Johan dan anak buahnya yang baru saja tiba di rumah sakit pun segera memanggil para perawat untuk segera membawa Jazira masuk. Johan berjalan mendekati resepsionis rumah sakit dan mengatakan identitas Jazira.
"Berikan perawatan terbaik untuk calon Nona Muda Alexander!" Ucap Johan sambil menyerahkan kartu kredit kepada seorang resepsionis yang hanya menundukkan kepalanya.
Setelah memngambil kartu kreditnya kembali, Johan pun segera berjalan menuju ruang UGD yang berada di rumah sakit tersebut. Johan duduk di bangku yang berada di depan ruangan tersebut.
Johan pun segera mengambil ponselnya dan menghubungi kembali Tuan Mudanya. Selalu dan selalu, Johan harus mendial nomor sang atasan berkali-kali terlebih dahulu sebelum Albirru menjawab panggilannya.
"Berita tidak penting apa lagi yang akan kau berikan padaku Jo?!" Bentak Albirru ketika pertama kali setelah mengangkat panggilan sang asisten.
"Tuan Muda, bisakah kau datang ke rumah sakit kota sekarang? Kau bisa sekalian memastikan, apakah wanita tersebut sesuai kriteriamu atau bukan. Hanya sebentar saja, kau hanya perlu meluangkan waktu 5 menit saja." Ucap Johan dengan perasaan was-was kepada sang atasan.
"Tidak bisa, aku sedang sibuk!" Ucap Albirru lalu mematikan panggilannya lagi secara sepihak. Johan hanya bisa menghela nafasnya sambil mengelus dadanya.
"Mengapa anak mu memiliki sifat yang sangat berbeda dengan mu, sahabatku." Ucap Johan bertanya pada seseorang yang sudah meninggal dunia itu. Ya, ayah Albirru adalah atasannya dahulu. Dia memutuskan untuk tetap mengabdikan hidupnya kepada anak sang sahabat.
Setelah satu setengah jam lamanya Johan duduk di bangku tersebut, seorang dokter keluar dari ruangan UGD yang ditempati oleh Jazira. Johan pun berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati seorang dokter yang sedang melipat stetoskop nya.
"Bagimana keadaan pasien yang sedang berada di dalam, dok?" Ucap Johan dengan sopan sambil menatap sang dokter. Sang dokter pun tersenyum dan mengangguk kan kepalanya.
"Alhamdulillah operasi berjalan dengan lancar dan satu buah peluru berhasil keluar dari bahu kanan milik korban. Korban akan dipindahkan ke ruang rawat dan mohon untuk segera melunasi administrasi terlebih dahulu. Saya permisi dulu, Pak. Mari." Ucap sang dokter sambil menganggukkan kepalanya dan berjalan menjauhi Johan.
Tak lama setelah itu, keluar empat orang perawat dari UGD dan berjalan mendorong brankar Jazira menuju ruang rawat. Johan pun berjalan mengikuti mereka dari belakang dan segera masuk ke ruangan rawat milik Jazira.
Setelah menyiapkan semua keperluan milik Jazira, keempat perawat tersebut pun keluar dari ruangan Jazira. Meninggalkan Johan yang sedang berdiri sambil menatap Jazira.
Johan beralih menatap sofa yang berada di samping brankar milik Jazira dan berjalan mendekati sofa tersebut. Johan pun mendaratkan pantatnya dan mencari posisi nyaman untuk duduk, lalu mengambil ponselnya.
Dia membuka dokumen dan memantau pekerjaan selanjutnya yang akan dilakukan oleh Albirru. Johan sudah terbiasa melakukan hal tersebut karena beberapa kali dia harus melakukan pekerjaan yang jauh.
Johan yang sedang membaca dokumen-dokumen tersebut terkejut bukan main karena pintu ruang rawat milik Jazira terbuka. Johan pun menolehkan kepalanya dan terkejut ketika melihat sang Tuan Muda berada di sana.
Sontak, Johan pun segera berdiri dari duduknya namun terhenti karena garakan tangan milik Albirru. Albirru hanya menatap tajam kepada Johan dan berjalan dengan pandangan lurus ke depan mendekati brankar milik Jazira.
Perasaan Johan sudah harap-harap cemas ketika melihat wajah datar sang atasan yang masih menatap wajah Jazira. Hanya kesunyian yang meliputi ruang tersebut, tak ada satu orang pun yang berbicara termasuk Johan maupun Albirru.
Sebenarnya banyak pertanyaan yang sedang menghampiri benak Albirru. Seperti siapa Jazira, dari mana asalnya, siapa keluarganya, apa pekerjaannya, berapa umurnya, dan apakah Jazira adalah orang yang baik?
Setelah dibuat kebingungan oleh kebisuan sang atasan, kini Johan dibuat melongo karena melihat sang atasan yang tiba-tiba pergi dari ruang rawat Jazira tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
Ketika matanya masih melotot dan mulutnya masih terbuka, tiba-tiba pengawal dari sang atasan masuk ke dalam ruang rawat Jazira. Sang pengawal tersebut membawakan selembar kertas beserta pena.
Tak lama setelah itu ponselnya pun berdering dan menampakan panggilan dari sang atasan. Dengan segera, dia menempelkan ponselnya ke telinganya dari menyimak apa yang akan sang atasan katakan.
"Segera buatkan kontrak pernikahan antara aku dan gadis itu!" Ucap Albirru dengan singkat lalu mematikan ponselnya. Entahlah mungkin mulai saat ini, kebiasaan yang akan selalu dia terapkan pada dirinya sendiri adalah untuk mengelus dadanya karena sikap dari sang atasan.
Setelah menghela nafasnya cukup panjang sambil menatap selembar kertas serta pena berwarna hitam tersebut, Johan pun memantapkan hatinya untuk berjalan mendekati meja tersebut.
Setelah berpikir apa saja yang disukai oleh sang atasan juga yang tidak disukai, Johan pun menyusunnya rapi-rapi dan mulai menulis di kertas tersebut.
Poin pertama Johan mengatakan bahwa Jazira harus melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri kepada Albirru.
Kedua, Johan menuliskan bahwa Jazira harus mengurus semua keperluan Albirru baik lahir atau batin nya.
Poin ketiga, Johan menuliskan bahwa jika selama kontrak pernikahan berjalan Jazira tidak membuat suatu masalah apa pun Albirru akan selalu membayarnya.
Dan poin terakhir, Jazira harus selalu menuruti apa pun perkataan dari Albirru.
Setelah selesai menuliskan surat kontrak antara sang atasan dan seorang gadis yang masih tertidur, dengan bangga nya Johan pun menelepon sang atasan dan mengatakan bahwa surat kontraknya telah selesai.
Johan pun menghubungi nomor sang atasan dan segera mengatakan bahwa surat kontraknya sudah siap ditandatangani. Namun betapa terkejutnya Johan ketika mengetahui jawaban dari sang atasan yang mengatakan bahwa dirinya tidak menyukai poin nomor satu dan dua.
"Gantilah poin nomor satu dengan tidak ikut campur dengan urusan pribadi masing-masing. Katakan juga padanya jika dia sudah bangun nanti agar selalu sadar akan posisinya sebagai istri kontrakku. Apakah kau sudah paham, sekarang?" Ucap Albirru dengan panjang kali lebar yang membuat Johan terkejut.
Bahkan ketika meeting pun, Albirru akan mewakilkan padanya jika ada klien yang bertanya. Tak mau membuat masalah lagi, Johan pun mengganti semuanya di dokumen yang berada di Hp nya.
Johan pun segera memindahkan semua yang dikatakan oleh sang atasan dan menambahkan seperti yang berada di surat kontrak tiba-tiba Jazira pun terbangun.
"Apakah paman adalah orang yang sama seperti yang menemui Jazira di tong sampah yang ada di gang kecil itu?" Tanya Jazira lirih sambil menatap Johan.
Johan hanya menggelengkan kepalanya dan berjalan mendekati Jazira.
"Bukan, aku bukanlah teman-teman dari para gangster itu. Kenalkan, nama Paman adalah Johan. Paman adalah asisten dari Tuan Muda Albirru, kau tahu Tuan Muda Albirru kan?" Tanya Johan sambil mengulurkan tangannya untuk menyalami Jazira.
Sontak Jazira pun memelototkan matanya dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Tu...Tuan Muda Albirru?!" Tanya Jazira terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Sulis Sda
visual nya thor
2023-06-09
0
saya laki-laki
good
2021-12-13
0
coni
ge mau komen lanjut, tapikan lanjutannya udah banyak 🙃
2021-10-06
0