Chapter 3

🌻Apa yang kamu tabur itulah yang akan kamu tuai nantinya seperti hidupmu apa yang kamu lakukan di masa lalu akan kamu tuai di masa depan🌻

.

.

.

.

Dion bangun dengan santai tidak memperdulikan kedua orang yang sedang bersitegang. Siska menangis histeris mendengar ucapan Budi yang mengakhiri hubungan mereka.

"Tuan" ucap Dion sambil menunduk.

"Aku tunggu penjelasanmu Dion" bentak Budi dengan suara tinggi.

"Mas ini ngak seperti yang kamu pikirkan" ucap Siska sambil berdiri memakai selimut menutup tubuhnya menghampiri Budi.

"Diam kamu ja***g! Tidak ada yang perlu kamu jelaskan lagi" hardik Budi dengan suara tinggi.

Tak lama Bianca masuk sambil mengucek matanya karena terbangun saat mendengar teriakan sang ayah. Bianca berdiri dengan bingung melihat sang ibu yang duduk di lantai sambil menangis tersedu-sedu.

"Ibu kenapa?" tanya Bianca dengan raut wajah bingung.

"Sayang kamu masuk ke kamar ya" ucap Siska dengan lembut.

"Iya bu" ucap Bianca dengan patuh.

Budi hanya diam tidak memandang Bianca sedikit pun. Setelah Bianca sudah pergi Budi segera berjalan keluar dengan langkah panjang.

"Mas tunggu mas. Dengarin dulu penjelasanku mas" teriak Siska dengan suara kencang.

Budi tidak memperdulikan panggilan Siska hanya satu tujuannya yaitu segera pergi dari sana. Dion sendiri sudah memakai pakaiannya dan membereskan semua berkas perusahaan.

"Jika kamu pergi maka aku akan membongkar semuanya kepada istrimu" ancam Siska.

"Sudah berapa laki-laki yang menyentuhmu selama ini apa anak itu bukan darah dagingku juga?" tanya Budi sambil tersenyum sinis.

"Tarik kata-katamu mas!" teriak Siska dengan suara kencang.

"Cih! Kamu itu memang ja***g murahan" ucap Budi dengan sinis.

"Aku memang ja***g tapi Bianca adalah darah dagingmu sendiri mas" hardik Siska dengan suara tinggi.

"Jangan pernah muncul di hadapanku lagi ja***g" ucap Budi sambil berlalu pergi.

Siska berteriak histeris karena Budi tidak menanggapinya. Siska segera memakai baju untuk mengejar Budi, tanpa mereka sadari ternyata Bianca dari tadi mendengar semua ucapan mereka dari balik pintu kamarnya.

"Hiks hiks...........ayah.......hiks.......ibu........hiks hiks" ucap Bianca sambil menangis.

Brak.............

Bianca yang mendengar suara pintu di banting segera berlari keluar. Ia melihat sekeliling dan tak mendapati kedua orang tuanya di dalam sana, Siska yang mengejar Budi tak lagi memikirkan keberadaan anaknya.

Budi dan Dion segera naik ke mobil saat mobil jemputan mereka sudah di bawah apartemen. Siska yang melihat mobil Budi sudah pergi berlari dengan cepat mengejar tapi naas mobil Budi sudah pergi.

Saat berlari mengejar mobil Budi di tengah jalan tanpa ia sadari ternyata ada truk yang melaju dengan kencang di belakangnya.

Brak...........

Seketika tubuh Siska terpental jauh karena tertabrak truk dengan kuat. Supir truk keluar dengan wajah panik karena menabrak seseorang.

Darah Siska mengalir dengan deras dari sekujur tubuhnya, Siska bergumam dengan suara lemah saat orang-orang datang melihatnya.

"Bia..nca maafk...an i...bu na...k" ucap Siska dengan suara terbata-bata sebelum menutup matanya.

"Tolong panggilkan ambulans" teriak seorang pria.

...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...

Saat ambulans datang tubuh Siska sudah kaku dan segera di masukan ke dalam mobil ambulans. Para polisi segera mencari tahu data diri Siska dan orang-orang terdekatnya.

Di dalam mobil Budi, ia membuang napas dengan kasar karena sudah menyingkirkan Siska. Tak lama handphone milik Dion berbunyi tanda ada panggilan masuk.

^^^"Halo"^^^

"Halo selamat pagi"

^^^"Ya selamat pagi"^^^

"Maaf apa ini betul dengan bapak Dion Suyono" ucap seorang pria dari seberang.

^^^"Ya betul saya sendiri. Maaf tapi ini dengan siapa"^^^

"Kami dari pihak kepolisian polres Kenciri ingin mengabarkan bahwa saudari Siska Angraini baru saja meninggal karena di tabrak truk"

^^^"Apa" ucap Dion dengan kaget.^^^

"Kami mohon kesediaan bapak Dion untuk segera mengurus jenazah korban"

^^^"Baik pak terima kasih atas informasinya"^^^

"Iya sama-sama pak Dion"

^^^"Iya pak"^^^

Dion lalu mematikan panggilan dan segera melihat ke belakang. Budi mengangkat alisnya sebelah melihat wajah Dion yang terlihat panik dengan bingung.

"Tuan kita harus ke rumah sakit sekarang" ucap Dion dengan gugup.

"Ada apa?" tanya Budi dengan bingung.

"Barusan pihak kepolisian mengabari jika nona Siska meninggal di tabrak truk tuan"

"Apa" ucap Budi dengan kaget.

Budi tak menyangka jika Siska akan pergi secepat itu, ia hanya ingin meninggalkan Siska tapi bukan dengan cara seperti ini.

Dion yang melihat tuannya hanya diam segera menyuruh sopir menuju ke rumah sakit terdekat di dekat apartemen Siska.

~ RM Hospital ~

Sampai di RM hospital Budi dan Dion segera turun dan masuk ke rumah sakit dengan langkah cepat, saat masuk Dion segera bertanya pada resepsionis.

"Permisi apa ada pasien yang bernama Siska Angraini yang baru saja di tabrak truk di sini" ucap Dion dengan cepat.

"Sebentar saya cek dulu ya pak" ucap sang resepsionis.

Resepsionis itu segera mengecek apa ada pasien tabrakan truk yang baru saja masuk. Setelah 5 menit resepsionis segera memberi tahu informasi tersebut kepada Dion.

"Pasien tabrakan truk atas nama ibu Siska Angraini saat ini berada di ruang mayat pak" ucap sang resepsionis.

"Baik terima kasih"

"Iya sama-sama pak"

Dion segera memberitahu Budi jika saat ini Siska berada di ruang mayat. Keduanya lalu pergi menuju ruang mayat di mana di depan ruang mayat ada dua orang polisi.

Ternyata salah satu polisi adalah orang yang menelpon Dion tadi. Setelah memberi keterangan Dion segera mengurus jenazah Siska untuk di makamkan.

Budi hanya berdiri menatap tubuh kaku Siska dengan tatapan datar tidak ada kesedihan sama sekali. Bianca yang mendengar sang ibu meninggal seketika menangis histeris sampai tubuh Siska di masukkan ke dalam tempat pembaringan terakhir.

"Siapkan semuanya malam ini juga kita kembali ke Solo" ucap Budi dengan suara tegas.

"Baik tuan tapi bagaimana dengan nona Bianca tuan?" tanya Dion.

"Apa dia betul darah dagingku?" tanya Budi dengan tatapan sinis.

"Betul tuan" ucap Dion yang sudah melakukan tes DNA sebelum itu.

"Hemmm! Bawa dia juga"

"Baik tuan"

Dion segera menelpon anak buahnya untuk menyiapkan keperluan mereka.

Apa yang harus aku jelaskan kepada Arinta nanti, batin Budi.

~ Adi Soemarmo International Airpot ~

Waktu berlalu dengan cepat dan tak terasa sudah jam 20:10 waktu setempat. 1 jam 10 menit perjalanan dari Jakarta ke Solo tidak membuat Budi kelelahan.

Saat ini ia hanya memikirkan bagaimana caranya untuk memberitahu hal ini kepada sang istri. Dion dengan segera membukakan pintu untuk Budi dan Bianca.

"Pergi ke mansion" titah Budi.

"Baik tuan" ucap Dion.

...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...

Selama perjalanan menuju mansion Bianca hanya diam saja. Budi sendiri tidak perduli dengan Bianca karena ia hanya memikirkan Bagas, Valeria dan juga sang istri.

~ Mansion Kusumo ~

Tak lama mobil mereka sudah memasuki pelataran mansion Kusumo. Bianca yang baru kali ini melihat mansion seketika berdecak kagum.

"Ayah ini dimana?" tanya Bianca dengan antusias.

"Jangan bicara cukup kamu diam saja" bentak Budi dengan suara tinggi.

Bianca seketika kaget karena tak pernah mendapat bentakan dari sang ayah. Budi lalu keluar dengan langkah tegap melangkah masuk ke dalam mansion dengan pikiran berkecamuk.

"Selamat datang tuan" ucap bi Susi menyambut Budi.

"Dimana istri dan anak-anakku" ucap Budi.

"Nyonya, tuan muda, dan nona muda sedang menonton di ruang keluarga tuan"

Budi segera melangkah masuk ke dalam menuju ruang keluarga. Sampai di dalam seketika Bagas segera melompat dari sofa melihat ayahnya sudah pulang.

"Ayah" seru Bagas dengan senang.

"Hai jagoan ayah" ucap Bagas dengan senyum manis.

"Mas kamu sudah pulang" ucap Arinta dengan senyum manis.

"Iya sayang" ucap Budi sambil memeluk Arinta.

"Ayah itu siapa?" tanya Valeria sambil menunjuk Bianca.

Seketika pandangan Arinta dan Bagas langsung tertuju kepada Bianca yang berada di samping Dion. Arinta melihat suaminya dengan tatapan tajam meminta penjelasan.

"Sayang ikut aku ke kamar ada yang mau aku sampaikan" ucap Budi.

Arinta segera berlalu masuk ke kamar mereka di dekat ruang keluarga. Bagas dan Valeria melihat Bianca dengan tatapan datar, Bianca yang melihat kedua tatapan di depannya seketika menjadi takut.

"Siapa dia om Dion?" tanya Bagas.

"Nanti tuan besar akan memberitahu siapa dia tuan muda" ucap Dion.

"Hai nama kamu siapa?" tanya Valeria dengan senyum manis.

"B...ian....ca" ucap Bianca dengan gugup.

Baru saja Valeria ingin mengajaknya duduk seketika bunyi benda jatuh terdengar dari kamar orang tua mereka. Bagas menarik Valeria untuk duduk di sofa karena ia yakin kedua orang tuanya sedang bertengkar.

"Apa kamu bilang mas kamu tega ya sama aku!" bentak Arinta dengan suara tinggi.

"Aku khilaf sayang aku minta maaf" ucap Budi sambil memeluk tubuh sang istri.

Arinta menangis dan memukul tubuh Budi dengan brutal. Budi hanya pasrah saja karena memang ini semua kesalahannya.

"Dimana pel***r itu" teriak Arinta dengan suara tinggi.

"Dia sudah mati tadi pagi"

Arinta kaget mendengar perkataan suaminya, Budi lalu menceritakan semua kronologisnya kepada Arinta dari awal sampai akhir tanpa ada satu pun yang disembunyikan.

"Aku kecewa sama kamu mas.........hiks hiks" ucap Arinta sambil menangis.

"Aku minta maaf sayang aku sangat menyesal.......hiks hiks hiks" ucap Budi juga ikut menangis.

Hanya di depan Arinta saja Budi akan menunjukkan kelemahannya. Arinta diam tidak mengubris permintaan maaf suaminya, ia sendiri sangat kecewa dan marah dengan perbuatan suaminya itu.

"Lalu kenapa kamu bawa anak sialan itu kesini"

"Aku tidak tahu harus bagaimana Arinta dia juga darah dagingku"

"Apa kamu pikir kedua anakmu akan suka dengan hal ini Budi Kusumo!" hardik Arinta dengan suara tinggi.

Deg..........

Seketika tubuh Budi menegang mendengar perkataan Arinta. Ia sangat tahu jika Bagas memiliki sifat yang keras kepala seperti dirinya dan tidak menyukai orang lain selain keluarganya sendiri, berbeda dengan Valeria yang memiliki sifat terbalik dengan Bagas.

"Hiks hiks......Aku benci.......hiks......sama kamu mas..........hiks" ucap Arinta dengan derai air mata.

Arinta segera pergi keluar karena sangat sakit hati dengan suaminya. Budi terduduk lemah di atas ranjang sambil menjambak rambutnya.

Kamar mereka yang tadinya rapi sudah seperti kapal pecah karena semua barang di banting oleh Arinta. Saat keluar Arinta melihat Bianca dengan tatapan benci.

...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...

"Ibu" ucap Valeria dengan khawatir melihat wajah sang ibu yang sembab.

Arinta tersenyum melihat putrinya yang mengkhawatirkan dirinya.

Meski kamu sering kali mendapat bentakan dan kata-kata kasar dari ibu tapi kamu tetap mengkhawatirkan ibu nak, batin Arinta.

"Bagas, Valeria ayok ikut ibu" ajak Arinta dengan suara tegas.

"Baik bu" ucap keduanya dengan serentak.

Baru saja mereka tiba di depan pintu mansion seketika tubuh Arinta melayang karena di gendong seperti karung beras oleh Budi. Arinta berteriak minta diturunkan tapi tidak digubris sama sekali oleh Budi.

"Bagas Valeria ikut ayah ke atas" ucap Budi dengan suara tegas.

Keduanya hanya mengangguk dan mengikuti perintah sang ayah. Bianca yang melihat sang ayah tidak seperti biasa duduk dengan diam tidak berbicara satu kata pun.

"Turunkan aku mas kamu apa-apaan sih" ucap Arinta dengan suara tinggi.

Tak perduli dengan kata-kata sang istri Budi terus membopong tubuh sang istri di pundak. Sampai di lantai dua keempatnya segera masuk ke dalam ruang kerja Budi.

Prang.............prang...........prang............

Bunyi benda pecah terdengar di dalam sana. Arinta melempar vas bunga ke arah Budi beruntung bisa dihindari oleh Budi dengan cepat.

"Tenangin diri kamu Arinta" ucap Budi dengan suara tinggi.

"Ini semua karena kamu mas" teriak Arinta tak kalah tinggi.

"Ada anak-anak sayang" ucap Budi dengan suara kembali lembut.

"Biar mereka tahu kelakuan ayah mereka seperti apa di luar sana" ucap Arinta dengan tatapan tajam.

"Ayah ibu cukup" teriak Bagas dengan suara tinggi.

Keduanya seketika diam dan tak mengucapkan satu kata pun. Arinta yang melihat Valeria menangis dalam diam segera memeluk sang anak, biar bagaimanapun Valeria masih sangat kecil dan tidak seharusnya melihat kejadian barusan.

"Kamu tenang ya sayang jadi anak perempuan harus kuat" ucap Arinta dengan suara lembut.

"Udah jangan nangis lagi ya dek" ucap Bagas sambil mengelap air mata sang adik.

Budi yang melihat putrinya menangis seketika hatinya menjadi sakit. Ia yang biasanya memiliki ego sangat tinggi malam itu melepas semuanya dan memeluk ketiga orang yang di cintainya dengan erat.

Ketiganya kaget karena baru kali ini mereka melihat seorang Budi Kusumo melakukan hal seperti ini. Keempatnya menangis dalam pelukan tersebut, setelah agak mendingan mereka semua lalu duduk di sofa dengan diam.

"Ada yang mau ayah sampaikan" ucap Budi.

"Ada apa ayah?" tanya Bagas.

"Gadis di bawah adalah saudara tiri kalian" ucap Budi.

Deg.........deg.........

Jantung Valeria dan Bagas berdetak dengan cepat mendengar penuturan sang ayah. Bagas yang tahu maksud sang ayah segera berdiri dari duduknya.

"Bagas" ucap Budi.

"Tega ayah lakuin itu sama ibu. Selama ini aku selalu mengidolakan ayah sebagai orang yang paling aku banggain tapi ayah tega lakuin itu pada ibu, aku, dan Valeria" ucap Bagas dengan suara tinggi.

"Maafin ayah nak ayah salah. Ayah minta maaf" ucap Budi dengan memohon.

"Aku kecewa sama ayah dan sampai mati adik aku hanya Valeria saja!" teriak Bagas dengan suara tegas.

Bagas segera keluar dan membanting pintu dengan kuat. Semua orang kaget melihat hal tersebut karena baru kali ini Bagas menunjukkan amarahnya di dalam mansion.

"Kamu lihat sendiri kan mas........hiks hiks........ini semua akibat perbuatanmu" ucap Arinta sambil menangis.

"Valeria maafin ayah" ucap Budi sambil melihat putrinya.

...》 》 》 😘 😘 😘 😘 》 》 》...

Valeria menangis melihat tatapan sang ayah, hatinya sakit mendengar ucapan Budi tadi yang telah menyakiti hati mereka bertiga.

Tak tahu harus berkata apa Valeria memeluk Arinta dengan erat sambil menangis histeria. Hari ini Valeria tidak menjadi anak yang kuat dan tegas tapi hanya anak kecil yang berumur 10 tahun.

"Beri kami waktu mas karena ini bukan masalah sepele" ucap Arinta dengan tatapan kecewa.

Arinta keluar sambil memeluk sang anak menuju kamar Bagas. Malam ini ia akan tidur bersama dengan kedua anaknya untuk berbicara serius dengan keduanya, biar bagaimana pun Budi masih tetap ayah dan suami mereka.

Budi melihat kepergian istri dan anak-anaknya dengan sedih. Baru kali ini ia merasa sedih sudah mengecewakan keluarganya karena perbuatannya.

"Maafin aku Arinta aku bukan suami dan ayah yang baik untuk kalian" ucap Budi dengan sedih.

Dion yang mendengar ucapan sang tuan dari depan pintu mengurungkan niatnya untuk masuk. Ia memberikan waktu kepada sang tuan untuk menenangkan diri karena ia tahu sang tuan sangat mencintai istri dan anak-anaknya.

"Bi tolong bawa nona Bianca ke kamar tamu" ucap Dion.

"Baik tuan Dion" ucap bi Susi.

Bi Susi lalu membawa Bianca menuju kamar tamu, sampai di dalam kamar bi Susi lalu memberitahu letak kamar mandi dan juga lemari pakaian kepada Bianca.

Bianca yang sangat sedih hari ini seketika menangis di atas tempat tidur. Kepergian sang ibu yang sangat mendadak dan sifat sang ayah yang tiba-tiba berubah membuatnya menjadi sedih.

"Ibu..........hiks hiks........kenapa harus ningalin Bianca........hiks" ucap Bianca sambil menangis.

Meski baru umur 10 tahun tapi ia sudah tahu mengenai permasalahan yang barusan terjadi. Lebih tepatnya ia tak menyangka jika sang ibu adalah wanita ketiga dalam rumah tangga sang ayah.

❄❄❄❄❄

To be continue..............

Jangan lupa beri dukungan kalian lewat vote, like, dan komen yang sebanyak-banyaknya guys😘❤

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Chapter 86
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Chapter 100
101 Chapter 101
102 Chapter 102
103 Chapter 103
104 Chapter 104
105 Chapter 105
106 Chapter 106
107 Chapter 107
108 Chapter 108
109 Chapter 109
110 Chapter 110
111 Chapter 111
112 Chapter 112
113 Chapter 113
114 Chapter 114
115 Chapter 115
116 Chapter 116
117 Chapter 117
118 Chapter 118
119 Chapter 119
120 Chapter 120
121 Chapter 121
122 Chapter 122
123 Chapter 123
124 Chapter 124
125 Chapter 125
126 Chapter 126
127 Chapter 127
128 Chapter 128
129 Chapter 129
130 Chapter 130
131 Chapter 131
132 Chapter 132
133 Chapter 133
134 Chapter 134
135 Chapter 135
136 Chapter 136
137 Chapter 137
138 Chapter 138
139 Chapter 139
140 Chapter 140
141 Chapter 141
142 Chapter 142
143 Chapter 143
144 Chapter 144
145 Chapter 145
146 Chapter 146
147 Chapter 147
148 Chapter 148
149 Chapter 149
150 Chapter 150
151 Chapter 151
152 Chapter 152
153 Chapter 153
154 Chapter 154
155 Chapter 155
156 Chapter 156
157 Chapter 157
158 Chapter 158
159 Chapter 159
160 Chapter 160
161 Chapter 161
162 Chapter 162
163 Chapter 163
164 Chapter 164
165 Chapter 165
166 Chapter 166
167 Chapter 167
168 Chapter 168
169 Chapter 169
170 Chapter 170
171 Chapter 171
172 Chapter 172
173 Chapter 173
174 Chapter 174
175 Chapter 175
176 Chapter 176
177 Chapter 177
178 Chapter 178
179 Chapter 179
180 Chapter 180
181 Chapter 181
182 Chapter 182
183 Chapter 183
184 Chapter 184
185 Chapter 185
186 Chapter 186
187 Chapter 187
188 Chapter 188
189 Chapter 189
190 Chapter 190
191 Chapter 191
192 Chapter 192
193 Promo Novel Heartless 2
194 Promo Novel Penyesalan Anak Durhaka
Episodes

Updated 194 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Chapter 86
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Chapter 100
101
Chapter 101
102
Chapter 102
103
Chapter 103
104
Chapter 104
105
Chapter 105
106
Chapter 106
107
Chapter 107
108
Chapter 108
109
Chapter 109
110
Chapter 110
111
Chapter 111
112
Chapter 112
113
Chapter 113
114
Chapter 114
115
Chapter 115
116
Chapter 116
117
Chapter 117
118
Chapter 118
119
Chapter 119
120
Chapter 120
121
Chapter 121
122
Chapter 122
123
Chapter 123
124
Chapter 124
125
Chapter 125
126
Chapter 126
127
Chapter 127
128
Chapter 128
129
Chapter 129
130
Chapter 130
131
Chapter 131
132
Chapter 132
133
Chapter 133
134
Chapter 134
135
Chapter 135
136
Chapter 136
137
Chapter 137
138
Chapter 138
139
Chapter 139
140
Chapter 140
141
Chapter 141
142
Chapter 142
143
Chapter 143
144
Chapter 144
145
Chapter 145
146
Chapter 146
147
Chapter 147
148
Chapter 148
149
Chapter 149
150
Chapter 150
151
Chapter 151
152
Chapter 152
153
Chapter 153
154
Chapter 154
155
Chapter 155
156
Chapter 156
157
Chapter 157
158
Chapter 158
159
Chapter 159
160
Chapter 160
161
Chapter 161
162
Chapter 162
163
Chapter 163
164
Chapter 164
165
Chapter 165
166
Chapter 166
167
Chapter 167
168
Chapter 168
169
Chapter 169
170
Chapter 170
171
Chapter 171
172
Chapter 172
173
Chapter 173
174
Chapter 174
175
Chapter 175
176
Chapter 176
177
Chapter 177
178
Chapter 178
179
Chapter 179
180
Chapter 180
181
Chapter 181
182
Chapter 182
183
Chapter 183
184
Chapter 184
185
Chapter 185
186
Chapter 186
187
Chapter 187
188
Chapter 188
189
Chapter 189
190
Chapter 190
191
Chapter 191
192
Chapter 192
193
Promo Novel Heartless 2
194
Promo Novel Penyesalan Anak Durhaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!