Hingar bingar musik yang menghentak keras menyambut kedatangan sekelompok pria yang baru saja menginjakkan kakinya di lantai Casino Bar, salah satu club' malam terbaik dan paling sering dikunjungi oleh kalangan muda yang mencoba mencari kenikmatan dunia.
Dua diantaranya memisahkan diri dari kedua rekannya menuju dance floor untuk bergabung bersama pengunjung lain yang sedang asik menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama music yang dimainkan oleh DJ.
Mengabaikan kedua temannya 'Sammy dan Key', Cris dan Ken menapaki tangga menuju lantai dua klub malam tersebut.
Sekilas Ken melihat ke sebelah kanannya, dari kaca bening itu Ia dapat melihat banyaknya manusia berkumpul dengan alunan music yang iramanya lebih normal berhiaskan lampu warna-warni.
Tidak hanya orang pribumi, ada beberapa orang asing di dalam sana.
Mereka kembali menaiki anak tangga lantai paling atas. Di balik pintu bercat hitam berpelitur elegan itulah terdapat sebuah bar dengan suasana lebih tenang.
Selain sofa-sofa merah dan biru yang tertata rapi dengan meja kecil di tengahnya. Juga terdapat Bar Stool panjang tertata dengan kursi-kursi tinggi berjajar.
Ruangan ini cukup luas dan tidak terlalu banyak orang yang berada di sana berbeda dengan suasana di bawah. Dan sepertinya hanya orang-orang berkelas saja yang ada disini.
Ken dan Cris duduk di depan Bar Stool, di depan mereka tampak seorang bartender yang cukup handal tengah menyiapkan minuman.
Dari atas sini, mereka dapat melihat suasana di bawah dengan lebih leluasa.
"Max, buatkan yang biasa untukku!"
Cris memanggil sang bartender yang dipanggil 'Max' dan memesan. Max tersenyum sesaat sebelum dirinya kembali di sibukkan dengan pesanan-pesanan para pelanggannya.
Dengan lincah jari-jarinya mengambil beberapa jenis alkohol yang kemudian Ia tuangkan kedalam shoot glass sebagai takaran. Max mencampurkannya serta ditambahkan es batu, cheery dan lemon kedalam gelas Brandy.
"Untukku, Flaming Lhamborghini!"
Mata Cris sedikit terbelalak mendengar jenis minuman yang baru saja di pesan oleh Ken. Cris menoleh, menatap Ken tak percaya. "Apa kau yakin, Ken? Tapi itu 'kan, bukan minuman biasa, tenggorokan mu bisa terbakar jika kau meminumnya!" tegur Cris memperingatkan.
Ken memutar matanya jengah. "Apa kau meragukan kemampuan minum ku? Alkohol semacam itu tidak akan membakar tenggorokanku apalagi membunuhku!" ucap Ken menegaskan.
Cris tau betul bagaimana sifat Ken. Jika Ia sudah mengambil keputusan, maka keputusan itu adalah hal yang mutlak. Ken adalah tipe pria yang tidak pernah menarik kembali kata-katanya dan memegang teguh pada apa yang telah diyakininya.
Cris hanya bisa menelan ludah saat Max meletakkan minuman itu di depan Ken. Api biru tampak berkobar di atas minuman yang baru saja Max sajikan.
Flaming Shot Drink sendiri bukanlah jenis minuman biasa, minuman itu memiliki kadar alkohol yang sangat tinggi. Selain sensasi panasnya, api biru itu juga dapat membuat peminumnya mabuk dengan cepat. Hingga tidak banyak orang yang sanggup meminumnya.
Cris hanya diam menyaksikan kegilaan Ken. Orang-orang yang ada d iruangan itu mulai mendekat hanya untuk melihat Ken meminum Flaming Lhamborghini-nya.
Beberapa orang terpukau melihatnya, pertunjukkan semacam ini jarang sekali terjadi karena tidak banyak orang yang sanggup meminumnya. Dan sensasi panas yang luar biasa mulai Ken rasakan menggerogoti kerongkongannya, ketika cairan itu melewati tenggorokannya.
Kadar alkoholnya berkali-kali lipat dari minuman beralkohol lainnya. Jika biasanya orang akan langsung mabuk setelah meminumnya, tapi hal itu tidak terjadi pada Ken.
Ken masih terlihat baik-baik saja. Pria bermata tajam itu bahkan tak menunjukkan efek apapun setelah meminumnya.
"Apa yang sedang kalian pertontonkan?" tegur Ken pada sekumpulan orang yang berkerumun mengelilinginya,
Tatapan setajam elang dan nada bicara yang terlewat dingin penuh intimidasi membuat orang-orang itu bergidik ngeri. Satu-persatu mulai menjauhi dari Ken dan kembali ketempat duduknya masing-masing.
"Ken, kau membuat orang-orang itu ketakutan!" ucap Cris yang hanya disikapi tatapan datar oleh Ken.
Ken kembali menyesap minumannya yang hanya tinggal setengah. Tidak sampai menghabiskannya, karena bisa-bisa paru-parunya terbakar. "Memangnya aku peduli," sahut Ken dengan nada kelewat datar.
"APA KALIAN MASIH BERSEMANGAT? APA KALIAN MENGINGINKAN LEBIH?"
Teriakan itu mengalihkan perhatian Ken juga Cris.
Meskipun mereka berdua berada di lantai bar paling atas. Tapi teriakan itu cukup keras untuk sampai ke dalam telinga mereka berdua. Ken mengedarkan pandangannya sampai mutiara abu-abunya melihat seorang perempuan yang berada lebih tinggi dari kerumunan manusia itu.
Perempuan itu berada di panggung. Tubuhnya terbalut mini dress hitam super ketat yang mengikuti lekuk tubuhnya bermodel kemben, rambut coklat panjangnya di ikat ponytail serta headphone yang mengapit kepalanya.
Perempuan itu menggerakkan tubuh dan tangannya dengan lincah di antara peralatan musik di depannya. Tanpa perlu di jelaskan pun, semua orang pasti tau jika perempuan itu seorang DJ.
Perempuan itu sangat cantik di dukung dengan bentuk tubuh yang ideal serta kulit seputih susu. Jika boleh jujur, itu adalah perempuan tercantik yang pernah Ken temui.
"Hei, Ken. Kau lihat DJ itu? Bukankah dia adalah wanita yang kita selamatkan tempo hari?" ucap Cris membuat perhatian Ken teralih padanya. "Aku tidak tau jika dia memiliki kemampuan yang begitu luar biasa. Lihatlah, dia begitu liar dan err.. sexy!" lanjutnya.
"Ahh, pasti yang kau maksud Shea nunna!" sahut Max tiba-tiba.
Membuat Ken dan Cris mau tidak mau menolehkan wajahnya. "Kau mengenalnya?" tanya Ken dengan mata menyipit.
"Tentu saja, Boss. Dia adalah DJ terbaik di bar ini, Shea nunna main dengan cuma-cuma. Dia tidak mau di bayar meskipun sudah membuat pertunjukkan dengan aksi memukaunya," jelas Max menuturkan
"Sepertinya kau begitu penasaran pada gadis itu, atau jangan-jangan kau memiliki ketertarikan padanya?" tebak Cris sambil menyesap cocktail-nya.
Ken melirik malas Cris sambil berdecak lidah. "Jangan sok tau kau," katanya dingin.
"Max berikan wine untukku," merasa terpanggil. Max yang semula sibuk dengan pekerjaannya, beranjak menghampiri Ken.
"Tentu, Boss. Tunggu sebentar,"
Ken menolehkan kepalanya, namun perempuan itu sudah tidak ada di sana dan posisinya sudah digantikan oleh orang lain 'Kemana perginya dia?' ucap Ken membatin.
Seperti yang Cris katakan sebelumnya, Ken memang tertarik pada gadis itu. Tapi bukan berarti Ken telah jatuh cinta pada perempuan yang baru dua kali ditemuinya.
Ken hanya merasa penasaran pada perempuan itu. Perempuan itu terasa begitu familiar, tapi Ken tidak ingat jika Ia pernah mengenalnya.
"Max, siapkan seperti biasanya untukku!" seru seorang gadis yang entah kapan datangnya tiba-tiba sudah ada di sisi kanan Ken yang hanya berjarak dua kursi saja darinya.
Max membuat lingkaran dengan dua jarinya sambil mengedipkan mata. "Oke Nunna, minuman mu segera datang!" ujarnya.
Sambil menunggu minuman pesanannya datang, Shea memainkan ponselnya dan mendapati banyak sekali panggilan tak terjawab dari Shilla.
Shea berdecak lidah, dengan kasar Shea mematikan ponselnya lalu memasukkan kembali ponsel itu kedalam tasnya. Lagi pula jika bukan karena Shilla, tidak mungkin saat ini Shea terdampar dan ada di bar.
Seharusnya saat ini Shea mengikuti kencan buta yang telah direncanakan Shilla untuknya, namun Shea pergi sebelum bertemu dengan pria yang akan berkencan dengannya.
Shea menoleh membuat mata haze-lnya bersirobok dengan sepasang mata abu-abu tajam milik seorang pria yang duduk berjarak dua kursi darinya. Perempuan itu mengerutkan dahinya seperti mencoba mengingat sesuatu
'Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana?' lirih Shea membatin.
"Aku ingat!" perempuan itu memekik tiba-tiba membuat perhatian tiga pria itu teralih padanya. "Hei, Tuan, bukankah kau adalah orang yang menyelamatkanku dari para perampok itu tempo hari?" Shea sangat yakin jika Ken adalah pria yang menolongnya hari itu.
Shea masih mengingat dengan jelas wajah pria itu. Meskipun hanya beberapa menit saja mereka bertemu, dan keyakinan Shea di perkuat dengan adanya bekas luka dibelahan wajah kanan Ken.
"...." tidak ada jawaban.
Ken hanya diam sambil memainkan gelas wine-nya sebelum meneguk setengah dari isinya
"Kenapa kau yakin sekali jika orang itu adalah aku?" Cukup lama bagi Shea menunggu jawaban Ken. Suaranya yang berat langsur berkaur di dalam telinga Shea. Ken menoleh, membuat iris berbeda warna milik keduanya saling bersirobok.
Namun bukan sebuah jawaban melainkan sebuah pernyataan yang sedikit mengecewakan.
"Aku masih belum pikun, Tuan!! Meskipun sudah hampir satu minggu tapi tidak semudah itu aku bisa melupakan wajah orang yang telah menyelamatkan nyawaku."
"Dan apa kau tau, selama satu minggu aku tidak bisa makan enak dan tidur dengan nyenyak hanya karena aku belum berterimakasih padamu. Sungguh itu menjadi beban untukku, dan untuk itu aku ingin berterimakasih padamu. Tuan, terimakasih karena sudah menyelamatkan nyawaku hari itu!" ujar Shea panjang lebar.
Gadis itu tersenyum manis membuat Ken terpaku untuk beberapa detik. Tapi bukan Ken namanya jika tidak bisa menguasai kembali dirinya.
Ken tidak memberikan tanggapan apa-apa, memandang wajah Shea pun tidak, tapi bukan berarti Ken tidak mendengarkan. Ken mendengar semua yang Shea katakan.
Shea melihat jam dipergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul 11 malam. Perempuan itu menyambar tas dan mantelnya.
"Max, terima kasih untuk minumannya!" ucap Shea seraya bangkit dari duduknya.
"Sama-sama, Nunna," Max membalas cepat membuat sudut bibir Shea sedikit terangkat.
"Tuan, saya duluan!" pamit Shea pada Ken dan Cris lalu berlalu begitu saja.
Ken menoleh, menatap punggung Shea yang semakin menjauh hingga sosoknya tidak lagi terjangkau oleh matanya.
'Siapa kau sebenarnya? Dari sikapmu, caramu bicara, caramu tersenyum, kenapa semua yang ada pada dirimu mengingatkan aku padanya?'
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Hikmah Araffah
peran shea jangan jadi anak bar thorr ,dibikin kalem aja
2022-01-16
0
strawberry 🍓🍓
aku sahabat mu yg dulu ... eaaaaaaaaa 😂😂😂😂
2021-12-10
0
Noraini Aini
dulu kn namanya ara sekarang beda
2021-11-23
0