Di Antara Kata yang Tak Pernah Sempat”
Di antara riuh kelas dan jam dinding yang berdetak pelan,
ada namamu yang selalu jatuh
di sela-sela jeda napasku sendiri.
Kau berjalan seperti kalimat yang padat dan singkat,
sementara aku hanya tanda baca
yang tak pernah kau anggap penting untuk dibaca.
Aku menatap punggungmu
seperti menatap sebuah buku
yang tak berani kubuka halaman pertamanya.
Takut kecewa pada cerita
yang bahkan tak pernah memasukkan namaku di daftar tokoh sampingan.
Hari-hari berlalu pelan,
meninggalkan jejakmu di ingatan
seperti puisi yang tak pernah selesai ditulis.
Aku mencintaimu diam-diam,
dengan cara yang tak berani
bahkan sekadar mengetuk pandangmu.
Jika suatu saat kau membaca sunyi
di kedua mataku,
ketahuilah:
di sana ada rumah kecil
yang sejak lama menyimpan namamu,
tanpa pernah tahu
apakah kau ingin singgah
atau hanya lewat,
seperti biasanya.