Dengan dagu terangkat angkuh. Sepasang bola mata hijau pekat itu menatap tajam seseorang yang sedang duduk di kursi megah dengan sebelah tangan menopang sisi kanan kepala.
Victoria tidak peduli dengan Edward dan para kesatria lain yang sudah menundukkan kepala mereka dengan satu lutut mereka yang menempel di karpet lantai. Tanda jika mereka sedang memberikan penghormatan tertinggi pada seseorang yang memiliki kuasa paling mutlak di Francia, Raja George II. Pembunuh yang sebenarnya, iblis yang sebenarnya.
Rahang Victoria mengeras ketika ingatannya kembali berputar pada kejadian mengerikan keluarganya. Tangan Victoria terkepal kuat, sepasang bola mata hijau pekatnya mengkilap semakin menatap tajam ke arah iblis di depannya. Dada Victoria bergemuruh hebat berteriak untuk membalas. Tapi, belum sempat dia melangkah untuk menggigit, sepasang tangan dengan cepat cengkaman kuat kedua bahunya. Seseorang mendorongan di punggung Victoria, menyusul sebuah tendangan pada kaki yang membuat lutut Victoria di paksa untuk tertekuk dan menempel di atas karpet lantai.
Senyuman penuh makna terbit di bibir Raja George. Dia mengangkat kepalanya masih dengan senyuman penuh makna sambil membalas tatapan tajam Victoria.
Dalam ingatannya, Victoria merasa tatapan penuh makna Raja George tampak tidak asing. Tatapan yang menyimpan banyak makna dan rencana, mengingatkan pada tatapan yang sama seperti tatapan ayahnya ketika sedang menatap surat alur perdagangan yang di inginkannya.
"Selamat datang Victoria, kau sudah dewasa sekarang." Victoria bergeming mendengar suara berat pria paruh baya yang mungkin tidak jauh berbeda dari usia ayahnya. Rasa amarah, muak, dan benci dengan cepat memenuhi dan menggerogoti hati Victoria. "Wajahmu semakin mirip William, tapi dengan bibir dan warna mata Emylis." Raja George melanjutkan ucapannya dengan bibir terus tersenyum.
Indra pendengaran Victoria yang menangkap jika nama kedua orang tuanya keluar dari mulut Raja George. Membangkitkan desirah kemarahannya yang tidak bisa lagi dia tahan. Victoria mencoba berdiri. Mengikuti segala nalurinya yang kembali ingin menggigit iblis itu. Tapi, saat kakinya baru akan tegak, bahunya kembali di tahan dan di tekan dengan kuat oleh seseorang. Hingga membuat lututnya kembali menempel ke karpet lantai dengan kasar.
Raja George semakin melengkungkan bibirnya ke atas setelah melihat kemarahan membara Victoria. Dia beranjak dari kursi singgah sanahnya. Kakinya mulai menapaki undakan tangga tahta hingga berhenti di akhir tangga.
Jaraknya dan Victoria semakin menipis, membuat Victoria semakin bisa menatap tajam sepasang bola mata abu-abu dengan rambut hitam yang sudah mulai memutih di kedua sisi kepalanya. "Kau pasti lelah nak, istirahatlah dan...." Raja George, semakin mendekat pada Victoria dengan senyum yang terus tercetak di bibirnya. Kepalanya memposisikan wajah mereka, yang membuat mata mereka semakin dekat untuk memberikan tatapan mata saling menghujam langsung ke dalam kedua manik mata Victoria. Dan apapun niat Raja George pada tatapnya. Tatapan itu berhasil menghantarkan rasa menggigil yang langsung merayap ke punggung Victoria. "Arthur kakakmu juga lelah setelah menang di satu posisi wilayah barat. Kemungkinan besok saat dia sudah istirahat, kami baru akan mengirimkan pesan duka padanya."
Kali ini, rasa takut yang di kirimkan Raja Geogre mulai merayap cepat ke seluruh jiwa Victoria. Hingga punggung Victoria semakin mengigil.
Tatapan kedua sepasang bola mata abu-abu itu, dan setiap kata yang keluar dari mulut itu, langsung mengancak semua sisa-sisa keberanian Victoria. Karna ucapan terakhir Raja George, bukan hanya sekedar ucapan biasa. Itu adalah sebuah ancaman. Raja George menegaskan, jika Arthur kakak laki-laki Victoria, sedang berada dalam pengawasan mereka.
Dan Victoria. Terima tidak terima, harus tenang mengikuti semua perkataannya.
🌺🌺🌺🌺
Di sisi lain. Sepasang pria dan wanita sedang dalam pergumulan panas. Pergerakan kasar, suara de**han, dan erangan kenikmatan, semakin memanaskan seisi ruangan. Hingga akhirnya, jeritan dari sang wanita dan suara eraman panjang dari sang pria, menutup pergerakan di atas ranjang besar sebuah ruangan.
Sang pria langsung menjatuhkan tubuhnya ke samping. Sekujur tubuhnya basah penuh peluh. Dada lebar dan bidangnya naik turun karna nafas yang masih porak-poranda. Tubuh atletisnya yang hanya menggenakan pakaian kelahiran, akhirnya mulai terasa dingin setelah mendapatkan pelepasan. Dari ekor matanya, sang pria melirik ke samping. Pada sang wanita yang keadaannya, tidak jauh lebih baik darinya.
Dengan kekuatan yang tersisa, sang wanita mencoba menggeser tubuhnya untuk mendekat dan masuk ke dalam pelukan sang pria. Cukup lama mereka mengatur nafas dan ketenangan diri, dengan sang wanita yang semakin mengeratkan pelukkannya. Pelukkan malam ini yang sebenarnya, penuh dengan syarat akan kepemilikkan.
"Fred, aku dengar calon pengantinmu hari ini akan tiba di istana?" Sang wanita, bertanya sambil mendongakkan kepala untuk menatap wajah tampan sang pria. Ingin melihat respon wajah tampan pria miliknya. Tapi, sang pria tampak bergeming. Hanya menjawab dengan mengedipkan bahu acuh. "Jadi, siapa yang terpilih? Putri yang sulung atau yang bungsu?" Sambungnya kembali memberikan pertanyaan.
Kembali, setelah terus bertanya, sang wanita tidak juga mendapat jawaban apapun dari sang pria. Raut wajah sang pria pun masih tetap sama, tampak tidak tertarik. Tapi tidak membuat sang wanita berhenti membuka mulutnya. "Aku pernah bertemu dengan putri sulung saat pesta debutnya. Dia sangat cantik dan lembut. Dia juga terlihat pintar dan elegant. Wajah dan pembawaannya terlihat sangat mirip dengan Her Grace Arathorn tapi...." Akhirnya, wajah pria itu sedikit menunduk untuk menatap wajah cantik sang wanita. "Tapi, aku belum pernah melihat si bungsu. Aku hanya mendengar jika dia juga sangat cantik walaupun kabarnya, kecantikannya masih tidak sebanding dengan kecantikan si sulung kakak perempuannya."
Sang pria hanya tersenyum tipis menatap kedua manik coklat sang wanita. Tangannya dengan lembut membelai rambut merah bergelombang sang wanita. "Apa kau cemburu?"
Alis sang wanita mengerut, lalu berdecak kesal. "Ck! jangan menggodaku Fredrick."
Kekehan pelan terdengar dari mulut sang pria, bibirnya segera mendarat sayang pada pelipis sang wanita. "Tenang saja, aku hanya mencintaimu, Calista." Ucapnya penuh janji.
Anggukkan singkat kepala penuh kepercayaan sang wanita. Menjadi penutup percakapan mereka. Hingga keduanya terlelap dengan saling berpelukan penuh kasih sayang.
\=\=\=💛💛💛
Ayukk silahkan tinggalin jejaknya buat dukungan
Salam sayang semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
WISNU Prasetyo
luar biasa
2022-02-25
0
🍁Anny❣️💋🄼🄸🄼🄸👻ᴸᴷ
bagus
2022-02-23
0
𝕜𝕖𝕥𝕦 𝕥𝕦𝕥𝕦
best la thor 😭😭❤️
2021-10-25
0