Di dasar laut selatan Pulau Jawa, hiduplah seorang putri duyung cantik bernama Larasati. Ia adalah putri bungsu dari Prabu Samudra Jaya, penguasa Kerajaan Segara Kidul. Larasati dikenal berbeda dari putri-putri lainnya. Ia gemar mengumpulkan benda-benda dari daratan dan sering berenang ke permukaan laut.
“Putri, jangan terlalu sering ke daratan,” nasihat Prabu Samudra Jaya dengan suara tegas.
“Dunia manusia penuh bahaya.”
Namun Larasati hanya tersenyum. Hatinya selalu dipenuhi rasa ingin tahu tentang kehidupan manusia.
Suatu malam, badai besar melanda laut. Petir menyambar langit, ombak menggulung tinggi. Larasati melihat sebuah perahu kayu terbalik. Seorang pemuda terombang-ambing di laut.
Tanpa ragu, Larasati menolong pemuda itu dan membawanya ke tepi pantai. Pemuda itu bernama Jaka Wira, seorang bangsawan muda dari kerajaan daratan. Saat Jaka Wira siuman, Larasati sudah menghilang ke dalam laut.
Sejak malam itu, Larasati jatuh hati. Ia selalu teringat wajah Jaka Wira dan ingin hidup di dunia manusia.
Larasati kemudian mendatangi Nyai Kendrani, seorang dukun laut yang tinggal di gua karang.
“Aku ingin menjadi manusia,” kata Larasati mantap.
Nyai Kendrani mengangguk pelan.
“Aku bisa membantumu, tapi ada harga yang harus kau bayar. Suaramu akan hilang.”
Demi cinta, Larasati menyetujui perjanjian itu.
Keesokan harinya, Larasati terbangun di pantai dengan dua kaki manusia. Ia kehilangan suaranya, tetapi tetap berusaha tersenyum. Tak lama kemudian, Jaka Wira menemukan Larasati dan membawanya ke istana.
Meski tak bisa berbicara, sikap Larasati yang lembut membuat Jaka Wira merasa tenang. Setiap hari mereka menghabiskan waktu bersama. Namun Jaka Wira belum menyadari bahwa Larasati adalah gadis yang pernah menyelamatkannya.
Sementara itu, Prabu Samudra Jaya murka. Ia khawatir putrinya akan lenyap selamanya. Ia pun naik ke permukaan laut untuk menghentikan Nyai Kendrani.
Saat hari penentuan tiba, badai kembali datang. Nyai Kendrani muncul dan mencoba menarik Larasati kembali ke laut. Namun keberanian Larasati dan ketulusan cinta Jaka Wira mematahkan perjanjian gelap itu.
Suara Larasati kembali, dan ia mengakui jati dirinya. Jaka Wira menerima kebenaran itu dengan lapang dada.
Akhirnya, Prabu Samudra Jaya memberi restu. Larasati diperbolehkan hidup di darat, namun tetap menjaga hubungan dengan laut.
Larasati dan Jaka Wira pun hidup damai, menjaga laut dan daratan agar selalu seimbang.
Pesan moral:
Cinta sejati membutuhkan keberanian, pengorbanan, dan kejujuran.