Season 1 Hutang dibayar pernikahan

Hallo para reader, masih semangat kan baca nya, Apalagi Author semangat bangetttss..😙😙

***

Mendengar itu, ibu Zara merasa sangat marah dan kesal,"kapan aku berjanji untuk memberikan anakku padamu, hah!!"jawab Riana dengan emosi yang memenuhi hatinya. Kenangan masa lalu itu sekarang memenuhi pikiran nya.

"Kau pura-pura lupa ya dengan hutang suamimu itu,"ucap Wijaya masih dengan ekspresi dinginnya.

"Gunawan tidak pernah berhutang padamu, dia dijebak, dan semua itu ulahmu!!"

"Aku paling tidak suka basa-basi!!"

Prokk...Prokk...

Wijaya menepuk kedua tangannya. Memberi isyarat kepada para pengawalnya untuk membawa Zara dan Ibunya. Melihat hal yang tidak bagus itu, membuat ibu Zara tak berdaya dan langsung berlutut di depan Wijaya, ia menempelkan kedua telapak tangannya memohon pada Wijaya.

"Aku mohon padamu, lepaskan kami. Tolong!! lupakan kejadian masa lalu, kita sama-sama korban disini,"ucap ibu Zara memohon pertimbangan.

"Apa? kau gila yaa, yang korban hanya istri ku!! sampai kapanpun aku tidak pernah melepaskan kalian, kalian harus membayar semuanya!!"

"Aku mohon Wijaya, tolong!! lepaskan anakku, aku akan melakukan apapun untuk menebusnya asal jangan ambil anakku?"Riana masih terus memohon pada Wijaya.

Wijaya adalah orang yang sangat kejam dan kasar itu tidak akan pernah memberikan keringanan sedikitpun pada musuhnya. Para pengawal Wijaya mulai melangkah mendekat.

Melihat keadaan yang semakin menegangkan itu. Membuat Zara khawatir dengan keadaan ibunya, tanpa pikir panjang Zara keluar dari rumah dan menghampiri ibunya, iapun berjongkok dan membantu ibunya untuk berdiri.

"Ibu, kenapa ibu seperti ini didepan mereka, apa yang mereka lakukan pada ibu?"

Ibunya menoleh ke Zara dan memegang pundak Zara, mencengkram nya dengan kuat. Zara bisa merasakan ketakutan yang sangat besar pada ibunya.

"Zara, siapa yang bilang kamu boleh keluar!!" teriak ibunya memarahi Zara.

Zara menatap ibunya yang sedang gelisah dan takut itu, hatinya hancur. Baru pertama kali ia melihat ibunya seperti ini. Membuat hatinya sakit seperti ditusuk-tusuk dengan pisau tumpul, sakitnya berkali lipat.

Wijaya menatap Zara dengan senang. Berbeda dengan Darren ia menatap zara dengan tatapan dingin.

"Hallo Zara, kau tidak ingat aku. Pamanmu ini?"

Zara berdiri dan menatap dengan tatapan marah ke wijaya.

"Siapa kau? aku tidak pernah mengenalmu, apa yang kau mau dari ibuku?"kata Zara dengan nada penuh amarah.

"Kau lupa, aku adalah paman dan juga teman ayahmu dulu. Ibumu 13 tahun yang lalu dia berjanji untuk menikahkan mu dengan anakku saat umurmu menginjak 20 tahun, untuk membayar hutang ayahmu."

Zara menyeringai,"kau pembohong!! Itu pasti hanya akal-akalan mu saja kan."

Wijaya tertawa,"menarik, anak gunawan memang sangat menarik. Persis seperti ayahnya.''

"Aku pembohong? Mana mungkin. Tanyakan pada ibumu jika kamu tidak percaya."

Zara menatap ibunya. Riana menarik napas berat,"Kau harus percaya pada ayahmu Zara, dia bukan orang yang melakukan hal buruk itu."

"Aku tidak percaya padamu, kau pasti sedang mengada-ngada?"

Wijaya menjadi kesal,"sudah cukup!!''

Prok...

Wijaya menepuk tangannya sebagai isyarat kepada 4 pengawalnya untuk bertindak, dengan cepat 4 bodyguard itu menghampiri pak Wijaya dan langsung memegang Zara dan ibunya. Kekuatan 4 bodyguard itu tidak ada tandingannya. Zara dan Ibunya seorang wanita lemah tenaganya lebih kecil dan tidak kuat untuk melepaskan diri dari cengkraman mereka.

"Bawa mereka berdua masuk ke dalam mobil!"

"Baik bos,"jawab 4 pengawal itu dengan serempak.

Emilia langsung keluar dari rumah Zara ketika melihat Zara dan Ibunya dipaksa untuk masuk kedalam mobil mereka. langkahnya yang kurang cepat, telah didahului oleh cepatnya para pengawal itu membawa masuk Zara dan ibunya ke dalam mobil.

Duk..Duk..

Emilia menggedor-gedor kaca mobil.

"Ibu, Zara, mau dibawa kemana mereka, woy!! keluarkan mereka!!"teriak Emilia sambil terus menggedor-gedor kaca mobil.

Mobil mulai dihidupkan dan melaju meninggalkan rumah Zara, Emilia berusaha mengejar tapi kecepatannya kalah dengan laju mobil, perasaanya kacau,khawatir, juga takut terjadi apa-apa pada dua orang itu. Emilia mengeluarkan handphone dan menghubungi Polisi.

Polisi : ''Selamat siang, ini dengan Kepolisian Metro Jaya Jakarta ada yang bisa dibantu?''

Emilia :''Itu, i..tu..Pak saya mau melapor ada penculikan, teman saya dan ibunya dibawa kabur oleh orang ga di kenal, tolong Pak!!''

Polisi :''Baik, ini dengan siapa dan dimana anda sekarang?''

Emilia :"Ini dengan Emilia, sekarang saya berada di Jalan Dukuh no 1, Jakarta Barat Pak."

Polisi :"Baik kami akan menuju kesana sekarang"

Emilia menjelaskan setiap rinci dari kejadian siang ini. Dari mereka makan bertiga dihalaman dan 2 mobil yang tiba-tiba datang dan membawa paksa Zara dan ibunya, Emilia juga memberikan foto Zara dan Ibunya.

"Baik, kami akan menyelidiki kejadian ini, harap anda

tunggu kabar dari kami dan jangan melakukan tindakan sendirian.''pesan Polisi pada Emilia.

"Baik pak, saya akan menunggu kabar dari bapak."

Perasaan Emilia sudah sedikit lega karena polisi sudah mulai bertindak untuk mencari Zara dan Ibunya, Polisi itu mengantarkan Emilia kembali kerumahnya dengan aman.

Tapi, keluarga Wijaya tidak semudah itu untuk melepaskan Zara dan Ibunya. Wijaya punya kekuasaan besar dan ditakuti Kepolisian. Apa polisi sanggup untuk menangkap mereka? bahkan banyak juga dari kepala polisi yang bekerja sama dengan pak Wijaya demi Kekuasaan dan harta yang banyak, dan itu juga menjadi sebab Wijaya masih bebas melakukan kejahatan karena Polisi pun berada dibawah nya.

Zara dan Ibunya sampai di sebuah gedung besar dan mereka dikurung dalam satu ruangan. Tangan dan kaki mereka diikat dan mulutnya ditutup dengan kain panjang yang diikat dibelakang kepala mereka masing-masing.

"Jangan berpikir bisa melarikan dari sini karena mencoba pun kalian tidak akan bisa, dan besok Zara, anakmu akan menikah dengan Darren anakku," terang Wijaya.

Riana sudah tidak bisa membendung lagi air matanya yang ia tahan sejak tadi. Membayangkan kalau ia akan dipisahkan oleh anaknya, begitu berat. tangisnya pecah, setelah mendengar apa yang akan dilakukan oleh Wijaya kepada putrinya.

"Hmmm..hm...hmmm...hmmm,"ronta Riana yang tidak mengeluarkan kata-kata karena mulutnya yang tertutup oleh kain.

Wijaya acuh dan meninggalkan ruangan itu, ruangan yang juga ia kunci dengan gembok. Zara tidak tau apa yang akan dia lakukan. Dirinya putus asa, ada rasa sedikit kekecewaan pada ibunya.

Kenapa ibunya tidak pernah menceritakan hal ini padanya. mendengar suara ibunya yang menangis itu, hatinya menjadi sakit dan sesak. ingin rasanya ia memeluk ibunya, Berbagi rasa sedih mereka. tapi, bahkan untuk melihat saja tidak bisa, karena mereka diikat pada tiang yang berjarak 1 meter antara tiang satu dan yang lainya, mereka hanya bisa meronta dengan suara yang tidak menghasilkan kata-kata.

Keesokan harinya Wijaya datang kembali dengan beberapa pengawalnya. Dan membawa Zara, Zara berusaha melawan tapi apalah daya, kekuatan nya sudah terkuras dan belum makanya ia seharian ini membuat tenaganya berkurang banyak, ibunya juga dibawa oleh anak buah Wijaya. Mereka dipisahkan, Zara di bawa ke gedung pernikahan dan ibunya di bawanya entah kemana.

Sampailah Zara digedung pernikahan, banyak orang-orang besar berkumpul disana, mobil-mobil mewah terparkir rapih. Bahkan pakaian yang dipakai orang-orang yang datang itu bermerk terkenal dengan harga berjuta-juta. Zara dibawa keruang rias pengantin dan ikatan di tubuhnya dilepas, Zara didorong masuk kedalam ruang rias lalu dikuncinya pintu dari luar. Didalam ruangan ada 3 wanita yang bertugas untuk merias termasuk juga ada Darren yang sedang duduk membaca buku disitu.

"Buka!! Buka!! lepaskan ibuku, lepaskan ibuku!" teriak Zara sambil menggedor-gedor pintunya.

Para perias merasa kesal dengan sikap Zara,"siapa sih wanita yang akan menikah dengan anak presdir Biosock, dia sedang pura-pura atau bodoh!! Kalau aku yang jadi pengantinnya, aku akan jadi wanita paling beruntung di dunia ini,"ucap salah satu perias itu.

Darren yang mendengar itu langsung menatap perias yang bergosip tentang Zara dengan tajam. Mendapat tatapan tajam menakutkan dan dingin dari Darren para perias langsung terdiam dan menunduk karena takut.

Braak....

Darren membanting buku di tangannya ke meja dengan kuat, Zara tidak peduli dengan Darren yang kesal itu. Sekarang yang ia pikirkan adalah keadaan ibunya, Darren berjalan menghampiri Zara membalikkan badanya kearah Darren. Ia mengangkat kedua tangan Zara keatas lalu menguncinya dengan tangan kiri, kuncian tangan Darren sangat kuat, Zara tidak bisa melepaskan cengkraman tangan darren yang menyakiti pergelangan tangannya itu. Zara menatap Darren dengan tatapan tajam dan penuh amarah.

"Kau mau menurut padaku atau membuat ibumu celaka?"ancam Darren dengan tatapan dingin dan menakutkan.

Drrrt..Drrrt..

Hp Darren bergetar karena ada panggilan masuk. Darren mengeluarkan ponsel dan mengangkat video call dari anak buahnya, lalu memperlihatkan nya pada Zara apa yang ada di layar ponsel itu. Video Call itu terlihat ibu Zara yang di dudukan pada kursi dalam keadaan terikat dan sebuah pistol di todong ke kepalanya, melihat itu Zara ketakutan dan menjadi semakin cemas.

"jangan lukai ibuku, aku mohon!! aku akan menurut, tolong! jauhkan pistol itu darinya."pinta Zara.

Darren menyuruh anak buahnya menjauhkan pistol itu dari kepala ibu Zara.

"Jadi, jangan coba merengek dan coba kabur dari pernikahan ini karena nyawa ibumu tergantung dari seberapa menurutnya kamu"ancam Darren.

"Baik, aku akan melakukan pernikahan ini."

Darren melepaskan cengkraman nya. Dan zara berjalan ke meja rias, untuk saat ini dengan terpaksa Zara menuruti kemauan Darren. Nyawa ibunya lebih penting dari apapun, meski harus menyakiti dirinya, Zara sanggup. Asalkan itu bukan ibunya yang tersakiti.

Darren memperhatikan Zara dari pintu. Ia menyenderkan tubuhnya pada pintu, Zara menahan air matanya untuk tidak mengalir. Ia harus memikirkan cara untuk meyelamatkan ibunya dari cengkraman Wijaya dan kabur menjauh dari mereka, ia benar-benar tidak menyangka kehidupannya satu hari yang lalu masih baik-baik saja. Hanya berbeda berapa Jam hidupnya hancur bagai membalikan tangan begitu mudah.

Ia masih belum mengerti kenapa ini semua terjadi, dari dulu ibunya tidak pernah cerita tentang hal seperti ini, juga dengan utang itu, Zara baru tau dari perkataan Wijaya padanya. Dan juga tentang ibunya yang telah berjanji untuk menikahkan dirinya dengan anak lelaki Wijaya untuk membayar hutang 2 triliun rupiah, ia benar-benar tidak mengerti, ini diluar pemikirannya yang tak pernah disangkanya. Bagai sebuah mimpi buruk di siang bolong.

Selesai di rias, Zara diminta untuk memakai gaun pernikahan. Kalau bukan karena ibunya yang sekarang sedang berada ditangan mereka, Zara tidak akan sudi melakukan pernikahan ini. Zara menurut demi keselamatan sang ibu, Zara keluar dari ruang ganti dengan memakai gaun pengantin yang sangat cantik dan sangat pas ditubuhnya membuat Zara semakin cantik dengan balutan gaun pengantin itu.

Dag.. Dig... Dug...

Jantung Darren berdegup kencang melihat penampilan Zara yang sangat cantik dan mempesona itu. Pandanganya tak bisa teralihkan, Zara berjalan mendekatinya sambil menundukkan kepala, Darren segera menyadarkan dirinya dan iya mengetok pintu sebagai isyarat kepada anak buah nya kalau Zara telah selesai dirias. Anak buahnya segera membukakan pintu.

"Saya terima nikahnya Firanda Azzara Binti Gunawan Putra dengan mas kawin sebesar 200 juta dibayar tunai,"Darren mengucapkan ijab kabulnya.

"Saah?" tanya penghulu.

"Saaaaah"jawab para tamu serempak.

Dunia seakan runtuh, bagai sudah jatuh tertimpa tangga. Ini berat baginya, Ia ingin menangis tapi demi menyelamatkan sang ibu ia tidak berani menangis, ini terlalu menyakitkan untuknya, dalam hatinya ia terus mengumpat kejadian hari ini.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!