Kita hanya takut berpisah. Bukan takut kehilangan.
Dimana langkah beriringan, belum pasti pada akhirnya bersama. Dimana tubuh saling bersandar, belum tentu sandaran itu menghangatkan. Dalam getir pun belum pasti dirimu mau menemani. Dalam duka mendalam, banyak kesulitan yang tak mampu ku lakukan. Dengan banyak halangan, kita bagai sosok terpisah. Kehilangan arah.
Kita hanya memaksakan hubungan yang seharusnya tidak ada. Bersikukuh menghalalkan segala cara agar bisa bertahan lama. Kita hanya menutupi lubang kesakitan, bukan mencoba menyembuhkan.
Yang kita lakukan adalah agar semua terlihat baik-baik saja.
Ini adalah sesuatu yang perlu dipertahankan, bukan mencocokkan perbedaan. Kita hanya peduli pada hubungan ini, namun tidak pada hati kita sendiri. Dengan memaksakan keadaan.
Merasa atau tidak, kita egois pada pendirian masing-masing. Terlalu naif untuk bahwa semua tak terjalani tanpa kendala. Kita merasa jika bersama akan lebih membahagiakan. Dibalik itu, kita saling menyembunyikan luka.
Keras kepala. Takut jika saling melepaskan akan ada luka lebih dalam. Padahal, dengan mempertahankan, yang terlalu memaksa akan menimbulkan luka berkepanjangan.
Akan tetapi, kita tak saling bicara untuk mengatasi sedikit masalah luka. Kita terlalu mengumbar bahagia, aslinya tidak.
Untuk sakit hati, sudah terlalu jauh membuangnya. Sampai rapuh pun kita masih menganggapnya tidak ada. Yang terpenting kita bersama. Itulah, selalu kita tanamkan pada diri.
Seharusnya, kita menyelesaikan semua. Memperbaiki luka yang semakin parah. Kita takut menerima keadaan. Terlalu takut ditinggalkan. Membuat semuanya berantakan. Tak terkendali. Semakin menyengsarakan. Kita hanya dua hati yang dipaksakan padu, untuk satu.
Disisi lain, aku ingin pergi darimu. Walau tidak mampu. Ingin sekali melarikan diri. Mungkin, kamu pun berpikiran sama. Tapi, pikiran ini selalu berujung unik. Merasa membutuhkan satu sama lain. Padahal tidak. Kita ingin merasa dianggap, tidak sendiri. Peduli sakit atau tidak, asal kita berdua maka semua akan baik-baik saja.
Yang harus dilakukan adalah saling melepaskan. Meskipun sulit, mungkin itu harus dipaksakan. Karena, hubungan begini, akan terus memunculkan kesakitan.
Walaupun dalam hal melupakan adalah kendala tak terbantahkan. Tapi, dengan itu semoga kita saling membahagiakan. Dengan tujuan kita masing-masing. Semoga, dengan perpisahan ini, kita sadar bahwa cinta tidak hanya berkata yang baik-baik saja.
Namun, cinta adalah obat untuk menjadi baik-baik saja. Tidak menyakiti seperti ini.