Baik Rere maupun Zayn sama-sama telah siap untuk pergi ke tempat janjian, di mana para sahabat mereka menunggu untuk ditraktir. Keduanya melangkah bersama keluar dari apartemen.
"Kita berangkat bersama saja," kata Zayn.
"Kalau ketahuan bagaimana?" tanya Rere.
"Kita pergi bersama dan aku akan beralasan kalau memang menjemputmu dari rumah. Pokoknya pandai-pandai kita buat alasan saja. Mereka tidak akan curiga kalau kita datang bersama kecuali melihat kita keluar dari hotel atau apartemen yang sama," tutur Zayn menjelaskan.
Rere mengangguk kemudian berkata, "Benar juga, ya."
"Kamu tunggu sini. Aku ambil mobil dulu." Zayn melangkah pergi mengambil mobil di parkiran, sedangkan Rere setia menunggu dengan memakai topi serta masker penutup mulut.
Sangat tersiksa karena Rere harus terus berhati-hati menyembunyikan hubungan mereka, tetapi sangat mengasyikkan sebab merupakan suatu tantangan.
Suatu sensasi ketika bertemu orang yang dicintai, tetapi memiliki pasangan lain. Berdosa? Jelas karena Rere menjadi simpanan seorang pria, dan telah berkhianat. Namun satu hal pasti. Zayn bukan suami orang, dan selama janur kuning belum melengkung, ijab kabul belum diucapkan, Zayn bisa direbut.
"Ayo naik!" seru Zayn.
Rere membuka pintu saat mobil berada tepat di depannya. Ia masuk ke dalam sembari membuka topi serta masker yang membuat pengap.
"Pasang sabuk pengamanmu," suruh Zayn.
"Pasangkan, dong."
Zayn menggeleng, tetapi ia menuruti permintaan Rere. Satu kecupan mendarat di pipi lelaki itu, dan tersangka pelakunya hanya menyengir saat Zayn melotot.
Zayn mengambil tisu. Melihat wajahnya di kaca spion, lalu menyeka bekas lipstik milik Rere yang menempel.
"Sengaja pakai lipstik tebal buat ngerjain aku, kan?" terka Zayn. "Bekasnya susah hilang, nih."
Rere tertawa, mengambil alih tisu dari tangan sang kekasih kemudian menyeka pipi Zayn dengan lembut sampai noda lipstik itu menghilang.
"Sudah hilang," ucap Rere.
Zayn mengambil tisu bekas itu, lalu melemparkannya ke tempat sampah. Zayn tersentak. Menaikkan kaca mobil kemudian menyalakan mesin dan berlalu dari gedung apartemen. Tisu yang ia buang tadi tidak masuk ke dalam tong sampah.
Rere tertawa, "Sungguh bukan warga negara yang baik. Buanglah sampah pada tempatnya. Kamu malah membuangnya sembarangan. Mana pakai acara kabur lagi."
"Ini semua karena kamu yang main sosor pipiku. Mana nempel lagi, tuh, lipstik. Aku malas turun lagi buat membuangnya," ucap Zayn.
"Apa pun alasannya, kamu tetap bukan warga yang baik," ucap Rere.
Zayn menepikan mobil di pinggir jalan. Melepas sabuk pengamannya, lalu mencondongkan tubuh untuk mengecup bibir Rere.
"Jangan dekat-dekat," kata Rere sembari tangannya mendorong tubuh Zayn.
"Kamu terus menggodaku." Zayn menarik kepala Rere mendekat, tetapi kekasih gelapnya itu terus menggoda dengan menutupi bibir agar Zayn tidak dapat memaksakan keinginannya. "Oh, rupanya kamu ingin cara kasar." Zayn menyeringai. Menekan buah sensitif Rere dengan keras. Refleks wanita itu berteriak, dan Zayn langsung melahap bibir Rere.
Menyesapnya kuat hingga Rere mendorong tubuh Zayn agar melepasnya. "Lepaskan!"
Zayn memainkan indera perasanya pada bibir yang basah itu. "Bagaimana? Masih ingin mengejekku?"
Rere menggeleng cepat. "Enggak mau."
Satu kecupan Zayn berikan di atas kening. Ia memeluk wanitanya untuk beberapa saat, sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
...****************...
Zayn memarkirkan mobilnya dengan rapi di deretan kendaraan pengunjung cafe lainnya. Sebuah pesan sudah didapat yang mengatakan jika para sahabat mereka berdua telah berada di dalam cafe dengan duduk pada meja nomor tujuh.
Keduanya masuk ke dalam cafe. Rere melambaikan tangan, berlari ke arah meja tamu ketika salah seorang pengunjung di sana memanggil namanya.
"Kalian datang berdua?" tanya Lia.
"Zayn bilang kalau aku tidak boleh lari," jawab Rere.
"Selamat, Bro," ucap Devan sembari memberi salam dan pelukan ala pria kepada Zayn.
"Selamat untuk kalian berdua," tambah Alvin.
"Terima kasih," sahut Rere dan Zayn bergantian.
"Sayang sekali Amel tidak berada di sini. Pasti dia sangat bangga kepadamu, Zayn," kata Alvin.
Zayn tersenyum, "Ya, aku juga mengharapkannya untuk datang. Aku rindu padanya."
Rere hanya bisa tersenyum mendengarnya. Sudah biasa ia mendengar kata-kata cinta dan rindu yang Zayn lontarkan terhadap kekasihnya. Namun kali ini, rasa sakitnya sangat berbeda. Rere merasa pria yang duduk di hadapannya itu adalah miliknya, tetapi kembali kepada kenyataan bahwa Zayn bukanlah milik seorang Rere.
Lia, Devan, Alvin, Amel, adalah teman satu kampus Zayn dan Rere. Nasib beruntung apa yang membuat wanita miskin sepertinya bisa bergaul dengan anak orang berada.
Kaya dalam arti, Lia, Devan, Alvin memiliki keluarga lengkap, sedangkan Zayn dan Amel, selain orang tua, tetapi mereka ditakdirkan terlahir dari keluarga dengan materi berlimpah.
Apalagi Zayn, meski terlahir berkecukupan, tetapi pria itu memilih membiayai hidupnya sendiri dengan hasil kerja keras.
"Kalian pesan saja. Malam ini aku yang traktir," ucap Rere.
Lia bersorak girang. "Malam ini aku makan sepuasnya. Mau pesan burger, spaghetti tuna, roti bakar coklat susu, nasi salted egg chicken."
"Perutmu muat makan sebanyak itu?" tanya Devan.
"Kalau tidak habis, aku bungkus," jawab Lia.
"Si Lia kayak orang susah saja," sahut Alvin.
"Memang aku orang susah. Kamu mau apa?!"
"Sudah, sudah. Kita pesan makanan yang disuka juga," ucap Zayn melerai.
Rere hanya memesan menu nasi, jus buah dan air mineral. Rupanya ia sangat kelaparan karena dari siang belum makan.
"Perutku sudah bunyi. Kapan makanannya datang?" tanya Rere.
"Kebiasaanmu, Re. Kalau kerja enggak ingat waktu. Kenapa tidak makan tadi?" sahut Zayn dibalik pertanyaan.
"Soal begituan Zayn tahu. Kadang aku merasa kalau pacarmu itu Rere, Zayn. Kalian sering bersama," kata Devan.
"Mereka harus saling bersama. Kan, buat novelnya sama-sama. Bagaimana, sih?" sambung Alvin.
"Tadi aku bilang merasa, Vin. Kamu itu enggak paham bahasa orang apa?" Devan mulai kesal.
"Kamu buat orang salah paham dan menimbulkan satu kecurigaan. Bisa saja kata-katamu tadi membuat orang yang mendengar mencari tahu tentang mereka berdua."
"Iya, iya. Maafkan. Aku salah bicara," kata Devan mengalah.
Alvin salah seorang sahabat yang selalu berpikiran positif. Lia sedikit cerewet, sedangkan Devan suka menerka-nerka sesuatu ke arah negatif.
Tidak ada yang tahu di antara para sahabat kalau Rere sebenarnya menyukai Zayn sejak dulu karena memang keduanya sangat pandai menyembunyikan rahasia.
"Kalian bicara apa, sih? Aku kelaparan malah mengarah ke perbincangan tidak jelas," kata Rere.
"Jangan heran, Re. Kedua pria ini memang tukang gosip. Kayak kamu enggak tahu saja," sahut Lia.
"Meski Rere dan Zayn saling menghabiskan waktu bersama, tetapi Zayn tetap milikku karena ia hanya mencintaiku," sahut seorang wanita yang berdiri tepat di belakang Zayn.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Zamie Assyakur
amel datang....
2023-02-20
0
Kenzi Kenzi
cukup sampe disini re,..amel sdh comeback
2022-06-19
0
oyen
si pemilik asli datang
2021-12-14
2