Kini Mentari sudah menggunakan seragam sekolahnya, ia hari ini mendapat hukuman dengan pergi ke sekolah tanpa mobil kesayangannya. Sebab tadi pagi-pagi ia sudah membuta ulah, Mentari berdiri di gerbang rumahnya menunggu ojek yang lewat. Namun setelah lama menunggu tidak satupun kendaraan umum yang lewat.
"Tari....." Rembulan datang dan membuat sang adik terkejut.
"Lu bener-bener ya Kak, nggak ada akhlak lu ya.....gimana kalau jantung gw copot!" omel Mentari dengan begitu kesal.
"Yaelah Dek, cuman segitu doang, nggak usah lebay deh ah......" jawab Rembulan dengan ketus, dan tidak merasa bersalah sedikit pun.
"CK....." Mentari memutar bola matanya dengan malas, ia memang tidak pernah akur dengan Rembulan. Akan tetapi mereka berdua tetap saling menyayangi, pertengkaran kecil memang sering terjadi di antara keduanya.
"Heh....lu ngapain di sini? Mobil lu kemana?" tanya Rembulan, sebab setahunya Mentari tidak pernah absen menggunakan mobilnya. Kecuali di sita oleh sang Mama bos mereka.
"Ngapain nanya? Lu ngapain di sini? Mobil lu kemana?" Mentari tidak berminat menjawab pertanyaan Rembulan, yang ada ia yang bertanya kembali pada sang Kakak.
"Mobil gw bannya kempes, lu tau kan Dek gw baru di terima kerja di perusahaan Om Anggara Wijaya?" kata Rembulan dengan bangga.
"Kagak....gw kagak tau, dan kagak mau tau," ketus Mentari.
"Sialan lu," Rembulan juga tidak mau kalah berdebat dengan sang adik.
"Caelah......lu nggak usah kerja di perusahaan mending urusin perkebunan Papa," jelas Mentari, karena sang Papa memang memiliki perkebunan yang cukup luas. Mereka memang tidak sekaya keluarga Anggara Wijaya, akan tetapi kondisi ekonomi keluarga tidak ke kekurangan. Sebab perkebunan, dan juga ladang milik kedua orang tuanya yang cukup luas. Bahkan pekerjanya pun sangat banyak.
"Apasih lu, Papa itu masih sanggup ngurusin perkebunan Dek," jawab Rembulan.
"Taukah, gelap......." Mentari mengibaskan tangannya, ia terus melihat ke kanan dan ke kiri. Namun tidak ada kendaraan untuk diri nya, jam yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul delapan.
TIIIN.......
Terlihat sebuah mobil berwana hitam berhenti di hadapan Mentari dan Rembulan, lalu sang pengemudi turun.
"Rembulan," Arka langsung menyapa Rembulan, mereka memang teman sejak kecil, dan juga bersekolah di tempat yang sama. Di mana usia mereka terpaut tiga tahun.
Rembulan tersenyum, "Arka?!" Ia langsung membalas uluran tangan Arka, keduanya memang sudah lama tidak bertemu sebab Arka melanjutkan pendidikan nya di luar negeri, "Kamu kapan balik?" tanya Rembulan dengan antusias.
"Kemarin, tadi pagi aku ke rumah kamu tapi kamu nggak kelihatan," kata Arka mengingat pagi tadi ia memang ke rumah Rembulan, tapi bukan Rembulan yang ia jumpai malah mentari.
"O.....aku masih di kamar kali ya," Rembulan terus tersenyum, ia tidak bisa menggambarkan bertapa ia sangat bahagia kini.
"Kamu mau ke mana?" Arka melihat penampilan Rembulan yang sangat anggun, sangat berbeda dengan gadis sangat berbeda dengan gadis yang ada di samping Rembulan siapa lagi kalau bukan Mentari.
"Aku mau ke kantor."
"Kamu kerja di mana?"
"Di perusahaan kamu, aku baru di terima di sana. Tapi kayak nya aku telat deh......mobil aku mogok soalnya dari tadi aku nunggu taxi tapi nggak ada yang lewat," jelas Rembulan.
"Em," Arka mengangguk mengerti, "Aku juga mau ke kantor, dan aku juga mulai hari ini bakal bekerja di sana."
"Waw....jangan pecat saya ya Bos, saya nggak bermaksud buat telat," seloroh Rembulan sambil terkekeh.
"Garing....." gerutu Mentari.
Arka dan Rembulan langsung menatap Mentari, yang terlihat menunjukan wajah masamnya.
"Kamu bareng aku aja yuk," tawar Arka.
"Nyakin?" tanya Rembulan.
"Iya."
"Nggak ngerepotin?" tanya Rembulan lagi.
"Nggak sama sekali."
"Ok......" Rembulan tersenyum kemudian menatap Mentari, "Tari mau bareng nggak?"
"Kagak!" ketus Mentari.
Arka lagi-lagi geleng-geleng melihat tingkah Mentari yang sangat jutek.
"Entar telat lu Dek, ini udah jam berapa?" Rembulan menunjukan jam tangannya.
"CK......" sejenak Mentari menatap Arka dengan mengerucutkan bibirnya, ia menimbang tawaran Rembulan, "Gw naik ojek aja."
"Yakin?"
"Em."
"Telat mampus lu Dek, gw nggak mau lagi bantuin lu. Entar kalau di panggil orang tua gw bakalan langsung bilang ke Papa, mampus lu kalau Papa yang datang ke sekolah, uang jajan lu bakal lan terus di tahan nyokap, mobil lu bakalan di jual Papa," Rembulan memang sering kali ke sekolah untuk menghadap kepala sekolah karena kenakalan Mentari, dan ia pergi tanpa sepengetahuan kedua orang tua mereka. Sebab sang Papa bisa saja marah dengan membabi buta pada Mentari, dan ia pun memang sangat menyayangi sang adik. Sebab bila ia pun melakukan kesalahan Mentari yang akan menyelamatkannya, dari kemarahan sang Papa.
"Sialan lu, Kakak durhaka emang lu, udah ah gw ikut," Mentari langsung naik ke mobil Arka, tanpa meminta ijin pada sang pemilik. Ia duduk di kursi belakang seperti seorang majikan, Mentari memang jutek dan itu sudah menjadi ciri khas wanita itu.
"Maaf ya Arka, adik aku memang jutek banget," Rembulan tersenyum canggung pada Arka.
"Nggak papa, namanya juga masih anak-anak," kata Arka sambil membukakan pintu mobilnya untuk Rembulan.
"Gw udah gede keles....." omel Mentari.
"Dek, mulut lu brisik," kata Rembulan.
Arka hanya menarik nafas dengan panjang, sejenak ia bingung mengapa orang sebaik dan sesopan Rembulan bisa memiliki adik seketus Mentari.
Arka mulai mengemudikan mobilnya, ia bercakap-cakap ria dengan Rembulan. Bahkan sesekali Rembulan tertawa lepas, sementara Arka adalah orang yang sangat sulit untuk tertawa dan tersenyum pun ia sudah cukup membuat orang di sekitarnya merasa bahagia, karena memang begitulah Arka.
"Arka nanti main ke rumah aku ya, dulu juga kamu sering main ke rumah aku kan?" kata Rembulan.
"Em, tapi kamu masakin buat aku ya?" jawab Arka yang hanya menatap jalanan.
"Iya gampang, masalah masak mah....aku jagonya," kata Rembulan membanggakan diri.
"Lebay," gerutu Mentari, yang hanya menatap jalanan.
"Tari," Rembulan menegur sang adik.
Arka menatap Mentari dari kaca spion, ia lagi-lagi bingung dengan gadis remaja itu. Tidak ada kesan anggun apa lagi lembut dalam tutur kata.
"OM BERHENTI OM......" teriak Mentari yang seketika membuat Arka mendadak mengerem mobilnya.
CITT......
"Tari......" Rembulan sangat kesal pada Mentari yang sangat suka bertingkah semaunya.
"Sorry Kak, gw Sampek sini aja ya no..." Tari menunjuk seorang laki-laki, laki-laki itu adalah salah satu dari temannya, "Gw bareng Repan aja, bye...
" Mentari langsung turun di lampu merah karena melihat temannya, "Pan," Mentari menepuk pundak temanya itu.
"Tari, lu di sini?" Repan terkejut melihat mentari tiba-tiba ada di lampu merah.
"Gw bareng lu ya?"
"Naik."
"Ok bro....." Mentari langsung naik kesepeda motor Repan, ia sudah seperti laki-laki.
Sementara Rembulan dan Arka hanya menatap dari mobil.
"Sorry ya Ka, adik aku memang begitu, tapi aslinya dia baik kok," kata Rembulan tetap membanggakan sang adik.
"Yaudah...lupain aja, kita jalan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Lisa Halik
huhuhu..mentari
2023-01-13
0
Ida Lailamajenun
tomboy banget si tari ternyata yak😂😂mulutnya klu ngomong gk pkai filter lagi🤦🤦
2022-06-25
0
Dwi setya Iriana
seru nih kayaknya ayo sama kita baca sampai khatam ya man teman🤗🤗🤗🤗
2022-03-19
0