Keterkejutan Devan

Devan membulatkan matanya, tertegun melihat darah kesucian Serra. Tidak ada raut penyesalan yang perpancar dari raut wajah gadis itu, ralat tapi wanita itu. Serra justru mengulum senyum manis. Dengan tangan gemetar, Devan menyentuh darah yang membasahi sprei hotel lalu pandangannya beralih pada Serra. Tak ada rasa jijik saat tangan itu menyentuh darah kesucian milik wanita itu.

"Ka-kau------?!

"Ya, aku memang masih suci dan belum tersentuh sama sekali." Ucap Serra yang seolah mengerti dengan kebingungan Devan.

"Bagaimana bisa?? Bukankah selama ini kau-----?!"

" ----Bekerja sebagai wanita penghibur" Potong Serra cepat, bibir ranum itu kembali menyunggingkan senyum tipis. "Aku hanya ingin menjaga harta paling berharga yang aku miliki, dan berkat bantuan kedua sahabatku. Aku bisa mempertahankannya hingga beberapa detik yang lalu, sebelum kau merenggutnya." Tuturnya panjang.

Devan menatap Serra marah. "Lalu kenapa dengan mudahnya kau memberikannya padaku?" tanya Devan dengan nada penuh penekanan. Tatapannya dingin dan penuh intimidasi. "Bukankah selama ini kau berusaha dengan mati-matian menjaganya?" Imbunya.

Serra mendesah panjang. "Aku sendiri tidak tau mengapa aku mau memberikannya padamu. Hanya saja firasatku mengatakan jika kau berbeda dengan para hidung belang yang selama ini aku temui. Kau bukanlah tipe pria yang mencintai one night, apa aku salah?" Devan menatap gadis itu tak percaya, bisa-bisanya Ia tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.

Apakah Ia tidak merasa menyesal karena kesuciannya baru saja terenggut darinya. "Bisa kita selesaikan?" Serra mengedipkan sebelah matanya pada Devan.

.

.

.

"Eungghhh."

Devan membuka matanya saat merasakan cahaya menyilaukan menelusup kedalam retina matanya, menggunakan punggung tangan kirinya untuk menghalau cahaya mentari yang terasa begitu silau.

Menyibakkan selimut yang membalut sekujur tubuhnya, matanya sedikit terbelalak saat mendapati dirinya tidur dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun selain selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Kemudian ingatannya kembali pada peristiwa yang terjadi semalam, saat di mana Ia dan Serra melalukannya hingga tengah malam.

Di gulirkan sepasang mutiara coklatnya kesisi kanan namun Ia tidak mendapati sosok barbie itu berbaring di sisinya sampai Ia menemukan secarik kertas yang tergeletak di atas bantal samping kanan Devan.

-- Maaf aku pergi secara diam-diam, terimakasih untuk malam panjang yang tak akan pernah terlupakan. Tidak perlu cemas karena telah menumpahkan semua cairanmu di dalam rahimku, karrna itu bukan masa suburku. Soal bayaran, kita bisa membicarakan lain waktu.--

(JUNG SERRA )

Devan menatap surat itu dengan pandangan nanar, duduk termenung memikirkan peristiwa yang terjadi semalam. Meskipun Serra sempat mengatakan Ia menikmatinya dan tak akan pernah menyesali yang telat terjadi.

Namun Devan tetap tidak bisa merasa tenang, Ia merasa buruk. Ia mengutuk dirinya sendiri yang dengan tega mengambil kesucian seorang gadis hanya untuk mengobati rasa penasarannya akan banyaknya teka-teki yang selama ini Serra simpan dengan rapi.

" AAARRKKKHHHH."

Devan mengeram sambil mengacak rambutnya kasar, memukul pelan keningnya dengan kepalan tangannya. "Bodoh ,, bodoh ,, bodoh ,, apa yang sudah kau lakukan, Devan Alvaro." Geram Devan pada dirinya sendiri. Segera ia bangkit dari ranjang hotel dan melesat menuju kamar mandi. Mungkin setelah membersihkan diri fikirannya akan menjadi lebih baik.

.

.

.

Serra segera meninggalkan hotel tempat Ia menghabiskan malam panjangnya dengan Devan setalah mendapatkan telfon dari Leon jika keadaan Ibunya turun lagi. Pagi ini Ibunya tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri, hingga Leon segera melarikan sang Ibu kerumah sakit.

Berlari menyusuri lorong rumah sakit yang penuh dengan pasient maupun perawat yang sedang berlalu lalang, dari jarak 5 meter Serra dapat melihat Leon sedang duduk di ruang tunggu dengan di temani kedua sahabatnya.

"Leon,"

Merasa namanya di panggil, Leon mengangkat wajahnya dan segera berhambur memeluk Serra. "Nunna, apakah Ibu akan baik-baik saja.??" Leon bertanya dengan suara gemetar, serak seperti menahan agar air matanya tidak sampai menetes. Di usapnya punggung Leon dengan gerakan naik turun, meyakinkan pada Leon jika semuanya akan baik-baik saja.

"Jangan berfikir negatif, Ibu adalah wanita yang kuat. Dia pasti bisa melewati masa kritisnya."

Mia bangkit dari duduknya lalu menghampiri Serra dan Leon. "Aku dan Raina sudah menyelesaikan administrasinya, dan malam ini, Bibi Jung akan menjalani operasi." Sontak Serra melepaskan pelukannya pada Leon dan menatap Mia dengan tatapan bertanya.

"Operasi.??"

Raina ikut menghampiri Serra. "Kami tau jika saat ini tabunganmu sedang menipis, aku dan Raina sepakat untuk membiayai operasi Ibumu. Jika kau merasa tidak enak, kau bisa mengembakikannya suatu saat nanti." Tutur Mia.

Serra tidak dapat menahan air mata harusnya. Ia tak tau bagaimana nasib Ibunya jika tidak ada Raina dan Mia. Mereka bukan sekedar sahabat, karna hubungan mereka lebih dari itu.

🌹🌹🌹

2 minggu telah berlalu, namun kejadian malam itu masih terasa segar di dalam ingatan Devan. Devan tidak bisa mengenyahkan wajah itu saat menatapnya dengan lembut, penuh kehangatan yang membuat perasaan Devan ikut menghangat.

Satu hari setelah malam panjang itu, Devan mendatangi bar di mana Serra bekerja. Tapi saat tiba di sana Devan tidak menemukan Serra dan mami yang menjadi bos di club itu mengatakan jika anak kesayangannya itu mengambil cuti untuk beberapa waktu kedepan. Saat Devan menanyakan apa alasannya, tapi wanita yang selalu di panggil mami itu tidak memberikan jawaban dengan alasan privasi.

Devan begitu frutasi karna tak kunjung menemukan keberadaan wanita itu dan hal tersebut berpengaruh besar pada pekerjaannya yang akhir-akhir ini selalu berantakan dan ujung-ujungnya Aron dan Hwan lah yang harus menyelesaikannya.

"Apa kau masih belum menemukan wanita itu, Hyung?" Hwan memandang Devan dengan pandangan bertanya, saat ini Devan, Hwan dan Aron sedang bersantai di cafe favorite ketiga sahabat itu. Devan mendesah lalu menggeleng.

"Rasanya sangat aneh melihatmu seperti ini. Sepanjang aku mengenalmu, belum pernah aku melihatmu sekacau ini, bahkan saat kepergian orang tuamu saat itu kau begitu tegar dan hatimu tabah, tapi akhir-akhir ini kau----?!"

"Masalahnya beda lagi, Aron Park." Devan menyela ucapan Aron dengan cepat. Peia itu mengambil nafas panjang lalu menghelany.

"Aku sudah bertindak seperti binatangl. Aku sudah menghancurkan masa depan seorang gadis, aku merenggut sesuatu yang selama ini selalu Ia jaga. Aku sudah merenggut kesuciannya, kalian berkata demikian karna kalian tidak berada di posisiku. Aku merasa sebagai orang terjahat yang ada di dunia."

"Lalu apa yang akan kau lakukan jika kau berhasil menemukannya, Hyung?" Tanya Hwan.

"Bertanggung jawab, aku tidak ingin menjadi lelaki yang pengecut. Aku akan mempertanggung jawabkan perbuatanku dan membawa Serra keluar dari tempat terkujut itu."

Aron dan Hwan memandang Deva dengan penuh arti, sangat langkah melihat Devan yang sekacau ini. Harga dirinya yang terlampau tinggi seolah lenyap begitu saja hanya karna seorang wanita bernama Jung Serra.

Dan sebagai sahabat yang baik, tentu mereka tidak akan tinggal diam. Mereka akan membantu Devan menemukan gadis itu dan mengakhiri penderitaan sahabatnya tersebut selama dua minggu ini.

.

.

BERSAMBUNG.

Terpopuler

Comments

Chika

Chika

Nah loh.dia masih virgin ka

2021-08-14

1

Sesilia

Sesilia

Devan kaget banget setelah tau si kupu2 malam cantik ternyata masih Virgin. Serra ngulang kemana kak

2021-08-14

2

Ray

Ray

Devan syok pas liat darah keperawanan Serra

2021-08-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!