Hallo, namaku Stella Anggraini. Tahun ini aku menginjak usia 20 tahun. Aku baru saja mendapat pekerjaan sebagai karyawan penjaga toko hape dan jual pulsa di salah satu wilayah yang masih disekitaran desa tempat tinggalku. Hari itu, seperti biasa pagi hari aku bangun dan mandi, sarapan dan pergi bekerja. Aku masih ingat waktu itu pukul 9 pagi aku sudah berada di toko, membuka toko beberes dan lanjut duduk menghadap jalan menunggu pembeli pulsa atau hape yang datang. Hari hari aku lewati dengan biasa saja, selayaknya aktivitas harian yang sering orang kebanyakan lakukan. Tidur, makan, kerja terus saja seperti itu setiap hari sampai berbulan-bulan. Sampai suatu ketika, dimana hari itu hari yang sangat cerah di hari Kamis sore. Datanglah seorang pria tampan tinggi, putih, gagah dan tampan masuk ke dalam toko dengan senyuman manisnya. Menghampiriku yang sedang duduk di bangku di balik etalase seperti biasa, aku sampai terpana melihat ketampananannya. Sampai tidak tersadar, bahwa pria itu daritadi memanggilku yang tak kunjung aku jawab.
P : "Mba? Hallo, mba saya mau beli pulsa. Mba kenapa?"
W : "E..eh i..iya mas. Maaf! Maaf. Aduh saya malah bengong. Oh iya, mau beli pulsa ya. Sebentar."
P : " Iya mba."
Aku pun mengambil ponsel yang berada di dalam etalase dan segera mengetik kode untuk segera melayani pria itu yang membeli pulsa sore itu.
W : "Maaf mas. Mau beli yang berapa pulsanya, terus kartunya pakai kartu apa ya masnya?"
P : "Beli yang 50ribu aja mba. Saya pakai Axis mba."
W : "Oh, oke mas. Maaf nomernya berapa?"
P : "Oke sebentar mba. Emm, 08xxxxxx"
W : "Oke disininya sudah berhasil mas.Coba aja dicek ya mas sudah masuk apa belumnya."
P : "Oh iya ini udah ada mba. Langsung ada notif smsnya, berapa mba jadinya?"
W : "53ribu mas."
P : "Ini ya, mba makasih."
W : "Sama sama"
Akhirnya setelah selesai bertransaksi,pria itupun pergi dengan senyuman manisnya. Punggungnya hilang dibalik tikungan jalan, sepanjang bekerja aku terbayang bayang wajah si mas mas tampan berkulit putih itu. Andaikan aku punya sedikit keberanian untuk sekedar menanyakan siapa namanya mungkin akan sangat membantu untuk aku mencari informasi tentang dirinya. Ah, dasar diri ini terlalu pemalu dan suka langsung blank terdiam ketika melihat mas mas yang membuatku seketika terdiam bak terhipnotis dengan ketampanan wajahnya. Sore itu, sangat berkesan bagiku.
Sampai aku tidak menyangka, bahwa mas tampan itu ternyata bekerja tak jauh dari tempat kerjaku. Dirinya bekerja disebuah toko bahan bangunan yang jaraknya hanya terhalang 4 blok saja dari toko pulsa tempatku bekerja. Karena hampir setiap hari, aku melihat mas tampan itu selalu lewat ke depan tokoku setiap hari. Dan rutin membeli pulsa ke toko seminggu 2 kali. Aku sampai menghitungnya, saking terkagumnya sama mas tampan itu. Namun, aku masih saja tidak berani untuk sekedar menanyakan namanya.
Hingga suatu hari, mas tampan itu seperti biasa datang ke toko untuk membeli headset kali ini. Namun, sebelum dirinya pulang dia kali ini sedikit berbincang denganku malam itu.
P : "Mba, udah lama kerja disini? Kok saya baru liat mba ya perasaan? Waktu itu saya pernah kesini belum ada mbanya?"
W : "Iya mas. Saya baru kerja disini. Baru aja sebulan saya."
P : "Oh pantesan, baru liat. Waktu itu yang jaga disini si bapaknya ya. Pak Dimas, sekarang rekrut karyawan ya."
W : "Iya mas. Pak Dimas bos saya, pak Dimas buka usaha baru di kota mas. Jadi sekarang jaga ditoko ini cari karyawan. Pas saya butuh kerjaan, iseng lamar sini. Alhamdulillah keterima."
P : "Oh gitu. Mbanya kayaknya masih muda ya. Usianya berapa mba?"
W : "20 tahun mas."
P : "Masih muda banget itu mah. Gak kuliah mba? Aduh tuaan saya dong ya."
W : "Gak mas. Kuliah biayanya mahal, orangtua saya gak ada biaya. Jadi saya kerja aja, biar adik saya aja nanti yang kuliah. Hehe, emang masnya udah berapa tahun sekarang?"
P : "Saya 25 tahun."
W : "Atuh, 25 mah masih muda. Belum tua mas."
P : "Ya sih. Tapi kebanyakan temen saya udah pada nikah, udah punya anak. Saya aja yang belum nikah sampe usia segini."
W : "Oh iya mas."
P : "Iya, aduh maaf jadi ngobrol ya saya. Mbanya belum mau tutup toko."
W : "Sebentar lagi mas. Ini baru jam setengah 8. Setengah jam lagi tutup saya."
P : "Oh iya. Pulangnya sama siapa nanti? Mau saya tungguin biar dianter? Udah malem loh?"
W : "Saya udah biasa pulang sendiri mas. Jalan kaki, gapapa kok mas. Saya sendiri aja nanti."
P : "Sendiri? Aduh, gapapa deh saya tungguin aja ya. Kasian udah malem gini mbanya masa pulang sendiri. Jalan kaki lagi. Udah sama saya aja, saya bawa motor kok. Biar cepet juga."
W : "Aduh gimana ya. Saya gak mau ngerepotin mas."
P : "Ah enggak kok. Enggak repot, saya juga lagi bebas kok. Udah beres ini kerjaan."
W : "Ya udah deh, kalo masnya mau nganterin. Makasih mas".
Aku pun hanya bisa tersenyum. Walaupun sebenarnya sungguh bahagia banget malam itu, akhirnya aku bisa sedikit berbincang sama mas tampan ini hadap hadapan lagi. Terus dianter pulang, makin jingkrak-jingkrak hatiku kesenangan. Namun, aku berusaha mengontrol emosiku agar terlihat seperti biasa saja. Terlalu tidak etis, kalau aku seorang wanita yang menunjukkan ekspresi terkagum pada mas tampan ini.
Padahal dalam hati senangnya sungguh senang banget.
Akhirnya, setengah jam pun berlalu. Aku beberes, menghitung penghasilan hari ini dan menyimpan uang hasil hari ini ke kotak brankas yang ada didalam ruangan toko lalu menguncinya kembali. Setelah beres tutup toko, waktu menunjukkan pukul 8:20 menit. Aku pun, setelah menyerahkan kunci toko ke Bu Endang istrinya Pak Dimas yang rumahnya ada di samping toko. Aku pun langsung mengikuti mas tampan itu, untuk menuju motornya yang diparkir di depan toko elektronik yang sudah tutup. Malam ini beruntung cuaca tak sedang hujan, jadi aman sentosa. Ini pertama kalinya aku akan berboncengan dengan pria asing, selain dengan ayahku. Karena ayahku yang selalu antar jemput aku biasanya dari jaman sekolah sampai sekarang sudah kerja. Dan malam ini, menjadi malam spesial dalam hidupku. Untuk pertama kalinya akan berboncengan dengan mas tampan.
P : "Oh iya aku panggil siapa ya. Aku kamu aja ya jangan mba. Ngomong ngomong kita belum tahu nama masing-masing. Padahal udah ngobrol banyak tadi, kamu namanya siapa? Aku Devin. Kamu?"
W : "Nama saya Stella Mas."
P : "Oke. Salam kenal ya Stella. Pake dulu ini helmnya. Kita pulang sekarang, udah malem. Kamu bawa jaket?"
W : "Bawa kok. Ini mau pake."
Aku akhirnya memakai jaket dan memakai helm, lalu setelah itu dia naik ke atas motornya dan menyalakan mesinnya. Aku pun menyusul naik ke atas motor, setelah dia menyuruhku untuk naik. Selama perjalanan menuju rumahku, kami hanya diam terhanyut dalam suasana perjalanan yang dingin karena angin malam. Hanya sesekali bersuara jika dia bertanya jalan mana yang harus diambil ketika mau menuju ke rumahku. Karena kebetulan jarak rumahku dari toko dekat, hanya butuh waktu kurang lebih 20 menit. Aku sudah sampai di depan rumah, sesampainya aku di halaman rumah. Aku pun turun dari atas motornya, dan membuka helmnya dan menyerahkannya kembali ke Devin.
W : "Makasih ya mas. Sudah mau antar pulang."
P : "Iya sama-sama. Eh, emm ngomong ngomong boleh minta nomor hape kamu gak stella? Ya buat chattan aja kita nanti, atau siapa tahu aku butuh pulsa dadakan gampang chat ke kamunya."
W : "Oh iya mas. Boleh. Mana hape masnya, saya tulis nomor saya dihape masnya.
Dia pun mengeluarkan ponselnya, dan aku pun mengambilnya. Aku masukkan nomorku ke hapenya, lalu memanggilnya untuk menunjukkan bahwa itu benar nomorku.
W : "Tuh, ini udah nyambung ke aku." Sambil menunjukkan layar hpku kepadanya.
P : "oh iya makasih ya. Ya udah aku pulang dulu ya."
W : "iya mas. Makasih ya."
Mas tampan yang bernama Devin itu, tersenyum kepadaku lalu menutup kembali kaca helmnya dan meluncur melaju kan kembali motornya ke jalanan. Untuk pulang ke rumah kediamannya. Sedangkan aku senyum-senyum sendiri karena kegirangan bisa berdekatan dengan Devin, bisa ngobrol dan ternyata dia yang minta nomor ponselku duluan. Sambil berjalan masuk ke dalam rumah tak henti-hentinya aku tersenyum senang, hatiku tiba tiba merasa berbunga. Ahh, sungguh tidak terbayang olehku bisa sedekat itu sama mas tampan itu.
Lalu, setelah aku masuk ke dalam rumah aku pun bergegas ke kamar tidur untuk segera mandi dan makan malam. Kebetulan ayah dan ibuku baru selesai makan malam, jadi aku mungkin tidak akan makan bersama. Karena mereka sudah lebih dulu, dan aku pulang lebih telat sedikit malam ini. Namun, selesai aku mandi dan sedikit menggunakan krim kulitku. Ponselku bergetar, menandakan ada pesan masuk.
'Hai. Aku Devin. Save ya ini nomerku. Kamu lagi apa Stella? Udah tidur belum'
Ternyata pesan dari Devin. Dia kirim sms. Aku pun untuk sejenak terpaku, tidak percaya bahwa Devin kirim sms duluan. Duh aku deg degan, dan langsung ku balas pesannya.
'Oh iya. Aku save ya. Belum tidur. Baru mau makan.'
Tak lama kemudian dia kembali membalas.
'Oh gitu. Stella, kamu punya pin BBM? Kalo punya aku minta pin kamu dong, kita chattannya di BBM aja. Biar irit gitu, sms jebol pulsa.'
'oh iya. Ada kok. Oke, ini pinku 346BGT20.'
'oke aku invite ya.'
Tak lama kemudian, ada invite dari dia. Aku pun langsung menerimanya. Malam itu sungguh membuat aku tidak karuan, antara senang dan tidak percaya. Semenjak itulah, kami selalu bertukar pesan setiap hari walaupun sebenarnya kurang penting. Namun lama kelamaan obrolan kami semakin intens, semakin sering dan bahasa kami semakin santai. Hingga akhirnya, aku perasaan ku padanya terus berkembang dan terus terpupuk. Sampai aku tidak sadar, aku sudah terjatuh terlalu dalam dengan pesona Devin.