Baiklah, saya butuh seorang perawat untuk anak saya ini," kata si Ibu sambil mengelus lengan putranya di sampingnya.
'Putranya yang itu yang butuh perawat?' batinku terkejut.
___
Akhirnya Bu Nela menerimaku sebagai babysitter alias perawat untuk anaknya. Hari itu juga aku langsung bekerja.
Putranya yang berusia dua puluh lima tahun mengalami kecelakaan fatal yang mengakibatkan cedera pada otaknya. Perilakunya kembali seperti anak usia sepuluh tahun.
Tugasku hanya menemaninya bermain, karena mana mungkin orang kaya itu mau orang lain tahu keadaan anaknya jika anaknya harus bermain dengan anak tetangga.
"Kak Dirya, ayo kita main bola." Suara Luky, putra Bu Nela, memanggilku dari arah kolam renang. Sudah satu minggu aku bekerja.
"Iya, sebentar kakak masih jalan," jawabku. Ku lihat dia melompat-lompat dengan membawa bola plastik. 'Ah, mimpi apa aku jadi perawat bayi besar,' batinku.
Aku menghampirinya. Dia segera menarik tanganku untuk bermain bola.
"Kak, tangkap!" Dia melempar bolanya ke arahku. Aku menangkapnya. "Hap!"
"Sekarang giliran kamu yang tangkap," kataku. Ku lempar bola padanya. Dia berjalan mundur untuk menangkap bola yang ku lempar. Tanpa melihat ke belakang, yang ternyata ada genangan air di pinggir kolam. Luky pun terpeleset dan jatuh ke dalam kolam.
"Kaakkk!" Luky berteriak sebelum tubuhnya masuk ke dalam air.
"Luky!!!" teriakku kaget. Aku segera menceburkan diri ke dalam kolam.
Melupakan fakta bahwa aku tidak bisa berenang, dan bahwa Luky adalah pria dewasa yang tubuhnya lebih besar dariku.
Aku gelagapan berusaha meraih permukaan air. Sebelum akhirnya aku tak sadarkan diri.
Ketika terbangun dari pingsan, aku sudah berada di pinggir kolam. Hanya ada Luky di sampingku yang menepuk-nepuk pipiku. Karena Bu Nela masih berada di kantor. Dan Mas Lim, si satpam, berada di pos jaga depan yang jaraknya cukup jauh dari rumah.
"Luk- Luky? Kamu yang angkat saya dari kolam?" tanyaku heran. Aku mengernyitkan dahi memikirkannya. Bukankah dia dalam mode anak-anak. Bagaimana dia bisa berpikir untuk mengangkatku?
"Kakak tidak apa-apa?" Dia menatapku khawatir. Matanya berkaca-kaca.
"Saya tidak apa-apa. Kamu juga tidak apa-apa, kan?" tanyaku balik. Dia menggeleng.
"Kamu yang mengangkat saya tadi?" Dia mengangguk.
"Maaf, saya sudah mencelakaimu." Aku menunduk merasa bersalah. Karena melempar bola terlalu kencang. Air mataku tiba-tiba jatuh.
Tanpa diduga, Luky mengulurkan tangan untuk menghapus air mataku. Diusapnya pipiku yang basah. Seperti ada kupu-kupu yang meloncat-loncat di perutku.
"Perasaan apa ini? Kenapa hatiku berdebar kencang sekali?" Aku menatap wajah Luky yang sebenarnya kelewat tampan, seandainya dia bersikap normal pasti aku jatuh cinta. Eh, apa ini yang namanya jatuh cinta?
"Eh, ayo kita masuk dan bersalin pakaian. Kalau basah lama-lama nanti bisa masuk angin." Aku pun mengajaknya masuk.
___
Setelah kejadian itu, setiap bermain dengan Luky aku merasa canggung. Tatapan matanya seperti menembus ke dasar jantungku. Seperti bukan pandangan anak-anak yang dulu pernah aku lihat di matanya. Ada yang berbeda.
Malam ini aku istirahat lebih cepat karena Luky tidur lebih sore. Padahal biasanya dia belum mau tidur sebelum pukul 9 malam.
Ku rebahkan badanku di atas kasur yang lumayan empuk untuk ukuran kamar pekerja. Kamar tersendiri yang disediakan untukku. Sambil berbaring aku bermain ponsel. Ku buka galery foto di ponselku. Kulihat-lihat kumpulan foto yang beberapa hari ini ku ambil diam-diam.
"Hihihi. Sebenarnya dia sangat tampan. Sayangnya... dia pikir dirinya anak kecil. Apakah perasaanku ini salah? Aku rasa aku memang jatuh cinta padanya. Aku tidak pernah merasa seperti ini. Aku jadi bingung harus bagaimana." Sambil ku usap-usap gambar wajahnya yang terpahat sempurna. Hidung mancung, mata jernih, dagu lancip, bibir seksi... ah, apa yang aku pikirkan.
"Ting!"
Ada pesan masuk ke nomorku. Dari nomor tak dikenal.
[Hai... Apakah aku setampan itu sampai kamu selalu diam-diam mengambil gambarku?] Diterima.
"Hah? Siapa ini? Apakah Luky?" Aku terbelalak membaca pesan tersebut.
Apakah sebenarnya Luky sudah sembuh?
"Jangan jangan..."
___***___