Impian

"Tapi Bibi, aku punya pertanyaan. Saat pertempuran sengit itu terjadi, siapa yang sempat-sempatnya mengabadikan kisah ini di buku sejarah Alam Semesta yang Bibi pegang itu? Bukankah Kaisar saat itu bertarung empat mata? Aku bingung mengapa kisahnya begitu detail ditulis."

Tanya wanita muda nan cantik jelita di hadapannya itu. Ia duduk manis, matanya membulat besar menatap sang Bibi penasaran.

Si Bibi yang mendengar pertanyaan itu, kemudian tersenyum lembut sambil mengelus-elus rambut halus Oshun dengan penuh kasih sayang.

"Itu pertanyaan bagus Oshun. Saat itu Kaisar memang bertarung empat mata dengan Bia. Namun, bukan berarti Dewa-Dewa kuat tidak ada bersamanya. Saat itu ada sahabatnya, yaitu Dewa Mantis. Semua buku-buku sejarah Alam Semesta ini sejak beratus ribu tahun yang lalu hingga sekarang telah ditulis secara turun-temurun oleh Suku Langit. Karena Dewa Mantis berasal dari Suku Langit, berarti dialah yang menulisnya. Kisah-kisah di buku ini ditulis dengan apa adanya." Jelas wanita yang membacakan kisah tadi.

Ya, wanita itu adalah Bibi kandung dari Dewi Oshun.

"Oo ... Eum ... Apa Kaisar Ou itu pernah mengunjungi alam lain selain alam Suku Langit? Misalnya datang ke alam Zoi ini?"

Oshun bertanya dengan sangat antusias.

"Hmm .... biar ku ingat-ingat dulu." Ucap Bibinya sambil menopang dagu dengan kedua tangan.

Ia sedang mencoba mengingat-ingat memori lamanya.

"Ya, pernah. Tapi itu sudah sangat lamaaa sekali. Saat itu Bibi masih kecil, dan Kaisar Ou waktu itu baru akan dinobatkan menjadi kaisar Agung. Kalau tidak salah, waktu itu Ia datang hanya untuk melihat-lihat saja ke lembah ini. Waktu itu beliau pernah membantu Bibi saat hampir terlempar ke alam manusia loh." Jelas Bibi Oshun yang tanpa sadar memperlihatkan senyuman tipis saat menceritakannya.

"Oo ... Seperti apa rupa Kaisar Ou, Bibi? Apa Beliau memang orang yang sangat tampan?" Tanya Oshun yang tiba-tiba mendongakkan kepalanya, sehingga membuat Bibinya sedikit kaget dan spontan menghentikan elusan tangannya.

Mendengar pertanyaan yang dirasa cukup menggelikan itu ,wanita itu pun tersenyum sambil menggeleng-geleng kecil.

"Kan waktu itu Bibi masih kecil, Bibi tidak terlalu memperhatikan yang seperti itu. Sudah sudah, Kau pergilah belajar ke tempat kakek Ri, kau harus berbenah untuk bisa menjadi pemimpin agung suku Zoi nanti." Kata Bibinya berusaha mengelak karena arah pembicaraannya dirasa sudah mengarah pada hal yang tidak penting untuk dibahas.

"Sa-satu pertanyaan lagi Bi, Mmm ... kenapa saat itu Kaisar tidak langsung membunuh Nenek Bia saja? Kalau hanya dikutuk kan memungkinkan dia bisa lolos lagi."

Dewi kecil itu kemudian bangkit dari duduknya. Menunggu jawaban dari bibinya, ia lalu berjalan perlahan mundur ke arah pintu keluar ruangan itu, namun sesekali langkahnya terhenti.

Ia melakukan itu agar sekiranya mendapat jawaban, ia akan langsung terbang dan pergi ke tempat belajar.

Bibinya menghela napas pelan.

"Anak nakal sepertimu memang tidak tau apa-apa ya. Di Alam Semesta ini ada hal yang tidak boleh dilakukan. Segalanya memiliki konsekuensi, sekuat apa pun Kaisar ia tidak dapat menghindari konsekuensinya loh. Tugas seorang Kaisar Agung itu sangat berat, ia tentu harus menjaga keseimbangan di Alam Semesta ini. Kejahatan dan kebaikan harus seimbang, karena mereka diciptakan beriringan oleh Sang Pencipta." Jelas Bibinya.

Wanita yang dipanggil Bibi itu kemudian juga ikut berdiri, lalu berjalan menghampiri Oshun.

Ia menggapai tangan gadis dihadapannya itu dan menuntunnya keluar ruangan, seolah ingin menyuruh Oshun segera pergi dari tempat itu

Menanggapi isyarat yang diberikan Bibinya, Oshun pun segera pergi meninggalkan ruangan itu dengan seberkas senyuman manis yang diperlihatkannya.

.

.

.

Hari ini memang jadwalnya untuk mengikuti pembelajaran. Seorang Dewa dan Dewi yang terlahir dengan kekuatan asli sukunya, bukan berarti tidak membutuhkan pendidikan. Semua wajib mengikutinya, apalagi seorang calon Dewi Agung seperti Oshun.

Semua pewaris tahta kelima alam memang wajib mengikuti pendidikan Dewa Dewi di Lembah pengetahuan tempat Kakek Ri, seorang Dewa tua yang menguasai seluruh teori dan ilmu pengetahuan sihir.

Hari ini Oshun akan pergi ke tempat itu.

Tempat pendidikan itu letaknya berada di lembah pemurnian. Tempat itu memiliki suasana belajar yang terbuka, sehingga yang belajar di sana dapat menyatu dengan energi alam.

Lantainya bukan langsung dari rerumputan hijau lembah itu, namun dibuat dari batu yang lebih tinggi permukaannya dari pada daerah di sekitarnya.

Lantai yang terbuat dari batu itu ukurannya luas dan berbentuk persegi panjang. Setiap murid yang mengikuti pembelajaran dapat duduk langsung di atas lantai, dan di hadapannya tersedia meja batu dengan permukaan datar, untuk belajar.

Di muka barisan meja-meja batu itu, ada semacam panggung yang terbuat dari batu juga, ukurannya juga lumayan besar sebagai tempat pengajar saat menjelaskan materi.

"Lihat, itu si anak nakal Oshun Zoi! Dia terlambat lagi." Kata salah seorang murid laki-laki yang mengenakan pakaian serba putih di tempat itu.

"Meskipun jahil dan penuh kecerobohan, kalau dilihat-lihat dia cantik sekali ya." Kata yang seorang lagi sambil tersenyum miring.

Mereka yang mendengar ucapan pria barusan spontan mengangguk sependapat.

Gadis itu begitu gemulai, dan tampak indah ketika dilihat dari jauh. Kulit putihnya seakan memantulkan cahaya matahari yang terik.

Dan ketika sudah mendekat seperti sekarang ini, terpancar aura yang membuat hati bergetar. Matanya sangat lentik dan besar, hidungnya mancung dan menantang, bibirnya tipis dan merah alami, juga pipinya yang merah merona, membuatnya terlihat sempurna.

Hah, dia cantik sekali. Batin pria lainnya yang juga berada ditempat itu.

"Apa lihat-lihat? Belum pernah lihat orang terlambat?" Tanya Oshun dengan polosnya.

"B-bukan. Lagian tak ada yang pernah melihatmu tak terlambat kok." Jawab pria itu pada Oshun.

"Hehehe ... Cleon, kau ini terlalu jujur, kutebak kau nanti akan menjadi pewaris tahta suku perbintangan yang terjujur yang pernah ada." Kekeh pemuda suku duyung.

Oshun memang sangat akrab dengan siapa saja. Sifat jahil dan supelnya membuat namanya sangat dikenal, tetapi parasnya yang sangat cantik membuatnya lebih eksis di beberapa daerah besar.

Oshun bahkan pernah disanding-sandingkan kecantikannya dengan Dewi Bulan yang juga terkenal rupawan.

Tok Tok Tok ...

Terdengar suara semacam ketukan tongkat kayu pada meja.

"Hei, cukup basa-basinya! Kalian ke sini mau belajar atau mau bergosip?!" Sindir seorang Kakek tua yang tiba tiba muncul.

Melihat Sang Guru telah hadir, seketika 15 murid di tempat itu terdiam dan duduk rapi di tempatnya masing-masing.

"Para pewaris tertua kelima alam besar maju ke depan dan perkenalkan diri kalian. Ini hari pertama kalian masuk kelasku kan?" Ucap guru tua yang bernama Ri itu.

Guru Ri memerintahkan agar kelima pewaris tertua dari setiap suku maju untuk memperkenalkan dirinya. Pewaris tertua berarti pewaris utama yang akan menjadi pemimpin Agung di sukunya masing masing.

Sementara sisanya merupakan saudara atau saudari yang akan menjadi pewaris cadangan.

Dewa dari suku Perbintangan, suku Duyung, suku Bulan, suku Dimian, dan Dewi dari suku Zoi pun maju ke depan untuk memperkenalkan diri mereka masing-masing.

"Halo semua, namaku Cleon dari suku perbintangan. Aku sudah berumur 35.000 tahun, mungkin yang paling muda di sini. Terimakasih." Ucap pria bertampang lembut dengan pakaiannya yang serba putih itu.

"Hihihi." Terdengar samar-samar tawa kecil.

"Heh, Emang ada yang lucu?" Bisik Cleon pada Oshun yang tertawa kecil, dan dibalas dengan gelengan kecil dari Oshun.

"Selanjutnya."

"Ehekkm, perkenalkan aku adalah Sebasta dari suku duyung. Terimakasih."

Semua murid kembali bertepuk tangan sebagai bentuk respon baik mereka untuk para pewaris besar. Untuk belajar di lembah pemurnian ini, Sebasta harus menyesuaikan dirinya. Mengingat tempat hidupnya bukanlah di daratan.

"Namaku Damaresh, dari suku Bulan. Senang bertemu kalian semua." Pungkasnya dengan singkat, padat, dan jelas. Dan jangan lupakan ekspresi datarnya itu.

Jadi ini suku bulan? Tubuhnya seperti mengeluarkan cahaya biru, pantas saja.

Wajahnya tampan juga ya ternyata. Badannya juga bagus.

Ahh, sadar. Sadarlah Oshun... Batin Oshun dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Haii namaku Damian, dari suku Dimian atau yang dikenal dengan suku tanah. Terimakasih guru Ri sudah mau menerimaku." Ucapnya sambil tersenyum lebar. Ia sangat ceria dan bersemangat.

"Ya ya, Selanjutnya." Balas guru Ri dengan ketus, sambil memperhatikan suatu gulungan di mejanya.

"H-halo semua, Namaku Oshun Zoi. Aku dari suku Zoi atau sebut saja suku kehidupan. Senang berkenalan dengan kalian semua." Ucap Oshun dengan tangan mengatup di dadanya.

"Hah.. Siapa yang tidak kenal kamu Oshun?" Tanya guru Ri yang dibalas Oshun dengan senyuman manisnya.

Kemudian kelima Bangsawan itu dipersilahkan untuk turun dan kembali duduk di tempatnya masing-masing.

Sesaat sebelum turun, tiba tiba guru Ri menghentikan langkah Oshun.

"Oshun, apa impianmu?" Tanya Guru Ri penasaran.

Eh? Kenapa tiba-tiba...?

"Eee ... Impianku saat ini hanya satu. Hehehe.. Aku sangat ingin bertemu dengan Kaisar Agung, dia favoritku." Ucap Oshun blak-blakan sambil tersenyum lebar.

Hoo... apa ini semacam pengakuan cinta terbuka? Batin Damian sambil menunjukkan sanyuman khasnya.

"Hmm... Tidak salah sih kalau bermimpi. Dengar aku baik baik. Kalau kemampuanmu tidak berkembang, jangankan bertemu Kaisar, menginjakkan kaki di Istana megahnya pun kau tak akan bisa." Ledek Guru Ri.

.................

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

visulalisasi gambar tempat dn tokohnya 👍👏👌sip

2023-05-07

0

Tanata✨

Tanata✨

Calon bini

2023-05-02

0

Tanata✨

Tanata✨

Wuoooww gambarnya keren....

2023-05-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!