Matahari sudah mulai meninggi, cahayanya pun sudah menyebar ke seluruh penjuru bumi. Akan tetapi hal itu seakan tak mengganggu buat Aksa, pemuda berumur dua puluh dua tahun itu masih saja terbuai dengan mimpi indahnya.
Nenek Wina yang merasa kesal pun langsung naik ke lantai 2 dan masuk ke kamar Aksa tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu, nenek Wina hanya bisa geleng-geleng kepala melihat cucunya yang masih tidur dengan pulasnya.
Nenek Wina mendekati Aksa, dia langsung menggoyang-goyangkan tangan Aksa. Akan tetapi, pria muda itu seakan sangat malas untuk bangun, dia lebih memilih menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Dasar anak nakal! Bagaiman dia mau mengurus perusahaanku jika untuk bangun dari tidurnya saja dia seakan tak mampu!" kesal Nenek Wina.
Gerutuan nenek Wina seakan hanya angin lalu buat Aksa, dia tetap saja bergumul dengan selimut tebalnya. Nenek Wina tidak kehilangan akal, dia langsung menyingkap selimut Aksa dan berbisik tepat di telinganya.
"Sayangnya Nenek, apa benar kamu tidak mau cepat bangun? Padahal di depan ada Maria yang sudah menunggumu!" bisik Nenek Wina.
Aksa yang mendengar nama Maria di sebut pun langsung membuka matanya, dia langsung memandang wajah neneknya dengan lekat dan bertanya.
"Maria datang ke rumah, Nek? Tapi ini masih pagi, apa dia tidak ada kerjaan?" tanya Aksa kebingungan.
Walaupun Maria datang ke kediaman Pramudya, rasanya Aksa tidak percaya karena ini masih sangat pagi. Terlebih lagi Maria pasti tidak akan mendapatkan izin dari kedua orang tuanya.
"Dasar anak nakal! Lihatlah jam di dinding sudah pukul berapa!" titah Nenek Wina.
Aksa langsung melihat jam yang bertengger cantik di dinding kamarnya, dia begitu kaget ketika mengetahui jika kini waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang.
Dia merasa jika matanya baru saja terpejam, bahkan dia masih merasakan tubuhnya begitu lelah. Namun, ternyata matahari sudah meninggal dan saat dia melihat ke arah jendela, di luar sudah terlihat begitu terang.
"Astaga! Apakah jamnya sudah rusak? Aku baru saja tidur, mana mungkin ini sudah jam dua belas saja!" kesal Aksa.
Nenek Wina hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan dari cucunya tersebut, dia bahkan tidak bisa berkata apa pun.
Aksa langsung bangun, dia langsung berlari untuk masuk ke dalam kamar mandi. Dia ingin segera membersihkan dirinya, dia ingin segera bersiap untuk pergi.
Pikiran Aksa menjadi tak menentu saat ini. Pasalnya hari ini dia punya dua janji, yang pertama dia akan mengembalikan motor Najma dan yang ke dua dia harus menemui Maria untuk mengajaknya jalan jalan.
Kalau dia bangun kesiangan seperti itu, sudah pasti dia akan dapat semprotan dari kedua wanita itu. Dia harus siap-siap untuk menulikan telinganya, karena mulut perempuan pasti akan kencang dalam mengomeli lelaki, pikirnya.
Selama mandi Aksa terus saja menggerutu, dia tak henti hentinya memaki dirinya sendiri. Padahal dia tidak pernah bangun kesiangan walau tidur sudah larut, apa mungkin karena dia baru sampai di rumah dan dia merasakan suasana terasa sangat nyaman, pikirnya.
"Sial! Kenapa aku bisa bangun kesiangan? Pasti perempuan berkerudung itu akan marah padaku, padahal aku sudah janji mau mengembalikan motornya pagi hari ini!" kesal Aksa.
Setelah selsai dengan ritual mandinya, Aksa langsung memakai baju santai. Hanya kaos pendek warna abu di balut jaket kulit warna hitam, tentunya baju berwarna abu tersebut dipadupadankan dengan celana jeans panjang berwarna senada dengan bajunya.
Dengan cepat dia turun dan memakan sarapan yang di rapel dengan makan siangnya, dia harus gerak cepat karena takut di semprot oleh Najma.
Setelah selesai Aksa langsung memanggil nenek Wina, karena seingatnya motor Najma diambil oleh anak buah dari nenek Wina.
"Nek, kunci motornya mana?" tanya Aksa setengah berteriak.
Nenek Wina yang mendengar teriakan Aksa langsung menghampiri cucunya tersebut, dia memindai penampilan cucunya tersebut lalu berkata.
"Memangnya kamu mau ke mana, hem?" tanya Nenek Wina.
"Mau balikan motornya, Nek. Soalnya motor itu motor pinjaman. Oiya, Nek. Ayah sama ibu mana?" tanya Aksa seraya menolehkan wajahnya ke kiri dan ke kanan.
Tentunya sebelum pergi dia ingin bertemu terlebih dahulu dengan kedua orang tuanya, dia ingin menyapa kedua orang tuanya tersebut.
"Ayah sama ibu kamu lagi ke Kafe, Nak. Mereka sedang membantu bibi kamu itu!" ucap Nenek Wina.
Sebenarnya nenek Wina kurang suka jika Ibu Nur dan juga ayah Aaron sering pergi ke Kafe milik kakak dari Nur, karena dia ingin jika anak dan menantunya itu lebih mementingkan perusahaan miliknya.
Namun, dia tidak bisa memaksakan keinginan dari anak dan menantunya. Mereka berdua malah memilih jalannya sendiri, nenek tua itu tidak bisa berbuat apa-apa.
"Begitu ya, Nek. Kalau begitu aku pergi ya," pamit Aksa.
"Pergilah! Minta kunci motornya sama pak Budi. Tapi ingat, besok kamu harus ikut Nenek ke kantor." Nenek Wina mengusap lengan cucunya dengan penuh kasih.
"Siap, Nek." Aksa langsung mencium pipi nenek Wina.
Nenek Wina hanya bisa tersenyum menanggapi kelakuan cucunya itu, walau bagaimana pun dia sangat menyayangi cucunya dan tak bisa marah terlalu lama kepadanya.
Setelah berpamitan kepada neneknya, Aksa segera berlalu meninggalkan Nenek Wina. Dia ingin segera menemui Najma. Semoga saja perempuan berkerudung itu tidak marah, itulah pikirnya.
Setelah meminta kunci motor kepada security yang berjaga di depan rumah, Aksa langsung melajukan motornya ke toko kue milik Najma. Benar saja dugaan Aksa, saat Aksa masuk ke dalam toko kue, Najma nampak menatap Aksa dengan tajam.
Aksa sangat sadar dengan apa kesalahan yang sudah dia lakukan, dia segera menghampiri Najma dan meminta maaf kepadanya.
"Najma, aku minta maaf. Aku baru saja bangun, aku harap kamu mau memaafkan aku," ucap Aksa memelas.
Najma ingin sekali memarahi pria itu, tetapi rasanya dia tidak tega. Terlebih lagi saat ini Aksa bersikap dengan begitu manis sekali.
"Kenapa kamu menyebalkan sekali? Aku jadi tidak bisa mengantarkan pesanan kueku, apa kamu tidak lihat jika semua karyawanku perempuan?" kesal Najma.
Aksa langsung mengedarkan pandangannya, dia memperhatikan semua karyawan yang bekerja di toko kue tersebut. Semua yang bekerja di sana memang perempuan, tetapi apa hubungannya motor dengan perempuan, pikirnya.
"Memangnya apa hubungannya motor dengan karyawan perempuan?" tanya Aksa.
"Ck! Apa kamu tidak berpikir? Kamu meninggalkan motor sport kamu di sini dan karyawanku tidak ada yang bisa menaiki motormu itu. Dengan terpaksa seharian ini aku menolak pesanan secara online!" keluh Najma.
Aksa mengerti setelah Najma menjelaskannya, dia menjadi merasa sangat bersalah setelah mendengarkan apa yang dikatakan oleh wanita itu.
"Maaf, sebagai ganti ruginya aku akan membeli semua kue yang tak jadi kamu jual." Aksa berbicara seraya tersenyum dengan sangat manis.
Dia berusaha merayu Najma dengan senyuman manisnya itu, dia berharap wanita itu tidak marah lagi kepada dirinya.
"Benarkah?" tanya Najma dengan mata yang berbinar.
"Tentu saja, kenapa kamu seperti orang tidak percaya seperti itu?" tanya Aksa.
Najma langsung mencebikkan bibirnya mendengar pertanyaan dari Aksa, karena pada kenyataannya Najma memang tidak bisa percaya begitu saja kepada Aksa.
"Tentu saja aku tidak bisa percaya begitu saja, motor sport aja kamu mampu beli, tapi bensinnya tidak ada isinya. Aku jadi curiga, jangan jangan motornya cuma motor pinjaman," ujar Najma dengan bibir mengerucut.
Bukan hanya itu saja, Aksa bahkan meminta kue gratis kepada dirinya. Mengingat akan hal itu, Najma menjadi berprasangka jika Aksa tidak mempunyai uang.
Memang benar baju yang dipakai oleh Aksa adalah baju yang bermerek, tetapi zaman seperti sekarang ini baju bisa meminjam kepada teman atau bahkan sewa.
"Enak saja, aku Aksa Pramudya. Anak orang terkaya dengan kerajaan bisnis terbesar di Jakarta, jangan pernah menyepelekanku, apalagi menuduhku seperti itu!" kesal Aksa.
Najma langsung tersenyum meledek ke Aksa, dia sempat memperhatikan kembali penampilan Aksa saat ini. Lalu, Najma dengan cepat berkata.
"Baiklah, Tuan tajir. Total kue yang tadi tidak jadi di beli adalah dua juta, jadi... mana uang gantinya?" tanya Najma.
Najma mengulurkan tangan kanannya tepat di depan wajah Aksa, Aksa menatap telapak tangan wanita yang ada di hadapannya dengan bibir yang mencebik.
"Kecil!" ucap Aksa seraya menjentikkan jari telunjuk dan jari kelingkingnya.
''Ngga usah banyak omong, buruan aja duitnya ganti." Najma memandang Aksa, lalu dia memutarkan bola matanya dengan malas.
Tanpa banyak bicara lagi Aksa langsung mengeluarkan dompetnya, dia mengambil black card miliknya dan memberikannya kepada Najma.
Najma sempat tertegun saat Aksa mengeluarkan black cardnya, tapi dengan cepat Najma mengambil kartu sakti tersebut dan langsung menggeseknya.
"Uuh! Bisa ternyata, padahal aku sudah mengira jika ini tidak ada isinya."
Najma sengaja berkata seperti itu, untuk menghilangkan rasa gugupnya. Karena dia tidak menyangka jika Aksa memang benar-benar memiliki uang yang banyak.
"Berisik! Mana kuenya?" tanya Aksa.
"Sebentar," jawab Najma seraya tersenyum kecut.
Setelah mengatakan hal itu, Najma langsung mengambil kue dari cake showcase dan membungkusnya dengan rapi.
"Ini kuenya, Tuan tajir. Semoga anda suka," ucap Najma dengan senyum yang dipaksakan.
Aksa sempat keheranan saat melihat kue yang dibawa oleh Najma, karena kuenya sangatlah banyak. Rasanya dia akan kesusahan membawa kue tersebut.
"Ck! Kenapa kuenya banyak sekali?" tanya Aksa.
"Itu sudah sesuai dengan pesanan yang saya lewatkan selama setengah hari, Tuan," jawab Najma
"Baiklah, kalau begitu aku terima kuenya. Satu hal yang ingin aku katakan kepada kamu, terima kasih atas pinjaman motornya." kali ini Aksa berbicara dengan tulus.
Najma langsung tersenyum ke arah Aksa, sungguh dia sangat bersyukur karena Aksa ternyata mau membeli semua kue yang tadi sempat di pesan tapi batal.
"Oiya, Tuan tajir. Motornya sudah saya isi bensin. Jadi anda sudah bisa memakainya, lain kali jangan lupa untuk mengisi bensinnya."
"Terima kasih!" hanya itu kata yang keluar dari bibir Aksa.
Saat Aksa mau pulang, dia terlihat kebingungan dengan kuenya. Najma segera membantu Aksa untuk mengikat kuenya di belakan motor milik pria tersebut.
Setelah selesai Aksa langsung berpamitan, karena dia harus segera pergi ke rumah Maria. Kalau tidak, Maria pasti akan marah karena Aksa tidak menepati janjinya.
"Semoga saja Maria tidak marah," ujar Aksa dengan penuh harap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
neng ade
kue nya sangat banyak apa itu akan dikasih ke Maria semua ?? dasar Aksa msh aja me nmr satukan Maria daripada keluarga sendiri
2024-01-31
0
Mommy Gyo
3 like hadir thor
2021-09-15
2
syafridawati
5 like mampir semangat
2021-08-16
2