Di kerajaan kuno yang megah, namun penuh intrik, bersemayam lah Putri Victoria Lyra. Dikenal akan kekejamannya dan ketiadaan belas kasihan, ia tak pernah menginjakkan kaki di luar tembok istana. Victoria adalah anak kedua, namun sang kakak,menolak takhta
menjadikannya pewaris yang tak terduga.
Raja dan ratu meski berkuasa selalu diliputi ketakutan terhadap putri mereka. Terlebih lagi, adik perempuan Victoria terkenal nakal dan sulit dikendalikan. Suatu hari, istana mengadakan perayaan besar, mengundang tamu dari kerajaan-kerajaan jauh, termasuk tunangan Victoria. Namun, sang putri sendiri tak tampak hadir.
Di tengah gemerlap pesta, adik Victoria membuat onar. Tiba-tiba, pintu-pintu besar terbuka, dan Victoria muncul. Tatapannya dingin menusuk, membungkam seluruh ruangan.
"Cukup," desis Victoria, suaranya bagai belati es. "Kau selalu menjadi duri dalam daging keluarga ini."
Tanpa peringatan, tangannya terangkat, menampar adiknya dengan kekuatan yang mencengangkan. Suara tamparan itu bergema di seluruh ruangan, memecah keheningan yang mencekam.
"Victoria!" ratu berteriak, suaranya tercekat.
Victoria menoleh, tatapannya tak bergeming. "Ibu, Ayah," ucapnya dingin. "Kalian selalu memanjakannya. Sekarang, lihatlah apa yang telah kalian ciptakan."
Adiknya terhuyung, memegangi pipinya yang memerah. "Kau... kau tidak punya hak!"
Victoria menyeringai sinis. "Hak? Aku adalah hukum di sini. Dan hukumannya adalah... kematian."
Dengan gerakan cepat, Victoria mencabut belati dari pinggangnya. Dalam sekejap mata, belati itu telah menancap di dada adiknya. Jeritan pilu memecah keheningan, sebelum akhirnya tubuh itu ambruk ke lantai.
Raja dan ratu terhuyung mundur, ketakutan terpancar jelas di wajah mereka. Seluruh hadirin membeku, menyaksikan adegan mengerikan di depan mata mereka.
"Siapa pun yang berani menentang ku, akan mengalami nasib yang sama," kata Victoria, suaranya menggema di seluruh ruangan. "Keadilan telah ditegakkan."
Setelah kejadian mengerikan itu, Victoria memerintah dengan tangan besi. Kerajaan menjadi makmur, namun diwarnai ketakutan. Angkasa memilih menjauh dari kehidupan istana, mencari kedamaian di tempat lain. Raja dan ratu hidup dalam bayang-bayang ketakutan, dihantui oleh kekejaman putri mereka sendiri.
Pada akhirnya, Victoria tetap menjadi penguasa yang ditakuti. Tak ada yang berani membantah perintahnya. Meskipun kerajaan makmur, kebahagiaan sejati tak pernah hadir di istana. Tragedi pembunuhan adiknya terus menghantui, menjadi pengingat abadi akan kekejaman yang bersemayam di dalam diri sang ratu.
"Ingatlah," bisik Victoria pada dirinya sendiri, menatap pantulan wajahnya di cermin. "Kekuatan adalah segalanya. Dan aku akan melakukan apa pun untuk mempertahankannya."
Setelah pembunuhan adiknya yang menggemparkan, Victoria Lyra naik takhta dengan tangan besi. Istana yang dulunya megah kini menjadi saksi bisu kekejaman yang tak terperi. Setiap hari, Victoria mempertontonkan kekuasaannya dengan cara yang semakin mengerikan.
Para pelayan istana hidup dalam ketakutan, selalu waspada agar tidak melakukan kesalahan sekecil apa pun yang bisa memicu amarah sang ratu. Hukuman cambuk, kurungan bawah tanah, dan penyiksaan menjadi pemandangan sehari-hari. Victoria bahkan menciptakan alat-alat siksaannya sendiri, dirancang untuk memberikan rasa sakit yang tak tertahankan.
Suatu hari, seorang pelayan tidak sengaja menjatuhkan vas kesayangan ratu. Victoria, dengan mata membara, memerintahkan agar pelayan itu dicambuk di depan umum. Setelah itu, lidahnya dipotong agar tidak bisa menyebarkan cerita tentang kekejamannya.
Tidak hanya pelayan, para bangsawan pun tak luput dari sasaran kemarahan Victoria. Siapa pun yang berani mempertanyakan keputusannya atau menunjukkan ketidaksetujuan akan dihukum dengan kejam. Beberapa diasingkan, sementara yang lain dipenjara seumur hidup.
Angkasa, kakak Victoria, yang menyaksikan semua ini dari kejauhan, merasa ngeri. Ia mencoba berbicara dengan adiknya, memohon agar menghentikan kekejamannya. Namun, Victoria hanya tertawa sinis.
"Kekuatan adalah segalanya, Kakak," katanya. "Dan aku akan melakukan apa pun untuk mempertahankannya. Bahkan jika itu berarti mengorbankan nyawa orang lain."
Angkasa akhirnya menyerah. Ia tahu bahwa Victoria telah berubah menjadi monster yang tak bisa dihentikan. Ia memutuskan untuk meninggalkan kerajaan dan mencari kedamaian di tempat lain, meninggalkan adiknya dalam kegelapan yang diciptakannya sendiri.
Victoria terus memerintah dengan tangan besi, semakin lama semakin kejam. Kerajaan menjadi makmur, tetapi rakyatnya hidup dalam ketakutan. Tidak ada kebahagiaan, tidak ada cinta, hanya ada ketakutan dan kepatuhan.
Pada akhirnya, Victoria Lyra menjadi legenda yang mengerikan. Kisahnya diceritakan dari generasi ke generasi sebagai peringatan akan bahaya kekuasaan yang tidak terkendali. Ia menjadi simbol kekejaman dan kebiadaban, seorang ratu yang lebih ditakuti daripada dicintai.
Dan di dalam istana yang megah, Victoria terus memerintah, sendirian dalam kegelapan yang telah ia ciptakan sendiri. Hantu-hantu masa lalu menghantuinya setiap malam, tetapi ia tidak peduli. Ia telah mengorbankan segalanya untuk kekuasaan, dan ia tidak akan melepaskannya.
"Aku adalah ratu," bisiknya pada dirinya sendiri, menatap pantulan wajahnya yang dingin di cermin. "Dan aku akan memerintah selamanya."
Setelah bertahun-tahun memerintah dengan tangan besi, Victoria Lyra menjadi sosok yang ditakuti di seluruh kerajaan. Namun, di balik topeng kekejaman itu, tersembunyi luka yang dalam. Suatu malam, di tengah perjamuan mewah, ia bertemu kembali dengan tunangannya, Pangeran Alaric dari kerajaan tetangga.
Alaric, yang dulu terpikat oleh kelembutan dan kebaikan hati Victoria, kini terkejut melihat perubahan drastis pada dirinya. Ia menarik Victoria ke taman istana yang sepi, jauh dari keramaian.
"Victoria, apa yang terjadi padamu?" tanya Alaric dengan nada khawatir. "Dulu kau adalah wanita yang lembut dan penuh kasih. Mengapa kau menjadi begitu kejam?"
Victoria terdiam sejenak, menatap Alaric dengan tatapan dingin. "Kau tidak tahu apa yang telah ku lalui," jawabnya dengan suara serak. "Kau tidak tahu bagaimana rasanya hidup di bawah tekanan nenek tiri yang kejam."
Alaric mengerutkan kening. "Nenek tiri? Apa maksudmu?"
Victoria menghela napas panjang, lalu mulai bercerita tentang masa lalunya. Ia menceritakan bagaimana nenek tirinya selalu memperlakukannya dengan buruk, merendahkannya, dan membuatnya merasa tidak berharga. Nenek tirinya selalu menanamkan dalam benaknya bahwa ia harus kuat dan kejam untuk bisa bertahan hidup di dunia yang keras ini.
"Nenek tiriku selalu mengatakan bahwa kelembutan adalah kelemahan," kata Victoria dengan getir. "Ia mengatakan bahwa aku harus menjadi kuat dan kejam untuk bisa memerintah dengan baik. Dan aku... aku mempercayainya."
Alaric mendengarkan dengan seksama, hatinya dipenuhi rasa iba. Ia meraih tangan Victoria dan menggenggamnya erat.
"Victoria, kau salah," kata Alaric dengan lembut. "Kelembutan bukanlah kelemahan. Itu adalah kekuatan yang sejati. Kau tidak perlu menjadi kejam untuk bisa memerintah dengan baik. Kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri."
Victoria menatap Alaric dengan air mata berlinang di pipinya. "Tapi... aku tidak tahu bagaimana caranya," bisiknya. "Aku sudah terlalu lama menjadi orang lain."
Alaric tersenyum lembut. "Aku akan membantumu," katanya. "Bersama-sama, kita akan menemukan kembali Victoria yang dulu. Victoria yang lembut, baik hati, dan penuh kasih."
Victoria memeluk Alaric erat-erat, air matanya membasahi bahunya. Untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, ia merasa ada harapan. Mungkin, dengan bantuan Alaric, ia bisa melepaskan diri dari kegelapan yang selama ini mengurungnya.
Namun, perjalanan menuju pemulihan tidak akan mudah. Victoria harus menghadapi trauma masa lalunya, melawan pengaruh nenek tirinya, dan belajar untuk mempercayai orang lain lagi. Apakah ia akan berhasil? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Perlahan tapi pasti, dengan bantuan Alaric, Victoria mulai membuka diri. Ia mulai merenungkan masa lalunya, memahami bagaimana nenek tirinya telah memanipulasi dan meracuni pikirannya. Alaric selalu ada di sisinya, memberikan dukungan dan cinta tanpa syarat.
Namun, nenek tiri Victoria tidak tinggal diam. Ia melihat kedekatan Victoria dan Alaric sebagai ancaman terhadap kekuasaannya. Ia mulai menyebarkan desas-desus tentang Victoria, mencoba menghancurkan reputasinya di mata rakyat.
Suatu hari, nenek tiri Victoria mencoba membunuh Alaric. Namun, Victoria berhasil menggagalkan rencananya. Dalam pertarungan yang sengit, Victoria akhirnya berhasil mengalahkan nenek tirinya.
Dengan kematian nenek tirinya, Victoria merasa beban berat terangkat dari pundaknya. Ia mulai memerintah dengan hati yang lebih lembut, mendengarkan keluhan rakyatnya, dan berusaha untuk menciptakan kerajaan yang adil dan makmur.
Namun, masa lalu tetap menghantuinya. Setiap malam, ia bermimpi buruk tentang kekejaman yang pernah dilakukannya. Ia merasa bersalah dan tidak pantas mendapatkan kebahagiaan.
Alaric selalu ada di sisinya, mengingatkannya bahwa ia telah berubah. Ia mengatakan bahwa masa lalu tidak bisa diubah, tetapi masa depan bisa ditulis ulang.
Akhirnya, Victoria belajar untuk menerima masa lalunya dan memaafkan dirinya sendiri. Ia menyadari bahwa kekejaman yang pernah dilakukannya adalah akibat dari trauma masa lalunya. Ia berjanji untuk tidak pernah lagi kembali ke jalan yang gelap.
Victoria dan Alaric menikah dan memerintah kerajaan bersama-sama. Mereka menjadi pemimpin yang dicintai dan dihormati oleh rakyatnya. Kerajaan mereka menjadi simbol harapan dan keadilan.
Victoria Lyra, yang dulunya dikenal sebagai ratu yang kejam, kini dikenal sebagai ratu yang bijaksana dan penuh kasih. Ia membuktikan bahwa bahkan orang yang paling gelap pun bisa menemukan jalan menuju cahaya.
Dan di akhir hayatnya, Victoria Lyra meninggal dunia dengan tenang di sisi Alaric. Ia meninggalkan warisan yang abadi, sebuah kerajaan yang damai dan makmur, serta kisah tentang bagaimana cinta dan pengampunan bisa mengubah bahkan hati yang paling keras sekalipun.