Disya keluar dari apartemen kak Flora dengan mengintip terlebih dahulu, setelah dirasa aman gadis itu baru keluar dari pintu lalu berjalan cepat di lorong apartemen. Disya tidak ingin bertemu lagi dengan pemilik apartemen tetangganya itu. Bagaimanapun juga dirinya yang menghampiri lelaki tersebut, jadi sudah pasti pikiran laki-laki itu akan merendahkan dirinya.
Mana ada perempuan baik-baik yang mabuk dan menyerahkan dirinya menjadi umpan. Impossible.
Benar-benar definisi dari sial, naas dan apes yang sesungguhnya.
Thing
Pintu lift terbuka dan Disya segera keluar dari sana. Disya menuju taksi online yang sebelumnya telah ia pesan melalui aplikasi di ponselnya.
Setelah perjalanan selama tujuh belas menit, gadis itu sudah sampai di rumahnya. Suasana rumah cukup sepi, Disya yakin semua penghuni rumah yakni mama papa dan Kak Flora sedang mengikuti acara makan malam yang katanya spesial.
Bruk!!
Gadis itu menjatuhkan bobot tubuhnya di atas ranjang kamarnya. Memejamkan mata sejenak mencari ketenangan, tetapi begitu terpejam otak sucinya telah ternodai dengan bayangan kelam semalam.
Hah! Sial sial
"Kenapa ini harus terjadi padaku, apa yang harus aku jelaskan ke Rayyan. Oh my God maafkan aku kak, cinta kita telah ternoda, sekarang kamu pasti jijik sama aku," gumam Disya sendu. Setitik bening itu kembali membasahi pipi tanpa bisa dibendung.
Hampir tiga tahun menjalin hubungan dengan Rayyan laki-laki itu begitu menjaganya. Bahkan keduanya termasuk pacaran sehat karena tidak neko-neko. Rayyan berencana akan menghalalkan hubungannya setelah lulus kuliah. Tetapi yang ada sekarang tinggal rasa bersalah karena dirinya bahkan tak mampu menjaga sesuatu yang sangat berharga dan hanya boleh di persembahkan untuk suaminya kelak.
Sebenarnya Rayyan sudah mengajak Disya untuk menikah, namun keluarganya belum mengizinkan sebelum Disya lulus kuliah. Terlebih kakaknya Flora belum menikah jadi Disya tidak bisa melangkahinya.
Rayyan cukup sabar menunggu walaupun sebenarnya dia sudah ngebet nikah. Udah sreg, sama-sama suka, mapan siap lahir batin tetapi terbentang restu orang tua juga menjadi kendala yang tidak bisa dianggap sebelah mata. Karena ridho dan restu orang tua ridho Allah juga.
Disya merutuki nasibnya yang teramat menyedihkan. Namun, hidup terus berjalan tak mungkin juga dirinya harus berjibaku dengan kesedihan sepanjang harinya. Disya sudah bertekad dalam hati mau menerima konsekuensi apapun jika Rayyan mengetahui dan meninggalkannya, walaupun rasa cinta itu begitu besar dan dalam.
Suara ketukan pintu kamar menginterupsi Disya yang masih setia dengan wajah sendunya.
"Masuk!" sahut Disya dari dalam.
"Non Disya ada tamu di luar?"
"Siapa Bik? Malam-malam gini, aku lagi mager."
"Yang biasa nganter Non Disya ke rumah?" jawab Bi Tini.
"Rayyan?" Disya langsung bangkit dari pembaringan dan segera turun ke bawah untuk menemuinya.
"Kak," panggil Disya begitu sampai ruang tamu.
"Sayang, kamu baik-baik aja kan? Kenapa nggak angkat telfon dari aku, aku cemas makanya aku ke sini," cemas Rayyan yang langsung berdiri begitu Disya menghampiri.
"Sorry kak, aku sedikit tidak enak badan jadi baru saja istirahat," kilahnya jujur.
Tangan Rayyan terulur mengecek suhu panas Disya dengan punggung tangannya.
"Sayang, kamu demam, kita ke rumah sakit ya?"
"Apaan sih kak, aku nggak pa-pa kok cuma capek, masuk angin biasa nanti istirahat sebentar sembuh."
"Beneran tetapi itu panas lho," ujar Rayyan khawatir.
"Iya aku nggak papa kak, nggak usah khawatir."
Disya tersenyum meyakinkan dirinya baik-baik saja, walaupun pada kenyataannya dirinya saat ini sedang kacau, tetapi tidak mungkin Disya memberitahu apa yang menimpa padanya saat ini.
"Jangan sakit-sakit sayang, aku paling nggak bisa lihat kamu sendu kaya gini." Rayyan mengusap lembut kepala Disya.
Apa kamu akan tetap semanis ini kak, kalau kamu tahu aku sudah tidak seperti dulu. Mungkin bahkan kamu akan merasa ilfeel dengan tubuhku yang sudah disentuh pria lain.
"Makanya cepet lulus sayang, biar aku bisa halalin kamu, kalau sakit gini 'kan bisa nungguin dua puluh empat jam bebas ngapain aja."
Uhuks
Disya tersedak ludahnya sendiri.
"Sayang ... kamu nggak pa-pa? Hati-hati dong." Rayyan mengusap-usap punggung kekasihnya.
"Aku nggak pa-pa kak, sorry!"
"Buat?" tanya Rayyan bingung.
"Udah bikin kamu cemas," kilahnya bohong.
Sorry untuk semua hal yang nggak bisa aku jelaskan padamu sekarang.
"Ya udah kamu istirahat aja kalau gitu aku pulang dulu, biar kamu bisa bobok," ujar pria itu pengertian.
"Iya kak makasih udah datang, hati- hati di jalan." Disya mengantar Rayyan sampai depan teras rumahnya.
"Pulang dulu ya?" pamit Rayyan serta mengacak rambut Disya pelan. Perempuan itu mengangguk dengan senyuman malu.
Gemes banget kalau lagi senyum kaya gini, pingin aku bungkus lalu aku kurung seharian di apartemen.
"Katanya pulang kok nggak jalan," seloroh Disya mengulum senyum mengamati gerak-gerik pria yang sepenuhnya telah mengisi ruang hatinya.
"Ada yang ketinggalan adek sayang ...."
"Apa?"
"Cupp." Rayyan mencuri satu ciuman di pipi kiri Disya yang sontak langsung membuat pipinya merona.
"Selamat malam, bobo yang nyenyak istirahat yang cukup dan jangan lupa mimpiin aku. Hehehe ...." Laki-laki itu nyengir gaje sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya sambil melambaikan tangan.
Hal kaya gini yang selalu membuat Disya tidak bisa berpaling dari Rayyan, dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah dan selalu manis. Kemarin-kemarin Disya menjadi orang yang sangat beruntung bisa dekat dengannya. Tetapi, kenapa sekarang terasa berbeda, Disya merasa dirinya tidak pantas untuk menjadi pendamping hidupnya kelak.
Setelah mobil Rayyan menghilang dari balik pintu pagarnya, Disya masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya kembali. Sesuai dengan instruksi pesan yang disampaikan kekasihnya, dirinya harus beristirahat dan mimpi indah dengannya.
Baru beberapa langkah Disya menaiki anak tangga suara mobil sang papa terdengar memasuki halaman rumahnya.
"Mama pulang," gumam Disya pelan.
Gadis itu tetap melangkah menuju kamarnya, ia hanya sedikit malas harus menjawab serentetan khutbah dari mamanya kalau tahu seharian tidak pulang.
Sekarang Disya sudah di kamarnya dan bersiap menarik selimut untuk tidur cantiknya.
"Sya ... mama masuk ya? Mama tahu kamu belum tidur?" ucap Mama Amy sambil mengetuk pintu kamar putrinya.
"Udah Mah, besok aja ngomongnya. Disya juga paling udah tidur," ujar Amar.
"Mas, aku hanya ingin ngobrol saja. Dari kemarin belum lihat batang hidungnya. Kangen Mas."
"Kangennya sama aku aja, udah ayo istirahat."
"Ish ... Papah ini." Suara mereka masih bisa didengar oleh Disya yang sebenarnya belum beranjak ke alam mimpi. Kedua orang tuanya selalu terlihat harmonis di setiap situasi. Disya sangat senang mendengarnya.
Pagi harinya suara jam wekker di nakas kamarnya berdering cukup keras membuat si pemilik kamar ingin segera membantingnya. Iya mungkin sudah diganti yang entah kesekian kalinya karena merasa malas Disya dengan tidak sengaja membanting jam wekker di kamarnya. Sungguh perbuatan yang sangat tidak patut untuk dicontoh tetapi begitulah Disya, terkadang masih kekanak-kanakan dan manja.
Hari ini Disya sebenarnya masih malas untuk berangkat ke kampus. Gadis itu masih enggan beranjak dari kasur empuknya. Namun, waktu yang bergulir cepat memaksa ia harus segera bangun dan melakukan rutinitas kesehariannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
gia nasgia
Kasihan Rayyan 🥺
2024-12-04
2
Qaisaa Nazarudin
ONG AKU LANGSUNG NYESEK THOR,,RAYYAN BAIK BANGET..😭😭😭😭😭
2024-01-29
4
Lela Lela
semangat disya
2023-07-11
0