Dera duduk terdiam di meja kerjanya sambil menjambak rambutnya dengan frustasi. Matanya berkaca-kaca dan siap menitikan air mata. Lagi-lagi dia hanya di manfaatkan karena hartanya. Ini sungguh memilukan, dimana orang tuanya sama sekali tidak memaksakan perihal jodoh, dan membiarkan anaknya hidup mandiri, tetapi jodoh itu seperti semakin jauh.
Dera menatap foto di meja kerjanya. ia mengusap kasar air mata yang sudah menerobos terjun bebas dari pipinya yang putih mulus.
" Kamu beruntung Tania. Kalau aku jadi kamu, aku akan terus berusaha bersikap lemah lembut dan terus menggoda Julian. Lelaki mana yang tak suka ikan? Kamu sah istrinya, tetapi kamu tidak mau berjuang untuk mendapatkn hatinya."
" Jika aku jadi Kamu, aku akan sangat bahagia. Aku akan membuat suamiku bertekuk lutut dan menjadi budakku. Tapi kamu? kamu malah selalu bertengkar dengan Julian."
" Hahahaha, dunia ini aneh! Dimana apa yang di cari akan selalu lari menjauh. Dan mana yang tak di butuhkan justru semakin mendekat." Dera menertawai dirinya sendiri setelah sebelumnya membayangkan jika dirinya berada di posisi Tania.
Tok!
Tok!
Tok!
" Masuk!" Sahut Dera yang kemudian berhenti menangis dan mengusap kasar wajahnya. Diletakkannya kembali frame fotonya bersama kedua sahabat terbaiknya.
"Hai! Cayangkuh!! Selamat ultah ya!" Ucap Tania dengan antusias.
Tania datang membawa sebuah bingkisan spesial untuk sahabatnya Dera. Tania menyadari akan kusutnya wajah Dera dengan air mata yang sudah merusak make-up nya.
" Hei, Dera. Kamu kenapa Huh? Kamu nangis? Ada apa?" Tania mendekat dan mengusap bulir air mata yang masih merembes dari mata cantik Dera.
" Aku putus lagi, Hua....! Hua...!" Tangis Dera pecah lagi. Nyatanya dia tidak mampu merahasiakan sesuatu dari sahabatnya yang di anggapnya beruntung ini.
" Sssttt! Jangan kenceng kenceng. Nanti di kira karyawan kamu aku ngapa ngapain kamu lagi. Udah dong diem."Dera menyodorkan tisu dan mengusap lembut rambut Dera.
" Kenapa lagi kali ini?" Tanya Dera yang mulai tertarik mendengar curahan hati Dera.
" Aku sebenarnya kemarin sudah memergoki dia sedang berbelanja di minimarket dengan seorang wanita berambut panjang. Aku tahu dari orang suruhanku pagi ini jika ternyata uang yang selama ini aku berikan ternyata hanya untuk membahagiakan wanita lain."
" Aku sakit Tan! Kenapa semua lelaki yang mendekatiku hanya menganggap aku sebagai sumber pencaharian?" Dera semakin menjadi mengeluarkan uneg-unegnya.
" Ya karena kamu itu memang kaya Bego! Kalau kamu miskin sepertiku mana ada yang mau memanfaatkan?" Jawab Tania yang terdengar menyakitkan tetapi memang itulah faktanya.
" Sabarlah, lupakan lelaki jahat itu. Kamu harus bersyukur. Tuhan memperlihatkan dia yang sesungguhnya sama kamu sebelum kalian menjalin komitmen. Coba kalau kalian sudah menikah baru ketahuan busuknya? Hhhh, rugi bandar Kamu Ra!" Celetuk Tania yang membuat Dera tergelak dan diam seketika. Dera berusaha mencerna kata-kata dari sahabatnya.
" Kamu Benar Tan." Dera mencerna dengan baik nasihat sahabatnya.
" Lalu kamu, kenapa nomermu susah untuk di hubungi?" Dera mulai melihat wajahnya di cermin.
" Eeumm...." Tania menggigit bibir bawahnya. Dia nampak ragu untuk berbicara.
Tidak mungkin juga aku bercerita kepada Dera jika ponselku rusak di banting oleh suamiku yang pemarah.
Aku sangat malu jika bercerita kepadanya, Pasti Dera akan membelikan aku ponsel baru, dan itu semakin membuat Julian gencar untuk merendahkan aku.
Mengapa sih, aku harus menikahi pria yang ketus itu? Pikir Tania dalam lamunannya.
" Yak! Astaga!!!" Dera berteriak.
" Allahuakbar!! Ada apa Ra?"Tania terponjak sampai memegangi dadanya. Dia sungguh kaget mendengar pekikan Dera.
" Lihat mukaku seperti dugong! Haduh, mana acaranya tinggal satu jam lagi." Dera mulai mengambil alat make-up.
" Kamu belum jawab lho Tan, kenapa susah di hubungi?" Dera mengajukan pertanyaan yang sama.
"Sini bantuin aku makeup." Dera menarik tangan Tania dan kini mereka saling berhadapan duduk di sofa dan Tania mulai membersihkan wajah Dera dari makeup yang berantakan.
" Jawab kenapa?" Desak Dera lagi sambil mengguncang lutut Tania yang menekuk di depannya.
" Ponselku jatuh dari lantai kamar kami terjun bebas ke ruang tamu. Kau tahukan tingginya?"Tania mulai mengarang cerita menutupi kelakuan minim suaminya pagi ini.
" Kok bisa?" Dera melotot.
" Heum, biasalah, Julian bercandanya sedikit kelewatan. Dia nggelitikkin aku Ra sampai aku ga kontrol dan ga sengaja jatuhin ponselku." Ucap Tania berkilah dan membuat karangan bebas sesuai kemaunnya.
Suami istri adalah saling melengkapi, kami adalah pakaian satu sama lain.
Tidak mungkin aku bercerita bagaimana sebenarnya watak Julian kepadaku.
Aku tidak ingin menambah daftar masalah. Batin Tania mengingat pertengkaran yang menguras emosinya pagi ini.
" Kamu beruntung Tan, Julian sayang banget sama Kamu." Dera tersenyum menatap Tania.
Aku lebih beruntung jika dia tidak menikah atas dasar paksaan.
Tania tersenyum simpul membalas pernyataan Dera.
Belum selesai make-up, Mayang datang sambil berlari dan membuka dengan kasar pintu ruang kerja Dera.
Tentu saja Dera dan Tania yang masih ber makeup ria menjadi terkaget-kaget dan tangan Tania malah mencoret bibir dera dengan lipstik.
" Dera!" Mayang berseru di ambang pintu.
" Astaga! kan, kecoret," Tania melirik tajam Mayang sambil mengerucutkan bibirnya kesal.
Makeup yang hanya tinggal butuh sentuhan lipstik, kini harus mengulang lagi.
" Mayang? Hi.... Hi....!" Dera merentangkan tangannya ingin memeluk Mayang yang menghampirinya.
Mayang dan Dera berpelukan dan mengabaikan Tania yang ada di depannya. Tania yang masih ngambek hanya duduk diam dan memanyunkan bibirnya beberapa centi.
" Iya, bagus anak tirukan saja aku!" Celetuk Tania kesal.
" Ouh...., Sini ssini. Siapa yang anak tiri? kamu kan anak bawang!" Celetuk Mayang yang kini membuat ketiganya tertawa bersama.
" Aku kira kamu ga datang May." Ucap Dera.
" Mana bisa? Ya harus datang lah. Ini kan ultahnya bestie nya aku." Mayang kembali memeluk Dera dan mengusap lembut lengannya.
" Datang dong. Hhhh, lelahnya aku harus ribet urus ini itu." Ucap Mayang sembari melepas blazer yang di pakainya.
" Tapikan sesuai gaji." Sahut Tania yang mengambilkan minum dua sahabatnya.
" Iya sih Tan, tapi yang bikin aku kesel bukan kerjanya."
" Masa tadi pagi-pagi aku udah di semprot sama bininya Aldo. Kalian inget Aldo kan? Temen sekelas kita waktu SMA." Mayang menenggak segelas air yang di suguhkan Tania sampai tandas tak bersisa.
" Gelasmu bocor?" Dera melohat gelas bekas minum Mayang.
" Enggak, cuman rembes aja." Sahut Mayang Asal.
" Kenapa, gara gara Sebutan lagi?" Tanya Tania yang kini duduk di samping Mayang.
"...." Myang mengangguk dan menatap pasrah langit langit kantor Dera.
Mayang berbaring dengan sesuka hati dengan menumpang kan kakinya di atas paha kedua sahabatnya.
" Aku pikir semakin matang usia semakin santai menjalani hidup. Nyatanya, di usiaku sekarang justru semua masalah datang semakin banyak dan silih berganti tiada henti." Ucap Mayang.
" Iya, aku pikir dulu, di usia 30. aku sudah menikah dan hidup bahagia dengan anak dan suamiku. Tapi nyatanya aku di bohongi lagi." Sahut Dera dengan sendu.
"...." Tania hanya terdiam.
Aku pikir juga setelah menikah suamiku akan menjadi lebih baik padaku.
Tapi nyatanya dia semakin merendahkanku yang tak memiliki banyak harta ini.
Hhhh,, aku hanya tak mau kalian ikut sedih.
Dan juga ini masalah rumah tanggaku, tak seharusnya kalian tahu. Batin Tania dalam angannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
⛤Mursini Zahwa🆘
jd inget shbtn ku..di usai hmpir memasuki 3o jg blm mnikh..blm bkerja...😢
2021-07-07
1