Malam ini adalah malam terberat bagiku, yah ... malam ini adalah acara resepsi pernikahan Zain dan Zanet, aku menatap diriku di cermin, hatiku terus bertanya-tanya, ‘apa kurangnya aku???’.
Aku mencoba berdandan secantik mungkin, seolah ingin membuktikan pada Zain, jika dia tidak pantas mengkhianatiku, aku menggunakan gaun berwarna pink peach kesukaanku, dengan hijab yang senada.
Selama ini aku mungkin terkesan agak cuek dengan penampilanku sendiri, aku tidak suka berdandan yang menor, aku hanya menggunakan makeup tipis dan seadanya saja. Tapi malam ini, aku merias diriku habis - habisan. Tak bermaksud ingin menyaingi pengantin wanitanya ya, aku hanya ingin membuktikan saja, jika akupun lebih baik dari Zanet, perempuan yang sudah di tiduri oleh ‘mantan calon suamiku’.
Dadaku tak berhenti berdebar, membayangkan orang - orang akan memandangku dengan tatapan yang iba. Aku mengerjap sambil menggelengkan kepalaku. “Tidak, aku pasti bisa menghadapi semua ini“ Gumamku sambil membulatkan tanganku dan mengacungkannya seperti orang berkampanye.
“Huuuuuhhhhhh.....hhhhhaaaaaahhhhh......hhhhuuuuuhhhh....hhhhaaaaahhhhh” Aku terus menarik napas secara berulang, berharap terapi mengatur paru - paru itu bisa manjur menghilangkan kemelut di dadaku. Tapi nihil, hasilnya dadaku masih dengan perasaan yang tak karuan.
Ku coba telpon tante Meta, siapa tahu dia bisa mengantarku pergi ke kondangan mantan,
“Hallo Assalamu’alaikum Tante, Tante malam ini Yas mau pergi ke kondangnnya Zain, itu yang waktu itu sempat Yas ceritakan, Tante bisa 'kan nganter Yas pergi ke sana???” Tanyaku penuh harap.
“Wa’alaikumsalam Yas, maafkan tante Yas, Tante tidak bisa mengantarmu, Tante hari ini sudah ada janji dengan Om kamu, Om kamu ada undangan dari salah satu koleganya, untuk menghadiri acara pertunangan putranya yang di jodohkan“ Jelas Tante Meta yang membuatku kecewa.
“Yah Tante, terus nasib Yas gimana dong??” Aku mencoba merajuk.
“Gak apa - apa kamu berangkat sendiri saja ya, buktikan jika kamu kuat, jika kamu bisa, semangat ya Yas,“ Tante Meta memberiku semangat yang jelas membuatku memutar kedua bola mataku.
“Ya sudah Tante, jika tidak bisa Yas berangkat sendiri saja ya“ Akhirnya aku pasrah.
“Iya, hati - hati ya Yas,“ Tante Meta menutup telponnya, padahal aku belum selesai bicara. Ah ...Tante, kali ini tidak bisa di andalkan.
Dinginnya malam ini, sungguh tidak bisa mendinginkan suasana hatiku yang panas bagai di bakar api. Ku hentikan mobilku di bahu jalan, mencoba kembali terapi paru - paru yang tadi sudah kulakukan, berharap rasa sesak di dadaku akan berkurang, tapi hasilnya masih nihil. Dadaku kian sesak.
Aku melihat undangan yang hadir di pesta pernikahan ‘mantan calon suamiku’, semua wajah terlihat berbinar bahagia, ikut merasakan kebahagiaan mempelai, ah ... harusnya aku yang ada disana saat ini. Namun singgasanaku di rebut orang lain, kini mereka tengah tertawa berbahagia di atas penderitaanku. Akulah seharusnya Ratu yang mendampingi Raja hari ini, tapi menyebalkan ... ada ratu lain yang menggantikan aku.
Dengan sisa - sisa tenaga yang kumiliki, aku turun dari mobil, aku mencoba untuk tidak menangis, aku menahan diriku sebisaku, untuk mengantri dan memberikan ucapan selamat kepada mempelai.
Zain sempat melongo tidak percaya melihatku bisa hadir di acara bahagianya. Dia menatapku dalam. Seolah ingin mengatakan “Yas, kamu cantik sekali“.
Iyalah aku pasti terlihat cantik dimatanya, wong aku dandan hampir lima jam kok, dengan susah payah mengukir alis menggunakan rumus phytagoras, yang sebelumnya tidak pernah kulakukan.
“Hah, Zainnudin, Udiiinnnn ... kamu sudah rugi!! Karena telah mengkhianati perempuan secantik aku!!!!” hatiku berkoar - koar.
“Yas, kamu gak apa - apa?? Kamu yang sabar ya??” tiba - tiba seseorang menepuk punggungku, membuyarkan lamunanku yang sedang memaki sang mantan yang tengah tersenyum tanpa dosa di atas pelaminan sana.
“Eh, iya, aku tidak apa-apa kok“ Jawabku gelagapan.
“Sabar ya Yas, selama ini kamu hanya jagain jodoh orang aja“ Kata salah satu temanku yang tahu perjalanan kisah cinta kami.
“Ah ... hhheemmmhhtt“ Jawabku malas.
“Sabar ya Yas, kamu gak apa - apa kan??” tanya temanku yang satunya lagi, sambil memegang bahuku. Terlihat gurat hawatir dan iba di wajah wajah mereka.
“Aku gak apa-apa kok“ jawabku mencoba bersikap wajar.
“Yas, ini ada obat penenang buat kamu, mungkin saja kamu sepulang dari sini akan mengalami sulit tidur“ temanku yang lain datang, dan memberikan setoples obat.
“Ini bisa juga buat ngilangin sakit kepala lho Yas,“ timpalnya lagi.
Ya ampuuuunnn kenapa kehadiran mereka, bukannya menguatkan hatiku, tapi malah terdengar mengolok-olok hatiku??.
“Aku gak apa - apa kok, aku baik - baik aja, masalah Zain yang tidak jadi menikah denganku, ya mungkin itu karena Zain bukan jodohku saja“ Elakku.
“Iya Yas, gak apa - apa, semoga kamu mendapatkan yang lebih baik dari Zain yaaa ...” Teman - temanku mencoba menghiburku.
“Iya, aamiin makasih yaaa“ jawabku sekenanya.
“Ya udah, kalau gitu aku duluan pulang yaa Yas, jangan lupa, obatnya di minum aja, aman kok“ pamitnya, sambil menggenggam tanganku yang memegang obat pemberian darinya.
Sial, aku memang sakit hati oleh perlakuan Zain, tapi aku tidak akan sampai depresi juga kali, sampai butuh obat setoples begini.
Kini, aku malah bersyukur, Allah memperlihatkan sifat asli mereka sekarang, coba kalau semuanya ketahuan setelah aku menikah?? Tak terbayangkan, hidupku akan seperti apa??.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari acara terkutuk ini, aku memasuki mobilku dan menyimpan obat yang di berikan temanku ke dalam dashboard mobilku.
Hah ... mereka semua membuatku terus menghela napas. Aku melajukan mobilku dengan perasaan yang ‘entah’ .
Belum mobilku tiba di tempat tujuan, tiba - tiba mobilku berhenti di tengah jalan yang cukup sepi, kesialan macam apalagi ini?.
Aku turun dari mobil, dan mencoba mengecek mobilku, tapi sialnya aku sama sekali tidak mengerti tentang mesin mobil, akhirnya aku terduduk lemas di pinggiran jalan, entah apalagi yang harus kulakukan.
Setelah perjuangan berat menahan perasaan kalut, setelah aku berusaha mati - matian agar terlihat tegar dan kuat, membuat kakiku sangat lemas bahkan untuk berjalan.
Aku mencoba berdiri, “mobil kamu kenapa tidak mendukungku?? Apa kamu juga ingin mengolok-olok hatiku??” bak orang gila, aku bertanya pada mobilku.
.
.
.
.
.
Bersambung ....
.
.
.
SETELAH BAB INI, SILAHKAN LANGSUNG KE BAB 8 YA. KARENA BAB 4,5,6,7 ADALAH COPYAN DARI BAB 8. HANYA BEDA SUDUT PANDANG SAJA. DAN SEKARANG, BAB 4,5,6,7 SEDANG DI REVISI TOTAL. MOHON MAAF UNTUK KETIDAK NYAMANANNYA. DAN TERIMAKASIH.
Jangan lupa dukungannya ya readers....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
NandhiniAnak Babeh
ok ok Thor
2022-03-26
0
Ntoonreaderlover
Semangat Yas suatu saat kamu akan brdiri disamping Raja yg tepat😊✊
2022-02-23
0
Regilius
Jerome Polin ketika membantu istri merias wajah, pake rumus
2022-02-10
1