Angin pagi menyeruak menelisik celah-celah rumah. Langit yang hitam kelam pun memudar memutih perlahan siap membuka pagi.
Tuan dan Nyonya Aryo masih terlelap dan berpelukan melepas rindu setelah 3 hari tidak bertemu. Mereka memang pasangan yang tidak lagi muda, tapi kemesraanya masih selalu sama.
Sementara Alya yang sudah terbiasa bangun pagi sedang memegang Al-Quran dan melantunkanya dalam kamar. Itu ajaran yang Bu Mirna tanamkan. Meski satu halaman setiap subuh Alya harus menyempatkan mengaji. Sementara para pekerja di rumah yang bak istana itu sudah sibuk dengan tugas masing masing.
Setelah selesai mengaji, Alya turun dan masuk ke dapur, berbaur dengan teman barunya yang semalam dia temui.
"Hai Mbak, mau masak apa nih?" tanya Alya ke Mia.
"Eh Non, biasa sarapan nyonya jus buah, sama daging. Kalau tuan, roti sama selai Non. Kalau Non mau saya masakin apa?" tanya Mia.
"Saya masak sendiri aja Mba" .
"Eh nggak boleh gitu Non. Nanti saya ditegur nyonya. Mending Non temenin nyonya aja, biasanya nyonya jam segini olahraga di taman belakang kalau nggak jalan-jalan di luar" jawab Mia memberi ide.
"Tapi kayaknya tante belum bangun deh Mbak"
"Oh iya, Tuan kan baru pulang dari perjalanan ya? Hihihi pasti bangun siang ini!" jawab Ida sambil cengengesan penuh arti. Mia dan Alya berdecak paham maksud Ida.
"Aku bantu masak ya? Please!" pinta Alya ingin bergabung. Lalu akhirnya Alya bergabung dengan para ART untuk membuat sarapan Pagi.
Setelah beberapa saat masakan pun sudah siap. Alya membantu menyiapkan di ruang makan. Setelah sarapan siap Alya ke atas, mandi dan bersiap-siap berangkat ke apartemen yang dijanjikan Bu Rita.
Bu Rita dan tuan Aryo sudah siap turun ke meja makan. Alya bergabung dengan mereka. Suasana makanpun hening hanya suara sendok dan piring,
"Ehm. Mah, Farid whastap, hari ini ada wartawan yang akan datang ke yayasan" kata Pak Aryo memecah keheningan setelah selesai meneguk segelas air putih. Bu Rita yang sedang meminum jus tidak langsung menjawab, menyelesaikan minumnya dulu.
"Iya kah Pah? Duuuh ngapain sih ada wartawan segala" jawab Bu Rita menggerutu tidak suka dirinya diliput media.
"Katanya wartawan itu ingin meliput mamah untuk acara stasiun TV, perempuan inspirasi. Mamah bisa menginspirasi banyak orang" jawab Aryo dengan tatapan penuh cinta ke istrinya.
Alya yang mendengarkan pun ikut takjub dengan tantenya itu. Sesuatu yang tidak dia bayangkan sebelumnya bahkan perempuan tua yang cantik ini mempunya prestasi yang tidak dia kira.
"Alya. Nanti temani tante ke yayasan yah!" pinta Bu Rita ke Alya.
"Iya Tante, tapi kalau boleh tau yayasan apa? Dimana?"
"Yayasan yatim piatu. Ikut aja Nak. Kamu juga boleh ikut gabung. Kebetulan ustadzah BTQ nya lagi cuti melahirkan, iya kan Mah?" tanya Aryo hangat membuat Alya berubah pikiran.
"Ternyata om Aryo tak seseram itu. Mungkin kemarin karena capek baru jetlag. Tapi anaknya apa bener seperti vampir?" Hihi, Alya tersenyum sendiri bergumam dalam hati melihat Tuan Aryo tersenyum.
"Kamu tersenyum, tandanya mau Nak?" tanya Bu Rita.
"Iya Tante, sangat mau" jawab Alya semangat karena Alya juga bingung kalau di rumah mau ngapain.
"Kebetulan yayasanya searah dengan apartemen Ardi. Barang-barang kamu sekalian dibawa saja" pinta Tuan Aryo memberi solusi.
"Baik Om" jawab Alya tersenyum. "Ternyata om Aryo sama baiknya dengan tante" gumam Alya sambil berjalan mengambil kopernya.
"Sayang, sama Pak Rudi ya! Papa mau ada meeting di kantor" pamit Tuan Aryo sambil mengecup kening istrinya. Lalu berlalu menuju mobil yang berbeda.
Alya di belakang Bu Rita tersenyum malu. Pemandangan yang tidak pernah dilihat dari Ibunya yang single parents. Alya membayangkan masa tuanya. Alya ingin seperti tantenya, mempunyai suami yang sayang padanya.
"Ayo Nak! Kita segera berangkat" ajak Bu Rita menggandeng Alya.
Pak Rudi pun membukakan pintu mobil untuk Bu Rita dan Alya. Lalu memasukan koper Alya ke bagasi. Mereka meninggalkan istana Tuan Aryo menuju yayasan gunawijaya milik Bu Rita.
"Tante" panggil Alya lembut.
"Iya sayang" jawab Bu Rita hangat
"Alya boleh ngomong nggak?"
"Boleh dong Nak. Kenapa nggak?"
"Alya ngefans sama Tante" jawab Alya sambil memberikan kedua jempol.
Alya tersenyum miring memberikan senyum imut manis dan tulus. Setiap orang yang melihatnya akan meleleh. Dengan reflek, Tante Rita langsung mencubit pipi Alya yg bulat tapi tidak gendut.
"Isshh sakit Tante" jawab Alya memegang pipinya.
"Kamu manis banget sayang, tante bersyukur kamu di sini tante jadi nggak kesepian" ucap Bu Rita lalu memeluk Alya. Pak Rudi yang di depan pun tersenyum melirik nyonya besarnya terlihat bahagia.
"Emang anak Tante nggak pernah pulang?" ceplos Alya penasaran.
"Hhhhh" Bu Rita menarik nafas panjang, seakan memendam beban berat.
"Anak tante ngambek sama papa mamanya Nak, dari dua bulan lalu seharusnya dia sudah pulang ke sini. Tapi dia belum mau pulang" cerita Bu Rita sedih.
"Oh gitu Tante. Maaf kalau Alya bikin Tante sedih"
"Nggak Sayang, nggak apa-apa. Tante berdoa anak tante yang keras kepala itu kelak akan mencair. Tante cuma berdo'a dia selalu baik-baik saja di sana?" lanjut Bu Rita bercerita.
"Aamiin" jawab Alya dengan bibir terkunci.
Sebenarnya dalam otak Alya tersimpan beribu pertanyaan, "Apa yang membuat anaknya marah sampai tidak mau pulang? Terus, apa kesalahan orang tua sebaik Bu Rita dan Tuan Aryo, seperti apakah anak Bu Rita? Apa bener seperti vampir seperti yang mba Ida bilang?" lalu Alya bergidik ngeri sendiri sambil membayangkan.
"Kamu kenapa Nak?" tanya Bu Rita membuyarkan lamunan Alya.
"Hee, nggak Tante" jawab Alya tersenyum manis.
Setelah menempuh perjalanan 30 menit mereka sampai.
Di depan Alya tampak sebuah gedung yang mirip dengan pondok pesantren, tapi bukan pesantren. Tampak pohon-pohon tinggi, di dekat pagar ada halaman luas di depan gedung, yang mirip lapangan sepak bola, ada lapangan basket juga.
Gedung hampir sama dengan sekolah tapi di sebrang gedung tampak bilik-bilik rumah kecil. Ternyata di situ ruang-ruang berlatih keterampilan. Dan diujung pagar terdapat Masjid kecil yang di sampingnya terdapat dua kolam ikan dan kebun sayuran. Ya seperti komplek sekolahan lebih kecil tapi lebih lengkap.
Setelah Pak Rudi membukakan pintu. Alya dan Bu Rita turun, menuju ke gedung berlantai 3. Di situ tertulis "Gunawijaya".
Mereka masuk ke ruangan yang seperti Aula, tidak besar tapi tidak kecil. Ruangan bersih dan nyaman untuk melakukan rapat dan berkumpul muat sekitar 60 orang. Di ruangan itu tampak kursi berjajar dan di depannya tampak kursi dan meja yang dihias. Dan di situ sudah ada beberapa wartawan, serta pengurus yayasan.
"Selamat pagi Nyonya, sapa salah satu karyawan mempersilahkan Bu Rita duduk di kursinya di depan panggung, disana sudah ditunggu seorang pria tampan bertubuh tinggi kekar dan tatapan teduh.
Alya mengikuti Bu Rita, sesaat dia bingung. Hendak mengikuti Bu Rita duduk di depan atau dijajaran kursi belakang. Tapi kalau di depan sebagai siapa dia duduk? Alya memilih duduk di belakang, tapi Bu Rita menarik tangan Alya. "Temani tante yuuuk"
"Heee. Alya malu tante. Alya di belakang saja" jawab Alya nyengir sambil melepas tangan Bu Rita.
"Baiklah tante nggak maksa. Tunggu tante ya Sayang" Tante Rita naik ke atas panggung lalu bersalaman dengan rekanya.
"Pagi Tante Rita" sapa Farid, sambil mengulurkan tangan. Laki-laki gagah yang dari tadi mencuri perhatian Alya.
Farid merupakan lulusan S2 psikolog yang bekerja sama dengan yayasan Bu Rita, selain itu dia juga merupakan dosen muda di kampus swasta milik ayahnya sendiri. Farid sendiri teman SMA anak Tante Rita.
Tidak berapa lama reporter dari salah satu stasiun tv swasta datang. Mereka memulai wawancara sambil meliput suasana yayasan milik Bu Rita.
Yayasan Gunawijaya. Yayasan untuk anak yatim piatu dan putus sekolah, Bu Rita membangun panti dengan uang pribadi. Dia menampung anak-anak putus sekolah untuk dilatih berbagai keterampilan, mengaji, dan sekolah. Bahkan ada yang sampai kuliah. Yang terpenting sampai mereka mandiri.
Memang tidak banyak, hanya sekitar 40 - 60 anak. Akan tetapi fasilitas yang Bu Rita berikan kepada panti bukan kaleng-kaleng. Harta Bu Rita memang dicurahkan ke mereka. Dan itu merupakan kebahagian bagi Bu Rita.
Setelah wawancara cukup mereka menuju ke kantin yang tersedia di dekat gedung. Bahkan di Yayasan Gunawijaya, ada pelajaran keterampilan memasak, anak-anak dilatih oleh koki yang dikontrak keluarga Gunawijaya.
Bu Rita mengajak tamunya datang ke kantin, ingin menunjukan hasil belajar anak-anak panti. Karena di kantin itu, mereka menyantap hidangan hasil masakan anak-anak asuh Bu Rita.
*****
"Terima kasih mau membaca novel pertamaku.. Mohon maaf masih amatir. Bantu aku tetap semangat belajar ya. Semoga ke depan lebih baik."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 285 Episodes
Comments
Greenindya
Farid yg omnya Rendi ya
2023-09-15
0
Tina
seperti nya cerita nya bagus 👌👍🥰
2022-08-30
0
Teruterubuzu
wah.. bakal jadi saingan Ardi ini mah untuk ke depannya
2022-05-12
0