Aku bersedia

Setelah meletakkan Ega di dalam boks nya, dara memilih keluar kamar. Tanpa terasa airmatanya jatuh berderai. Biasanya tiap kali datang kesini, kakaknya Dinda pasti menyambutnya. Mereka duduk mengobrol dan saling berbagi cerita hingga nasihat nya untuk dara agar segera mengakhiri masa lajangnya.

Mengingat semua itu, dara merasakan sesak di dadanya. Dia ke dapur mengambil air minum, namun kembali muncul ingatan saat mereka memasak makanan bersama, kembali airmata nya mengalir semakin deras.

Bu Evi datang menghampiri nya, "Dara, bisa bicara sebentar." ucap Bu Evi dengan penuh kelembutan.

Dengan cepat dara menghapus air matanya,

"Boleh Tante, ada apa?" tanya Dara

"Mari ikut Tante." ucap Bu Evi yang telah jalan lebih dulu keluar rumah.

Dara mengikuti Tante Evi ke belakang rumah. Ada sebuah taman kecil dengan sebuah gazebo disana. Tampak Pras sudah berdiri membelakangi mereka.

"Ada apa mama memanggilku." ucap Pras berbalik dan menatap kearah dara dan mamanya bergantian.

mengapa mama membawanya kesini, atau jangan jangan mama...akh...sial

"Kita Harus bicara. Mama rasa kalian berdua sudah tahu apa yang akan mama bicarakan." ucap Bu Evi.

Pras masih diam, begitu juga dengan dara.

"Mama rasa kalian sebaiknya segera menikah, ini semua demi Ega. Kalian bisa lihat, Ega sangat bergantung kepada dara, tak mungkin kalian tinggal bersama tanpa adanya ikatan pernikahan. Apa kata orang nanti. Dan tak mungkin Ega tinggal bersama dengan dara." ucap Bu Evi

"Ma, ada Maya yang akan mengurusnya, jadi mama tak perlu meminta bantuan dara." bantah Pras.

Terlihat jelas kekesalan di matanya saat Bu Evi membahas masalah pernikahan nya dengan dara.

'Tapi Pras, kamu lihat kan Ega hanya tenang dan merasa nyaman jika dia bersama dara. Dara adalah bibi nya, dan dia masih single, jadi mama rasa kalian cocok menikah, dara tak keberatan kan?" Bu Evi menatap dara dengan penuh harap.

Dara menghembuskan nafas berat. Segan menolak tapi bagaimana lagi ini menyangkut masa depannya.

"Maaf Tante, aku bersedia merawat Ega tanpa harus menikah dengan kak Pras." ucap dara.

Wajah Bu Evi terlihat kecewa, dia sudah menduga jika mereka berdua memang keras kepala.

"Kalian berdua jangan egois, mama tahu ini berat buatmu Pras, tapi pikirkan anakmu, jangan sampai kau kehilangan dia karena keegoisan mu." ucap mama dengan nada lebih tinggi.

Bu Evi mengalihkan pandangannya dari Pras ke dara.

"Dan dara, Tante mohon nak, ini semua demi Ega. Tolong kamu pikirkan lagi. Mama beri waktu kalian untuk bicara dari hati ke hati, jangan egois, nasib Ega bergantung pada kalian berdua." ucap.bu Evi lebih lembut dari saat dia bicara dengan Pras.

Setelah bicara Bu Evi pergi meninggalkan mereka berdua.

Sunyi, hening, bahkan suara dedaunan tergesek angin mampu terdengar dengan jelas. Tak satupun coba memulai pembicaraan. Pras larut dengan pemikirannya dan dara juga bergelut dengan pemikiran nya sendiri.

Beberapa menit tak juga bersuara, dara memilih pergi meninggalkan Pras.

Dara berpamitan pulang kepada Tante Evi. "Dara pulang dulu, Tan. Besok pulang kantor dara akan kembali lagi.".ucap dara sebelum beranjak pergi.

Tante Evi hanya menatapnya dengan perasaan sedih.

...****************...

Seminggu berlalu, dara sengaja tidak menghubungi Pras dan menanyakan Ega. Dia menahan kerinduannya pada bayi kecil itu.

Jika aku menghubungi nya,dia bisa besar kepala dan salah paham padaku, dia bisa berpikir aku menyukainya.

"Dara kamu kenapa? aku perhatikan akhir akhir kamu tidak fokus, sering melamun." tanya Hanum saat makan siang di kantin.

"Aku hanya merindukan Ega." jawab dara

"Aku kira apaan, kalau kangen tinggal datang aja ke rumahnya bereskan."

"Aku segan, hubunganku dengan kak Pras.

, kamu tahu sendiri kan?" ucap dara menggantung akhir kalimatnya.

"Sebenarnya apa yang membuat mu tidak menyukainya?" tanya Hanum.

Hanum tak habis pikir, apa yang menyebabkan sahabatnya ini begitu membenci kakak iparnya.

"Ya nggak suka aja. Dia itu playboy, aku heran kenapa Dinda bisa mau dengannya." ucap dara

"Itu kan dulu sebelum dia menikah, setelah menikah bukankah dia setia kepada Dinda, jangan terlalu membencinya karena jarak antara benci dan cinta itu sangat tipis." ucap Hanum sambil tersenyum

"Tidak mungkin. Oh ya, aku mau tanya, gimana hubungan mu dengan pak Rangga." tanya dara mengalihkan pembicaraan.

"Baik, kemaren dia melamar aku, lihat ini" ucap Hanum antusias dan bahagia. Menunjukkan cincin yang melingkar dijari manisnya.

"Dara, kau harus coba membuka hatimu, banyak pria baik yang menyukai mu, coba berteman dulu, dari pertemanan akan tumbuh rasa nyaman dan cinta. Oh ya, Dedy diam diam menyukai mu, Apa kau mau?" tanya Hanum

"Dedi, maksudmu dosen fakultas ekonomi itu?" tanya dara tak percaya.

Hanum tersenyum dan mengangguk. Dara menghembuskan nafasnya kasar, dan meletakkan sendok ditangannya.

"Tidak,"

"Apa kau masih trauma. Hidup mu harus berlanjut, lupakan masa lalu dan yakinlah, kau akan baik baik saja."ucap Hanum pelan dan lembut.

"Boleh bergabung," sebuah suara menghentikan percakapan diantara mereka berdua.

"Pak Arfan" jawab dara saat melihat siapa yang manggil mereka.

Arfan duduk di samping dara. "Sudah selesai makan siangnya?" tanya Arfan berbasa basi, padahal terlihat jelas nasi di piring dara masih utuh.

"Bapak mau saya pesankan?" tanya Hanum

"Tidak usah. Saya sudah makan. Saya mau mengajak dara." jawab pak Arfan

"Kemana pak?" tanya dara dengan wajah serius.

"Nanti kau juga akan tahu, selesai kan dulu makan siang nya." jawab Arfan tersenyum manis.

"Saya sudah...."

Derrrt.....derrrrt...dering ponsel dara menghentikan percakapan mereka.

Dara melihat ponselnya dan sedikit terkejut karena Bu Evi yang menelponnya.

"Assalamualaikum Tante"

ucap dara begitu panggilan terhubung.

"Waalaikum salam, dara cepat ke rumah sakit, Ega sakit."

"Ega, sakit apa Tante?"

"Demam tinggi dan terus saja menangis, Tante mohon, dia pasti merindukan mu." ucap Bu Evi sambil menahan tangisnya.

Dara segera berdiri, "Hanum aku pergi dulu. Maaf pak, saya tidak bisa, lain kali saja. Ega sakit dan aku akan ke rumah sakit sekarang." ucap dara

"Siapa Ega? pacar mu?" tanya Arfan penasaran,

Hanum diam diam tersenyum tipis, dia tahu Arfan sejak lama menaruh hati pada dara.

"bukan dia anak kak Dinda."

Dara berdiri ingin meninggalkan Hanum.

"Biar saya antar." ucap Arfan.

Kini dara bersama dengan Arfan menuju rumah sakit. Untungnya jarak ke rumah sakit tidak begitu jauh.

Dara segera berlari masuk ke dalam rumah sakit, Arfan hanya mengikuti nya dari belakang.

Dia begitu mengkhawatirkan anak itu, dia sangat menyayangi anak anak, aku rasa aku tak salah memilih. bathin Arfan

***

"Tante gimana kondisi Ega," tanya dara begitu dia melihat Bu Evi.

"Ega tidak mau minum susu dan terus menangis. Hingga dia kekurangan cairan Dan sekarang dia demam tinggi, dokter sudah mengimpus nya. kasihan cucuku sekecil itu harus berhubungan dengan jarum suntik." ucap Bu Evi

"Ke...kenapa ini bisa terjadi!" ucapnya pelan. Dara tak lagi dapat membendung airmatanya, dia tak sanggup melihat Ega di dalam ruangannya dengan infus yang berada di kaki nya.

"Ma, mana putraku " ucap Pras yang juga baru sampai disana.

"Kau apakan dia, dasar tak becus. Sudah aku bilang, biar aku yang merawat nya." ucap dara kearah Pras dengan nada tinggi.

"kau!" ucap Pras tak kalah emosi mendengar ucapan dara. padahal dia hampir setiap malam bergadang menjaga Ega.

"Tahu apa kau mengenai putraku, pergilah kau tidak di butuhkan disini." ucap Pras ketus.

Arfan hanya menatap pertengkaran diantara mereka. Dia berjalan kearah dara dan coba menenangkannya.

"Sudah dara, ini di rumah sakit." ucap nya lembut.

"Hentikan, bukan waktunya berdebat, cucuku sedang berjuang di dalam sana, bukannya mendoakannya kalian malah bertengkar, keterlaluan!" ucap Bu Evi memarahi keduanya.

Tak lama datang kah pak Rahmat orangtua dara. Mereka semua menunggui Ega.

"Pak, bapak pulang saja. Maaf merepotkan bapak." ucap dara kepada Arfan.

"Ok, saya balik dulu. Dan besok kamu.boleh libur, sampai dia sembuh." ucap Arfan.

"Terima kasih,pak"

Setelah berpamitan Arfan segera meninggalkan mereka, Pras menatap nya tanpa bicara apapun.

Ega sudah di pindahkan ke dalam ruangan. Pras memesan kamar VVIP untuk kenyamanan putranya. Di dalam ruangan nya,

Dara menggendong Ega

dan memberikan nya susu, sungguh ajaib seolah bisa merasa kan kehadiran mamanya, Ega mau meminum susunya dan tak lagi menangis, panasnya juga sudah reda.

Dokter ikut bersyukur, dan besok sore impusnya akan di lepas, Ega sudah diperbolehkan pulang.

Dara terus menungguinya, bahkan dia tidak pulang kerumah , Pras terus memperhatikan aktivitas nya dan melihat interaksi tak biasa dari keduanya, Ega benar benar bergantung dengan dara.

Harus Pras akui jika Ega bergantung dengan dara.

...****************...

Malam hari semua sudah pulang, tinggal dara dan Pras yang masih menunggui Ega. Panasnya sudah turun.

"Menikahlah denganku." ucap Pras memecahkan kesunyian diantara mereka.

Dara refleks menatap Pras dengan tatapan tak suka.

Bagai petir ucapan Pras membuat dara terkejut bukan kepalang. Walau dia sudah menduga nya tapi mendengarnya langsung membuat dia bingung, marah dan kecewa. Kecewa karena secepat itu Pras melupakan Dinda, bukan melupakan tapi menggantikan kan posisi Dinda yang menyedihkan dirinya lah yang menggantikan posisi kakaknya.

Sejenak netra keduanya bertemu, Pras akhirnya menunduk,

Pras kembali menarik nafas dalam dan berat, dia menghembuskan nya kasar hingga menimbulkan ******* yang terdengar jelas.

"Aku mohon demi putraku," lanjutnya terdengar serak.

Dara diam tak tahu harus menjawab apa. Kesadaran seolah hilang, dia tak tahu apa yang harus dia ucapkan.

Menikah, dengan Pras? tidak, itu tak pernah ada dalam rencana hidupnya.

"Maaf kak, aku tidak bisa. Masalah Ega biar aku merawatnya hingga dia besar, dan kau bisa sering menjenguknya."

"Aku tidak setuju, sebenarnya aku juga tidak mau menikah,

kuburan istri ku masih basah, tapi kita harus menikah demi Ega.

Aku tak mau anakku tumbuh kekurangan kasih sayang.

Apalagi dia sangat bergantung padamu, Aku mohon lakukanlah demi Ega. Aku tak akan menuntut apapun, yang terpenting kau merawat nya, dan kita bisa hidup masing masing." ucap Pras

Dara memejamkan matanya, cairan bening akhirnya lolos dan mengalir deras. Pernikahan apa yang akan dia jalani, tapi dia sendiri tak punya pilihan lainnya, setidaknya demi Ega dan janjinya pada Dinda untuk membesarkan anaknya.

"Dara, aku mohon demi Ega." ucap Pras pelan.

apa aku tidak salah dengar, dia yang begitu sombong, memohon kepadaku, bagaimana ini.

"Aku setuju, tapi dengan syarat." jawab dara

"Katakan, apapun itu akan aku penuhi."

"Aku akan merawat Ega, tapi aku..."

"Aku tak menuntut apapun darimu, rawatlah putraku, itu sudah lebih dari cukup." Potong Pras.

"Baiklah aku setuju, dan aku tak mau ada pesta pernikahan. cukup ijab kabul sederhana saja."

"Baiklah, aku setuju."

Setelah keduanya setuju, Pras pergi menemui ibunya dan menyatakan jika mereka berdua setuju menikah.

Terpopuler

Comments

Enung Samsiah

Enung Samsiah

dara sama pras sngt sling mmbenci,, ada apa gerangan dngn masalalu mereka????

2023-05-05

0

Wiek Soen

Wiek Soen

la begitu lebih baik

2022-08-17

0

ariasa sinta

ariasa sinta

2031

2021-12-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!