Setahun telah berlalu, kini usia YingXiong sudah mencapai enam tahun. Tidak banyak yang berubah pada pertumbuhannya maupun wajahnya, hanya sedikit lebih tinggi daripada sebelumnya.
"YingXiong'er, hari ini usiamu sudah genap enam tahun. Sudah saatnya kau belajar ilmu beladiri dengan serius." Kakek mengingatkan.
"Ehm!" YingXiong mengangguk pelan.
"Hari ini kau bisa istirahat terlebih dahulu, sebab aku akan mengatur jadwal latihanmu." Sang kakek pergi meninggalkan YingXiong sendirian.
Memang selama setahun terakhir YingXiong sudah mulai berlatih ilmu beladiri, tapi itu hanya berlatih pedang dan berlatih penafasan. Ia belum benar-benar berlatih fisik dan ilmu yang lainnya yang diperlukan seorang pendekar. Saat ini, YingXiong juga sudah memasuki pendekar perunggu kelas dua.
Waktu seakan berjalan dengan cepat, hari dimana YingXiong akan memulai latihannya pun tiba. Kini ia sudah berdiri di dekat sebuah lembah dengan sang kakek berada di sampingnya.
"Kakek, tempat apa ini?" Tanya YingXiong. Ia belum pernah melihat tempat itu, setidaknya sesuai ingatannya.
"Ini adalah sebuah lembah sekaligus dasar dari jurang kematian. Kau tidak mengetahuinya, di atas sana ada kehidupan yang sering kau dambakan." Jelas sang kakek sambil menunjuk ke atas.
"Tempat ini cukup unik, mereka yang dari atas tidak akan bisa melihat ke dalaman jurang ini. Yang akan mereka lihat hanyalah jurang tak berdasar. Berbeda dengan mereka yang dari bawah seperti kita ini. Bisa melihat atas dengan cukup jelas." Sambung kakek memberi pemahaman kepada YingXiong.
"Nanti kita lanjutkan lagi pembahasannya di lain waktu. Hari ini adalah latihan pertamamu secara resmi. Jadi, untuk meningkatkan fisik luarmu, aku akan memberikan latihan yang cukup berat. Kau harus berkeliling lembah ini dengan membawa bebatuan itu dengan keranjang yang telah kusiapkan." Sang kakek menunjuk sebuah keranjang yang berukuran cukup besar tidak jauh dari mereka dengan bebatuan yang sudah terisi di dalamnya.
"Kakek, bukankah itu terlihat sangat berat? Bagaimana kau bisa berpikir aku bisa mengangkatnya?" YingXiong menelan ludahnya. Melihatnya saja sudah membuatnya merinding.
"Kita tidak akan tahu sebelum mencobanya." Sang kakek menarik tangan kanan YingXiong, mengajaknya mendekati keranjang berisi bebatuan itu.
Setelah sampai disana, sang kakek mencoba mengangkatnya dan ia bisa melakukannya dengan begitu mudah bagai mengangkat kapas, begitu ringan dan tanpa kesulitan berarti.
"Sekarang giliran kau!" Kakek menurunkan keranjang itu.
YingXiong berjalan perlahan, tidak yakin bisa mengangkat keranjang itu. Benar saja, saat ia mencoba mengangkatnya, YingXiong merasakan beban begitu berat. Setidaknya lebih dari seratus kilo gram.
Ekkkhhhh
YingXiong mencoba mengangkat keranjang itu, tapi ia belum bisa melakukannya.
"Keluarkan semua kekuatan yang ada di dalam dirimu. Jangan ditahan!" Kakek memberi arahan.
YingXiong memejamkan matanya sebentar, ia bergumam dalam hatinya, "Aku pasti bisa!!!"
Krakkkkk
YingXiong merasakan beberapa tulangnya bergeser.
Melihat YingXiong belum sanggup mengangkat keranjang itu, sang Kakek mengubah latihannya. Ia juga memberi sebuah pil untuk memulihkan kondisi tulang YingXiong.
"Sekarang coba angkat ini!" Ucap sang kakek sambil menyodorkan keranjang lagi. Tapi kali ini YingXiong bisa melihat sang kakek sudah mengurangi berat dari isinya.
Walaupun sudah berkurang, nyatanya YingXiong masih kesulitan mengangkatnya. Tapi, ia masih bisa melakukannya.
YingXiong kemudian mengikuti arahan sang kakek, membawa bebatuan ini mengelilingi lembah.
Hari pertama ia berhasil melakukannya tepat sebelum matahari terbenam. Kakek menyuruh YingXiong untuk beristirahat sejenak sebelum mereka pulang.
Seminggu telah berlalu, YingXiong sudah bisa mengangkat bebatuan itu dengan mudah. Melihat hal itu, sang kakek menambah beratnya.
YingXiong harus membiasakan diri lagi dengan mengangkat beban dengan berat yang baru, ia bisa melakukannya.
Tapi saat di tengah-tengah perjalanan, ia terkilir dan akhirnya terjatuh. Beruntung beban yang dipikulnya tidak menimpanya. Bisa dibayangkan bukan? Kalau saja beban itu menimpa badannya.
"Adu!" Desah pelan YingXiong. Ia memegangi lututnya yang berdarah akibat kecelakaan itu. Ia kemudian merobek bajunya untuk mengikat lukanya.
Tatapannya tertuju ke sebuah bebatuan yang cukup besar.
"Kenapa batu itu terasa familiar denganku? Dimana aku pernah melihatnya?" Ucap YingXiong sambil berpikir.
"Ah sudahlah, mungkin aku melihatnya karena sering melewati tempat ini." Gumamnya dan kembali berdiri untuk melanjutkan latihannya.
Seperti hari-hari sebelumnya, YingXiong berhasil menyelesaikan tugasnya sebelum matahari terbenam.
Keesokan harinya, YingXiong masih berlatih fisik dengan mengangkat keranjang berisi bebatuan itu. Tapi kali ini, sang kakek menambah beratnya. Selain itu, sang kakek juga memberi target untuk YingXiong menyelesaikannya sebelum matahari berada di atas kepala yang artinya sebelum siang hari.
"Kakek apakah kau mau menghukum ku atau bahkan membunuhku?" YingXiong berdecak pelan, ia tidak memahami jalan pikiran kakeknya. Bagaimana pak tua itu bisa berpikir latihan sedemikian rupa. Untuk menyelesaikan latihannya seperti biasanya, YingXiong sudah menguras semua tenaga dalamnya. Lalu kali ini ia hanya diberikan waktu beberapa jam saja? Yang benar saja!
Tapi sang kakek tidak mendengarkan keluhan YingXiong, pak tua itu seolah menutup rapat kedua telinganya. Dengan rasa terpaksa, YingXiong menuruti perintah kakek.
Latihan seperti itu berlangsung selama sebulan penuh. YingXiong juga bisa menyelesaikan semuanya dengan baik.
Di sisi lain, sang Kakek tersenyum puas karena ia bisa melihat perubahan jelas pada tubuh YingXiong.
Pada suatu malam, sang kakek memerintahkan YingXiong untuk duduk bersila sambil menutup matanya dan melakukan teknik pernafasan untuk menambah lingkaran tenaga dalamnya. Tanpa banyak bertanya, YingXiong melakukannya.
Ia melakukan kegiatan itu selama satu jam sebelum membuka matanya, ia bisa melihat sang kakek sedang membawa sebuah mangkuk mendekat ke arahnya.
"Apa itu kek?" Tanya YingXiong penasaran.
"Minumlah ramuan ini. Ini berkhasiat untuk menambah kekuatan fisikmu dari dalam. Ramuan itu bisa meningkatkan kualitas darah serta tulangmu." Jawab kakek sambil menyodorkan mangkuk berisi ramuan berwarna kekuning-kuningan itu.
YingXiong meminumnya dengan menyeruput langsung dari pinggir mangkuknya.
Srrrruuupppppp
Aaaahhhh
"Benar-benar nikmat!" Gumam pelan YingXiong sambil menyodorkan kembali mangkuknya ke kakek seolah berkata 'berikan aku lebih banyak lagi ramuan ini kek'
Sang kakek menggelengkan kepalanya, seolah mengerti apa maksud dari YingXiong.
"Ramuan itu tidak mudah untuk dibuat. Bahan-bahannya pun sulit ditemukan. Kakek hanya membuat semangkuk itu saja." Balas kakek.
Mendengar itu, YingXiong sedikit kecewa,, terlihat dari raut wajahnya yang masam dan bibirnya yang manyun.
"Jangan begitu, daripada kau meminta lebih. Bagaimana kalau kau ceritakan apa yang kau rasakan setelah meminum ramuan itu?" Kakek mengubah topik.
YingXiong tersadar, ia baru mengingat bahwa itu adalah ramuan yang berkhasiat.
YingXiong memeriksa darah dan tulangnya, benar saja keduanya mengalami peningkatan yang signifikan.
Melihat raut wajah YingXiong yang kegirangan, sang kakek sudah bisa menebak bahwa ramuan yang ia berikan sangat manjur. Tapi ia tetap ingin memeriksanya.
Kakek memegangi pergelangan tangan YingXiong dan mengalirkan tenaga dalamnya. Ia bisa merasakan perubahan pada bocah itu.
Sang kakek mengangguk-angguk pelan menandakan ia ikut senang akan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
👍👍👍👍
2023-11-05
0
Gugun Dteo
masih kecil, kyanya belum pham kata (familiar, )aplgi tinggal hutan. 😁
2021-08-13
1
heri surianto
keren
2021-06-27
0