Malam begitu dingin , menyeruak masuk ke dalam tubuh. jari jemari mengetik begitu cepat beradu dengan sepinya malam, hanya menampilkan layar putih pucat dengan goresan hitam yang panjang "Bisa gak sih hargain aku sedikit?"pada akhirnya aku pun aku meneteskan bulir-bulir bening melihat orang yang aku percaya, aku sayangi seperti membiarkan aku terluka dengan perilakunya, aku menangis hebat malam itu dan paginya aku harus membohongi dunia bahwa aku baik - baik saja.
Hari demi hari berlalu, setelah tidak dengannya aku seperti kehilangan diriku sendiri dan aku tidak percaya pada laki-laki manapun. Aku sempat kehilangan diriku sendiri, dan aku meyakinkan diri sendiri bahwa "Kamu itu cantik dan pantas mendapatkan yang lebih baik" kataku di depan cermin dengan senyuman yang palsu.
Dua Minggu berjalan, satu bulan, bahkan 3 bulan berjalan dengan sangat cepat. Setelah jatuh , bangun , dan menangis setiap malam kini aku menemukan kata "sembuh" dengan diriku yang jauh lebih hebat dan bahagia.
Ketika suatu hari aku tak sengaja bertemu dengan sosok yang dulu aku sayangi. Dua mata yang kini asing menatap satu sama lain , entah rasanya tidak bisa di jelaskan antara rasa marah dan rasa rindu. Setelah pertemuan singkat itu aku pun bertanya- tanya pada diriku sendiri " kok dia bisa begitu ya?" kepada orang yang dulu dia perjuangkan, dia sayangi . Apakah dia lupa bahwa kita pernah bahagia bersama?!
Kata kata itu terus muncul di kepalaku.
Sampai akhirnya aku pun menyerah untuk bertanya- tanya lagi bagaimana dia bisa seperti itu kepadaku, karena aku pun merasa sangat lelah , seakan kata- kata itu selalu berputar mengelilingi kepalaku setiap harinya .
Waktu seperti enggan untuk aku selalu bersedih, seperti biasa aku menjalani hari demi hari yang cukup baik setelah sempat "gila" karena seseorang. Tapi dimana suatu hari aku bertemu dengan seseorang yang sangat asing bagiku mungkin bisa dibilang warna baru dihidupku. Kita bertemu di rumah makan kala itu , karena aku sering ke tempat itu , dan tanpa aku sadari ternyata selama ini ada sepasangan mata yang sering memperhatikanku dari kejauhan tanpa bersuara, seiring berjalannya waktu dia memberanikan diri untuk bertemu denganku.
Pertama kali dia mencoba berkomunikasi denganku tapi aku sadar bahwa dia tidak berani menatapku dan bisa di bilang canggung. Awalnya aku hanya berpikir " ah semua akan pret pada waktunya" tetapi semakin aku mengenal dia semakin dia menunjukkan bahwa aku yang dia sukai , dia sayangi sampai saat ini. Walaupun kadang aku sempat ragu dengan perilaku dan omongannya , aku bertanya pada diri sendiri " apakah benar sikap dia selama ini tanpa kebohongan?" aku hanya takut ketika sudah membuka lembaran baru lagi tapi sama seperti yang lalu. Dia selalu berusaha meyakinkan aku dan membantu aku bertemu kata "sembuh" dan " percaya" sampai saat ini. Entah seperti apa kedepannya aku hanya senang bisa berbagi cerita dengan sepasang mata belok itu.