Malam itu, listrik di SMA Mandala padam selama beberapa menit. Saat lampu menyala kembali, semua orang panik piala kejuaraan nasional yang dipajang di aula hilang. Pihak sekolah langsung mengunci gerbang dan memanggil polisi. Tapi bagi Nara, siswa kelas XI yang dikenal suka mengamati hal kecil, ada sesuatu yang terasa janggal.
Di tengah keributan, ia melihat jejak sepatu berlumpur menuju tangga lantai tiga—lantai yang sudah lama ditutup karena renovasi. Teman sekelasnya, Bimo, mengejek, “Udah, biarin polisi aja kerja. Kamu kebanyakan nonton detektif.” Tapi Nara justru semakin penasaran. Kalau memang renovasi, kenapa lumpurnya terlihat masih basah?
Karena gerbang sudah terkunci dan semua murid dikumpulkan di aula, Nara diam-diam menyelinap, mengikuti jejak itu. Setiap langkah membuat napasnya makin cepat. Tangga lantai tiga gelap dan berdebu, seolah tidak terjamah bertahun-tahun. Tapi di antara debu itu, jejak sepatunya terlihat jelas—seseorang baru saja lewat.
Di ujung koridor, ia mendengar suara logam beradu. Ketika ia mengintip, ia melihat seseorang memakai jaket OSIS sedang membuka kotak kayu besar. Di dalamnya piala yang hilang. Nara hampir berteriak, tapi sosok itu menoleh duluan. Itu Darel, ketua OSIS, siswa yang selalu kelihatan sempurna dan disukai semua guru.
“Jangan salah paham,” suara Darel pelan tapi tegas. “Aku nggak mau sekolah kita menjual piala ini. Kepala yayasan butuh dana, mereka mau lelang diam-diam. Aku cuma mau menyembunyikannya sampai semua orang tahu.”
Nara terdiam. Cerita itu terdengar gila tapi tatapan Darel tidak. Sebelum ia bisa merespons, suara langkah polisi terdengar menaiki tangga. Panik, Nara mengambil keputusan cepat. Ia menutup kotak kayu itu dan menyeret Darel ke ruang UKS lantai tiga. Mereka berpura-pura baru datang, seolah mencari tempat aman saat listrik padam.
Keesokan harinya, berita besar tersebar setelah pemeriksaan internal, ternyata yayasan memang merencanakan pelelangan rahasia. Piala diselamatkan tepat waktu, dan penyelidikan resmi dimulai. Tidak ada yang pernah tahu siapa yang pertama menemukan petunjuknya.
Di aula, Darel menatap Nara dan tersenyum kecil. “Kalau kamu nggak ikut jejak itu, semuanya nggak akan kebongkar.”
Nara hanya menjawab santai, “Kadang, hal yang dicari bukan hilang… cuma disembunyikan di tempat yang salah.”
Dan sejak malam itu, sekolah tahu Nara bukan cuma anak pendiam di pojok kelas. Ia adalah saksi pertama misteri lantai tiga SMA Mandala.