Jambret

Fatur berbincang serius di ruang tamu bersama Andika. Pembicaraan keduanya alot mengenai pekerjaan mereka. Saat tiba di rumah wajah Miko masam dan ia berlalu begitu saja melintasi ruang tamu. Ia tak suka jika Andika sering bertamu ke rumahnya. Kalau saja teman sekolahnya tahu jika ayahnya dan ayah Cinta berteman baik bukan hanya sebagai bos dan bawahan entah bagaimana jadinya.

Pemuda itu melepaskan pakaian seragamnya dan melemparnya ke sembarang tempat. Ia mengecek kotak masuk pada ponselnya sejenak, "Dasar perempuan! Kamu pikir aku supirmu?" Ia melempar benda itu ke atas ranjang dan mengambil handuk bersih di dalam lemari pakaiannya.

"Cinta bisa kerja paruh waktu jika dia mau di rumah ini."

"Kamu bersungguh-sungguh?" Andika

tak percaya dengan ucapan Fatur

"Iya, putrimu itu bahaya jika keliling seperti itu hanya untuk mencari uang jajannya. Dia bisa bantu-bantu istri ku memasak di dapur."

"Terimakasih. Cinta pasti senang sekali."

"Sampaikan padanya jika ini keinginan pamannya."

"Baiklah. Maaf aku tak bisa lama. Aku harus kembali ke toko," gumam Andika tak enak hati.

"Santai. Bukankah bosnya ada di hadapanmu?" canda Fatur.

"Aku tahu, tetapi kita harus professional, Bos. Aku pamit."

Keduanya bangkit. Andika memeluk Fatur dan mengucapkan salam.

Fatur yang tak berkenan dengan sikap sang putra segera mendatanginya di kamarnya.

"Astaga anak ini..." desahnya kesal melihat kamar itu berantakan. Ia menatap pintu kamar mandi Miko dan menggedornya.

"Siapa?" teriak Miko.

"Papa mau bicara denganmu! Cepat sedikit!"

"Iya, Pa! Sebentar lagi!"

Miko bersegera membilas tubuhnya dan melilitkan handuk pada pinggangnya kemudian keluar.

"Kemari," pinta Fatur.

Miko lantas duduk di sampingnya.

"Apa salah paman Andika?" tanyanya serius.

Miko bingung dan berpaling.

"Jika dia tak punya salah apapun padamu maka mulai saat ini bersikaplah hormat padanya! Papa tak ingin punya anak yang tak punya etika seperti ini. Sanggup?" tekan nya.

"Sikap ku sudah sewajarnya. Dia itu hanya pegawai Papa kan?" ia tak mengerti dengan sikap papanya yang kelewat baik pada keluarga Cinta. "Aku anak bos nya dan harusnya dia yang menghormatiku, bukan aku."

Fatur merangkulnya dan berbisik, "Dia calon ayah mertua mu."

Miko terlonjak kaget. Ia mundur menjauhi Fatur, "Papa mau aku menikah dengan gadis dekil itu?! Ini sungguh menjijikkan!"

Fatur bangkit, "Jika kamu tak ingin itu terjadi dan tetap berjodoh dengan Miska maka turuti perintah Papa. Papa bisa dengan mudah membalikkan semua keadaan ini," ancamnya.

Miko tak habis pikir. Dia sudah rela di jodoh kan dengan perempuan manja seperti Miska dan tiba-tiba saja ia harus terjun bebas berjodoh dengan gadis dekil itu...?

"Oh nggak, Pa," geleng nya.

"Jadi?" tanya Fatur.

"Ok, aku turuti keinginan Papa."

Fatur tersenyum sinis. Ia kemudian berlalu begitu saja.

"Dasar penjilat!" umpatnya membayangkan sosok Andika. "Jika nanti aku memimpin toko furniture milik Papa maka aku akan menendangmu!"

Triit!

"Siapa lagi ini?!" hardiknya beralih menatap ponselnya di tengah ranjang. Ia lekas menjamah benda itu dan menggeser layarnya, "Ada apa?"

"Kita-kita lagi di resto tempat biasa nih, cepat ke sini!" pinta Tomi

"Siapa saja di sana?"

"Semuanya. Tak lengkap kalau tak ada dirimu!"

"Tunggu saja, aku akan segera meluncur."

..........

10.30 wita:

Beberapa orang wanita paruh baya dan Cinta berkutat di dapur mencuci tumpukan piring kotor usai acara party anak seorang pejabat di cafe Andira semalam. Cinta sangat bersemangat. Upah yang akan di terimanya akan ia gunakan untuk membayar iuran listrik bulan ini dan separuhnya lagi akan ia simpan sebagai tabungan.

"Cuci semuanya dengan bersih. Jangan sampai berbau dan masih licin!" perintah pria tua yang merupakan menejer restaurant itu.

"Saya sudah selesai, Pak!" ucap Cinta.

Menejer tua itu lantas mengecek hasil pekerjaannya. Ia mengeluarkan sebuah amplop coklat dari saku dalam jas nya dan memberikannya pada Cinta.

"Terimakasih, Pak. Saya permisi."

Cinta keluar sambil terus menatap amplop coklat itu. Tiba-tiba saja seorang preman melintas lalu menjambret dan membawa uang itu kabur. Cinta berteriak histeris dan mencoba mengejarnya.

"Kembalikan!!! Maling!!!"

Ia menjadi tontonan sepanjang jalan. Beberapa orang pria ikut membantunya mengejar preman itu.

Langkah kakinya berlari semakin cepat hingga ia memasuki gedung mataram mall. "Sial kembalikan milikku!!" teriaknya. Ia kian

dekat dan berhasil menjamah kerah baju belakang preman itu tepat di depan mata Miko dan teman-temannya. "Kembalikan milikku!!" pinta Cinta berusaha menarik amplopnya. Preman itu mendorong tubuhnya dan ia pun terjatuh. Akan tetapi Cinta tak menyerah, ia melepas sandal bututnya dan melemparnya ke arah tengkuk preman itu hingga ia tersungkur. Cinta segera mengambil amplopnya dan beberapa kali ia menendang punggung dan kaki preman itu tampa ampun. Miko, Tomi, dan semua temannya tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Ini jadi urusan kami! Dia ini memang sudah menjadi incaran!" ucap salah seorang pria yang membantu Cinta

"Alhamdulillah....terimakasih ya Allah...." desah Cinta tersengal-sengal.

"Gila tuh cewek, selain pemulung dia juga ternyata berandal," ucap Tomi takjub.

Miko kian tak suka pada Cinta. Ia semakin anti pada gadis itu.

.........

Gerombolan burung-burung melintasi langit senja kampung pramuka. Sofi menyapu halaman rumahnya sementara cinta sedang melipat pakaiannya di kamar. Dadanya masih terasa nyeri akibat hantaman preman tadi pagi saat mendorongnya. Ia melepas kancing baju batiknya dan mengusapnya dengan lembut. Dadanya nampak biru kemerahan.

"Cinta," panggil Sofi mendekat.

Buru-buru Cinta mengancing bajunya.

"Astaga, belum selesai juga? Memangnya kamu tak ke mushola?"

"Kan aku lagi dapet, Bu," jawabnya mendongak.

"Oh, ya sudah. Ibu ke mushola dulu. Setelah ini masak tempe dan sawi. Semua bumbunya sudah Ibu potong-potong di dalam kulkas."

"Iya, Bu. Setelah ini aku akan memasak," jawabnya.

........

21.00 wita:

Suara motor ceketer Andika terdengar kian mendekat. Cinta segera ke depan rumah untuk menyambut kepulangannya.

"Assalamualaikum, Nak."

"Ayah, wa'alaikum salam." Cinta menarik janggut panjangnya dan tertawa geli.

"Ibu mana? Belum pulang?"

"Belum. Kelihatannya syukuran pak Burhan sampai pukul sepuluh."

"Oh, kalau begitu apa Ayah boleh minta pijit? Bahu Ayah pegal lagi."

Cinta merangkul lengannya memasuki rumah. Ia meminta Andika duduk di kursi dan bersikap santai."

"Ya Allah untung Ayah punya seorang putri," candanya tatkala Cinta mulai memujitinya.

Cinta tersenyum, "Ayah dan Ibu masih bisa buat anak lagi kan?"

"Ibumu sudah monopous. Tak bisa lagi."

"Jadi ibu sudah benar-benar monopous? Aku tak percaya ini...." gumam Cinta.

"Ngapain lagi punya anak? Abangmu saja sudah lupa jalan pulang."

Cinta menyesal membahas ini.

"Mungkin abang malu untuk pulang, Yah," timpalnya ragu.

Adika termenung dengan tatapan kosong. Ia akui dirinya pun bersalah.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!