* Flashback on
POV Marco
Aku mencintai gadis keturunan bernama Aleeya. kami menjalin hubungan cukup lama, 5 tahun. Sampai akhirnya memutuskan untuk menikah karena aku hanya ingin selalu bersamanya dan menjagany setiap saat.
Jujur saja, kami menikah diam-diam dan hanya dihadiri oleh penghulu, kedua sahabatku yang bernama Kaisar dan Riyan, juga om Dani selaku wali nikah dari Aleeya. Beliau menggantikan Ayah Aleeya yang tidak bisa hadir karena mereka berada di New York.
Kami pun telah resmi menjadi sepasang suami istri setelah aku mengucapkan ijab qobul dengan lancar dihadapan penghulu didalam ruangan rawat inap sebuah rumahsakit. Aleeya terlihat sangat bahagia, begitu pun dengan diriku.
"Sayang, kita akan bulan madu kemana?" tanya istriku melepaskan senyumnya.
"Kemana saja, yang. Asalkan kamu cepat pulih."
"Bagaimana kalau ke New York, sekalian mengunjungi papa dan mama ku disana?!" tanyanya dengan sangat antusias.
"Oke, kita akan bulan madu ke sana. Sekarang lebih baik kamu istirahat ya, Lea. Aku akan selalu menjagamu disini."
Lalu ku kecup kening istriku. Tak tahan, dan itu wajar, ku cium juga bibir ranumnya dengan lembut. Ingin rasanya aku segera menjamah tubuhnya yang selalu terlihat seksi dimataku. namun aku harus lebih bersabar lagi menunggu sampai kesehatan istri ku benar-benar pulih. Aleeya pun kembali merebahkan tubuhnya yang masih lemah di pembaringan rawat inapnya.
Tiba-tiba seorang dokter dan satu suster datang untuk mengecek kondisi Aleeya pasca operasi.
"Kapan aku boleh pulang, Dok?" tanya istriku penuh harap. Dia nampaknya sudah bosan berlama-lama menginap dirumahnya sakit. Begitu pula aku yang sudah berhari-hari tidak bisa ke kantor karena harus menemaninya disini.
Sang dokter itu malah tersenyum menanggapi pertanyaan Aleeya. lalu menatap kami secara bergantian. "Pengantin baru ini sepertinya sudah tidak sabar saja ingin pulang. Sabar dulu ya nyonya Aleeya, anda kan baru saja operasi transplantasi. Jadi kami harus terus memantau anda, nyonya Aleeya."
Wajah cantik Aleeyaku berubah sendu setelah mendengar saran dari dokter. Aku bisa merasakan apa yang saat ini ia rasakan.
"Benar kata dokter, bersabarlah. Kamu harus benar-benar sembuh dulu ya," kataku berusaha menenangkannya, seraya mengusap lembut puncak kepala istriku.
Aku selalu berusaha mensuport wanita yang kini telah resmi menjadi istri itu. Aku lega, kini aku bebas mengurus dan menjaga Aleeya dirumah sakit. Itulah alasanku menikahi Aleeya dengan segera. Ia menderita sakit parah disaat kedua orangtuanya jauh, dan ia sengaja tidak ingin memberitahukan kondisinya karena tidak ingin membuat mereka cemas.
Sedangkan aku? kemarin statusku hanyalah kekasihnya. Aku punya batasan-batasan sendiri dan tidak leluasa mengurus dan menjaga Aleeya setiap saat. Untuk itu aku ingin segera menikahinya meski harus menikah dirumah sakit dengan diam-diam tanpa adanya pesta resepsi. bahkan adikku sendiri pun tidak hadir karena tidak aku beritahu.
***
Seminggu sudah Aleeya melakukan memulihan pasca operasi dirumahsakit. Hari ini dokter memberitahu bahwa Aleeya boleh pulang. Namun tetap saja dokter memberi jadwal kontrol dua Minggu sekali untuk mengecek kondisinya.
Kami memutuskan tinggal di apartemen baru yang sebelumnya telah aku beli setelah menikah Minggu lalu. Kami akan memulai mahligai rumah tangga kami disini. Aku harus bersabar karena kondisi Aleeya masih belum memungkinkan untuk aku jamah.
Saat hasratku sedang tak terkendali, aku sering melampiaskannya dengan berolahraga futsal dengan teman-teman dikantor, setelah itu pergi ke club malam hanya untuk minum dan sedikit bersenang-senang.
Hari-hari pun berlalu. Malam itu, setelah kondisi Aleeya udah benar-benar baik dan sudah siap, untuk pertama kalinya kami akan melakukan ritual malam pertama yang lama tertunda. Aleeya benar-benar membuat dadaku semakin panas saat ia mengenakan lingerie transparan berwarna hitam. Sungguh teramat seksi melihat lekukan tubuhnya yang begitu terekspos didepan mataku. Mungkin ia sengaja melakukan itu untuk membuatku senang.
"Aku udah siap, Marco sayang," godanya membuat gemuruh dada ini semakin memuncak.
Langsung saja ku rengkuh tubuhnya, ku cium bibirnya yang tebal mempesona tanpa ampun. Ku pangku dia ke atas ranjang. Aku benar-benar tergila-gila malam itu, hasratku membuncah hingga tak sengaja telah merobek lingerie berbahan tipis itu. Hingga tubuh Aleeya akhirnya tak dibaluti sehelai benangpun. Aku sungguh tak terkendali, ku sentuh setiap jengkal bagian tubuh Aleeya dengan penuh kenikmatan. Kulihat wajah istriku yang tengah merah merona, disana terlihat bahwa Aleeya juga begitu menikmati malam pertama kami yang bisa dikatakan sudah basi.
Setelah melakukan foreplay cukup lama, aku pun segera melucuti pakaian yang masih melekat ditubuhku. Ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, dan milikku itu benar-benar sudah tidak tahan untuk merobek selaput daranya. namun saat milikku hendak menerobos masuk, tiba-tiba Aleeya mengumpat kesal.
"Aahh, shit!"
"Ada apa? sakit? aku belum melakukannya lho," tanyaku kaget mendengar Aleeya sedikit menjerit.
"Marco, sepertinya aku datang bulan" keluhnya.
Ternyata benar saja. Aku lihat dibagian intimnya keluar cairan berwarna merah hingga mengotori sprei putih tempat tidur kami. Aku pun menjauh dari tubuh Aleeya, memberi ruang gerak istriku untuk beranjak ke kamar mandi membersihkan dirinya.
Dan aku? aku hanya bisa mengeram frustasi. kepalaku terasa sakit karena tidak jadi mengeluarkan hasrat yang sudah lama tertampung.
"Sayang, bisa tolong ambilkan pembalut didalam laci meja rias!" teriaknya dari dalam kamar mandi.
Aku pun mengiyakan. lalu mengambil benda persegi berkemasan plastik menyerupai roti itu dan memberikannya pada Aleeya.
"Thank you," ucapnya lalu menutup kembali pintu kamar mandi dari dalam.
Tak lama kemudian, Aleeya pun keluar dari sana dengan wajah yang ditekuk kesal.
"Ah, maaf. Ngga jadi deh," keluhnya menghampiri.
"Nggak apa-apa sayang, aku ngerti kok. Ayo, lebih baik sekarang kita tidur saja!"
Kecewa sih iya, tapi mau bagaimana lagi. Aku pun menarik Aleeya ke atas kasur. Membiarkan Aleeya berada dalam rengkuhan dan ku kecup keningnya berkali-kali, hingga kami pun akhirnya memutuskan untuk tidur. Menahan hasrat kami untuk satu Minggu kedepan lagi. Dan bahkan tidak sampai sama sekali.
Kehidupan rumah tangga kami selanjutnya seperti neraka bagiku. Aleeya sering membuatku marah. Sejak Aleeya kembali bekerja, ia lupa kalau dirinya sudah menikah. Aleeya masih dekat dan sering makan siang bersama dengan teman-teman pria dikantornya. Aku tidak suka itu! Aleeya tidak boleh dekat dengan pria manapun walau dia bilangnya hanya teman.
Aku memang pencemburu dan teramat posesif. Tapi apa itu salah?
Aleeya tidak pernah mendengar apa mau ku. Sampai titik dimana kesabaran ku hilang. Aku marah saat Aleeya diantar pulang lelaki lain karena mobilnya mogok. Kami ribut, hingga aku jengah lalu mengucap kata cerai pertama kali.
Setelah beberapa bulan kami rujuk kembali. Ternyata biduk rumah tangga kami selalu di uji. Dan lagi-lagi aku lepas kendali menampar Aleeya hingga ia memintaku untuk menceraikannya. Aku ikuti maunya karena terbawa emosi.
Konyol, aku tidak sanggup berpisah dengannya. Ternyata Aleeya pun sama. Akhirnya kami kembali rujuk untuk yang kedua kalinya.
Miris, hubungan kami seolah tidak direstui semesta. Aku kecewa berat saat seseorang mengirimkan video yang kali ini membuatku begitu murka.
* flashback end.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
Spertinya kalian msih sma² labil dan blm dewasa
2022-10-14
0
Soepiah putri
suami apaan dikit2 cerai.ga baik klo d teruskan nanti d uji dikit aja sm yg d atas ntar cerai ujung2nya...lebih baik marcel bener2 cinta tuh sama aleeya
2022-04-06
0
Lina Castano Thekelijie
berarti alleya janda kembang yg belum terjamah ya 😁
2022-01-29
0