"Selamat pagi, bu." sapa Bira kepada wanita paruh baya yang sedang menyapu halaman kosannya.
"oh, nak Bira. Pagi juga. Baru pulang?" balas wanita itu.
"iya, bu. Baru selesai makan pagi tadi." Bira menyalami tangan wanita paruh baya itu. Bu Yanti, pemilik kos-kosan yang di tempati oleh Bira. Inilah salah satu ke anehan Bira. Tetap tinggal di kos-kosan sempit meski sudah sangat kaya raya.
Baginya kenyamanan adalah nomer 1 di bandingkan dengan rumah atau apartemen besar tapi dia sendiri merasa tidak nyaman. Sedangkan di sini dia begitu merasa nyaman karena penghuninya begitu ramah dan sederhana. Kebanyakan dari penghuni kosan adalah anak-anak kuliahan, memang karena tenpatnya dekat dengan salah satu kampus yang ada di sana.
"Bu yanti sudah makan?" Tanya Bira kepada bu Yanti.
"Sudah, Nak. Baru saja selesai makan." jelas bu Yanti melanjutkan kegiatan menyapunya.
"Yasudah, Bu. Saya mau ke kamar," izin Bira yang dibalas anggukan oleh bu Yanti. Bira bejalan menuju kamarnya yang terletak di ujung lantai 2. Sebelum sampai ke kamarnya bira terhenti, terlihat dua orang keluar dari kamar di sampingnya.
"Mas Bira," sapa salah satunya.
"iya, kalian baru mau berangkat?" tanya Bira mendekati kedua orang itu yang masih menggenakan sepatu mereka.
"Iya nih, mas. Ada kuliah tambahan pagi ini." kali ini yang satunya menjawab. Mereka berdua adalah tetangga sekaligus teman terdekat Bira selama berada di Indonesia.
"Owalah, nanti sore jadi futsal?" tanya Bira pada keduanya.
"Jadilah, Mas. Kita udah ditantangin sama mereka, harus dilawan," jelas Anggi, pria yang menggenakan kemeja kotak-kotak.
"iya, Mas. Harus dikasih paham mereka. Nanti makin melunjak mereka," imbuh Bian, pria yang menggenakan kemeja hitam polos.
Meski mereka berdua terlihat serasi seperti saudara, tapi sebenarnya mereka hanyalah seorang sahabat. Bahkan keluarga mereka saling bermusuhan dalam urusan bisnis. Dan karena hal itulah mereka berdua memilih untuk tinggal di kosan daripada harus bersama keluarga yang selalu memprovokasi mereka.
"Hahaha, yah semoga aja kita menang," kata Bira melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.
"heh, Mas. jangan gitu dong. kan ada mas Bira yang jagonya pake banget. Gak mungkin kita bakal kalah," balas Bian yang sudah siap untuk berangkat.
"iya, mas. Setiap main futsal, pasti mas Bira yang mvp." tambah Anggi seraya meminta pertolongan untuk berdiri kepada Bian.
"Mvp, mvp. kamu kira main game?" Sahut Bira sambil membuka pintu kamarnya.
"Tau nih kamu, nggi. Kebanyakan lose tadi malem kayaknya, mas. Jadi kepikiran si Anggi," jawab Bian meledek sahabatnya.
"woi, bukan kalah trus gue. Cuman dapet tim kurang bagus aja." bantah Anggi tak terima ledekan Bian.
"Sudahlah, kalian ini. Nanti telat kuliahnya. Berangkat sana," kata Bira yang hanya bisa cekikikan melihat kelakuan kedua orang sahabat itu.
"Iya, ini berangkat mas." Balas Anggi, menyudahi perdebatan antara dirinya dengan Bian. "Mas, aku gak bawa motor. Soalnya bareng Bian, biar bisa hemat bensin."
"heh, kok jadi motor gue yang selalu jadi tumbal." potong Bian tak terima dengan ungkapan Anggi.
"heh, kampret. Yang make motor gue kemaren siapa? Bilangnya minjem bentar, eh, tahunya seharian. Mana bensin gak di ganti," balas Anggi disusul dengan tangannya yang memukul tengkuk leher Bian.
"aduh, panas woy." Ingin rasanya Bian membalas. Namun melihat tatapan dingin Aggi, dia mengurungkan niatnya. "Iya, Mas. Kita bareng berangkatnya. Motornya Anggi, mas aja yang pake."
Mendengar jawaban Bian, Anggi mengangkat tangannya hendak memukul Bian. Sadar ada ancaman mendekat, Bian segera menghindar dan lari ke belakang Bira mencari perlindungan.
"hei, kalian ini. Tidak bisakah kalian akur? seperti tom and jerry saja," ungkap Bira yang menjadi tameng bagi Bian dari Anggi.
"itu, mas. Dia duluan yang mulai," tunjuk Bian masih setia berlindung di belakang Bira.
"Sini,,, jangan kabur mulu," kesal Anggi mencoba memukul Bian kembali.
"huh, kalian!" cegah Bira dengan menjewer kedua orang itu.
"aw, ampun mas!! sakit" jawab keduanya bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments