu bersama baik di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Anne Rukpaida
trnyta ry sma Eliza satu kls 🤔
2021-11-11
1
Little_mom
tinggalkan jejak dulu ah
2021-09-18
4
my_love
Tetap semangat authorku tercayang
2021-09-18
4