Visualisasi Dokter Idris dan Khanza.
Di ruangannya, dokter Idris termenung memikirkan permintaan Nek Sumi, padahal ini bukan kali pertama pasien-pasien nya melamar dia. Yah, sudah sangat sering Idris di minta menikah seperti ini. Resiko jadi dokter tamvan.
namun, kali ini, permintaan Nek Sumi, mengusiknya, binar mata nya tak kala melihat nya keluar dari ruangan itu seolah mengisyaratkan pengharapan.
padahal, ku taksir usia cucunya baru sekitar sembilan belas tahunan, usia remaja yang sedang menggebu untuk mencari jati diri, bukan usia yang terlampau matang hingga harus segera di nikahkan. Namun, apa alasan Nek Sumi ingin segera menikahkan cucun nya, dan kenapa harus dengannya. Orang yang baru ia kenal.
" Astaghfirullah, Idris!, ini bukan yang pertama kalinya untukmu, sudah sangat sering dan bahkan banyak yang sambil menawarkan kedudukan. tapi, kamu biasa aja, tidak sampai kepikiran separti ini. " Idris berbicara pada dirinya sendiri. sambil memijiti kepala dengan tangannya.
Idris tak sadar jika ada seseorang masuk ruangannya.
" Kenapa loh, Dris? " ucap Sam. membuat Idris terlonjat kaget.
" Kamu!, Sam!, masuk ko gak ketuk pintu dulu."
" Udah, kok. Mengetuk pintu hatimu " ucap Sam, lalu mendudukkan dirinya di atas kursi yang berhadapan dengannya.
Idris bergidik mendengarnya. " ih, geli tau. "
Sam terbahak.
" Lagian Napa lu?, kaya orang banyak fikiran aja. Biasannya juga banyak pasien, manah cantik-cantik pula pasiennya. Kayaknnya kalau cewek-cewek liat loh, jantunnya langsung bermasalah deh Dris? " oceh Sam, panjang lebar.
bukannya menjawab Idris malah balik bertanya.
" Ada apa kamu kesini?"
" lah, suka-suka. Kaki juga kaki gue, bukan minjem kaki loh, kan!"
Idris memutar bola matanya malas.
" Dris, lu dah liat grup WA SMA kita?. "
" Ada apa emang?"
" Reuni, Bro, lu dateng gak?"
" Gak minat!, paling di sana cuma liatin orang pacaran "
" Ha ha ,,, lagian lu sih kelamaan ngejomblo. Padahal kan cewek-cewek banyak yang ngantri. Dah lah, bawa satu."
" sorry, aku bukan buaya kaya kamu yah."
" Yaudah, kalau gitu nikahin satu!, kalau kurang tambah lagi. Toh laki-laki jatahnnya empat!" Sam tersenyum bangga.
Idris menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Kamu pikir nikah semudah itu apa!, "
" Udahlah Dris, gue tau Lo masih kepikiran yang dulu kan, move on Dris!. Sampai kapanpun, Dia gak bakal bisa kamu gapai."
mendengar ucapan Sam Idris terdiam, dengan tatapan kosong. sejenak fikirannya berkelana.
Lalu, ia bercerita tentang kegundahannya pada Sam. Tentang nek Sumi yang memintanya menikahi cucunya.
" Ah, lu Dris, kaya baru pertama kali aja dapat tawaran gitu."
" ya, juga sih, tapi, entah kenapa kali ini ... Rasanya berbeda "
" Alah, gak usah rasa-rasa gitu deh, kalau mau ada rasa Lo kasih garem, micin, penyedap rasa, barutuh ada rasannya." Idris menatap tajam pada Sam. Sam yang mendapat tatapan itu, langsung nyengir kuda.
" Sorry, bro. Tapi, ngomong-ngomong cucunya cantik nggak?."
belum sempat Idris menjawab, terdengar suara ketukan pintu.
Tok, tok,tok ....
Sam membukanya, tampak seorang wanita Ter engah-engah menatap dokter yang ia cari. Sam terpaku melihat sosok wanita dihadapannya.
" Khanza!" ucap Idris.
" Tolong ... Nene ... saya dok, Nene ... drop." ucapnnya dengan napas terengah.
Idris bangkit, berjalan setengah berlari mendahului Khanza. seolah ada sebuah penyesalan karna mengabaikan permintaan wanita tua itu. Menerobos masuk ke dalam ruangan.
Sam ikut mensejajarkan langkahnnya dengan Khanza. Ia menahan Za agar tidak masuk ke dalam dan membiarkan Idris menanganinya.
Za mendudukkan dirinya di kursi panjang. matanya tak sanggup lagi menahan air mata hingga bulir-bulir bening itu lolos dari mata indahnya. Sam yang ikut duduk di samping Za berinisiatif memberikan saputangannya, namun di tolak oleh Za, ia lebih memilih mengusap dengan kedua tangannya. Sam meremas sapu tangan itu, matanya tak beralih menatap Za.
Didalam ruangan, akhirnya detak jantung Nene kembali puli. Nenek membuka matanya menatap tajam pada sang dokter lantas tersenyum.
Idris hendak keluar, namun tangannya di genggam sang Nene dan kembali memohon bahkan dengan derai air mata. Meminta Idris menikahi Za.
" Saya mohon dok!, saya takut tidak bisa bertahan lagi, dan ... Agar saya bisa pergi dengan tenang." ucap Nene yang membuat Idris serba salah. Dan akhirnya menerima permintaan nenek.
" Baiklah nek, tapi, kita juga harus bicara pada cucu Nene, dan saya mohon jangan memaksa nya jika ia tidak mau."
" Za pasti mau, dia anak penurut, dia pasti mau menuruti Nene nya!"
bagai menemukan jalan buntu, Idris pasrah pada takdir yang mungkin akan membawanya pada kehidupan yang tak pernah ia sangka-sangka.
Nene tampak bahagia mendengar keputusa dokter Idris, ia meminta sang dokter memanggil cucunnya.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments