~Cinta dalam diam. Ungkapan yang selalu terbungkam dalam.~
Alis tegas dengan mata tajam terlihat jauh mempesona dari pada kemeriahan dunia di saat itu. Bibir tipis itu seperti permen kapas selalu terlihat memikat. Tidak terjerat kuat namun mampu menjadi penentu kebahagiaan gadis bermata batu di waktu itu.
Sangat manis dan penuh aroma cinta.
"Sya, apa kamu melihatnya? Dia pemuda paling tinggi dan tampan di antara pemuda lainnya seangkatan kita."
"Ah..." Suara kekaguman itu sudah sering dia dengar saat melewati perkumpulan para gadis di sekolah.
Kedua tangan ia biarkan menjadi penopang dagunya. Kedua mata berkilat terus menatap kearah pemuda yang seusia dengan dirinya. "Dia memang sangat tampan," gumamnya dengan suara bernada lembut.
Kepribadian ganas sekalipun akan luluh. Di saat berhadapan langsung dengan pujaan hatinya.
"Ayo, bel masuk sudah berbunyi."
Tangannya di tarik cukup kuat. Di sepanjang jalur menuju kelas 10B. Gadis itu tidak bisa mengalihkan pandangan matanya.
"Sudah. Jangan melihatnya lagi. Di waktu istirahat kamu pasti bisa melihatnya sepuasmu." Alia berjuang sekuat tenaga agar dapat menyeret tubuh sahabatnya masuk kedalam kelas.
"Dia benar-benar sempurna."
Cinta terpendam itu berlalu selama tiga tahun penuh. Sejak pertama kali sentuhan kecil yang tidak di sengaja itu. Mengalihkan pandangan matanya pada sosok yang terpatri dalam hingga waktu yang cukup lama.
Dan cinta tanpa ada kata memulai. Telah berakhir di saat gadis itu mengetahui kenyataan. Jika pemuda yang ia sukai dan telah menjadi cinta pertamanya. Menjalin hubungan dengan sahabatnya.
Tanpa ada kata memulai namun berkesan dalam. Siapa yang akan menyangka cinta akan datang begitu tiba-tiba. Tanpa aba-aba langsung menyerbu dan diam cukup lama.
~Tidak berbalas bukan berati tanpa arti. Karena kehadirannya mengajarkanku sebuah makna baru tentang kata yang merujuk pada Cinta Pandangan Pertama. Sangat polos, manis, lembut dan murni.~