Setiap kali aku menatap papan peringkat, namaku selalu berada di nomor dua. Jarang sekali aku mendapati nomor satu. Kedudukan ku yang terus seperti ini membuatku harus membiasakan diriku apalbila aku dilupakan. Beberapa kali aku dikhianati hanya karena aku selalu menjadi cadangan. Rasanya pahit sekali, seperti menyesap racun dan menelannya.
Dalam pertemanan, aku hanya menjadi cadangan. Mereka tau aku pintar dan aku juga bisa melakukannya. Namun, mereka mengingatku yang paling akhir. Apabila tidak ada lagi teman yang bisa mereka andalkan, barulah mereka menemui aku yang duduk di pojok. Aku tidak mengerti. Mengapa mereka selalu melupakanku? Disaat aku berusaha berkontribusi, mereka nampak seperti tidak membutuhkannya. Jadi, aku juga malas untuk ikut berpartisipasi dalam hal apapun. Namun, aku menyadari satu hal. Jika pertemanan tidak akan pernah bertahan lama jika memiliki prinsip 'teman punya teman lain.' Itu adalah pemikiran yang benar dan sesuai fakta.
Dan bahkan dalam hal percintaan aku juga hanya cadangan. Pacarku yang sekarang sebenarnya memiliki beberapa cerita yang sengaja ia lupakan. Dulu bukan aku yang pertama kali ia kejar. Ia menyukai tiga orang sekaligus termasuk aku. Dan salah satu dari mereka adalah sahabatku. Aku masih ingat sekali. Orang pertama yang ia kejar adalah sahabatku. Sementara aku menduduki posisi kedua. Dan yang ketiga siapa? Masa bodo.
Namun, karena ia di tolak oleh sahabatku. Ia mulai menyerah. Tapi, ia masih mengejar secara diam-diam. Bagaimana cara ia mengejar dua orang? Itu tanyakan langsung padanya. Hingga suatu saat ia menemukan temannya juga menyukai sahabatku. Akhirnya, ia merelakan perasaannya demi temannya. Ia sangat mendukung temannya padahal ia tau kalau ia juga menyukainya. Baru setelah itu ia mulai mengejarku.
Bagaimana rasanya? Rasanya sangat sakit. Aku tau sahabatku cantik, aku tidak iri padanya. Ibarat kata kalau gak ada, cari yang lain. Begitu rasanya datang, aku merasa kalau aku adalah orang bodoh yang memaksa hidup di dunia. Bukan hanya soal percintaan. Soal pertemanan aku juga kalah saing dengan siapapun. Mungkin aku terlalu memikirkan diriku sendiri sehingga aku bisa bertindak lebih kejam. Memanfaatkan kebaikan mereka yang mau berteman denganku adalah kemampuanku.
Aku tidak tau ingin menceritakan ini kepada siapa. Jadi, aku menulisnya disini. Apabila kamu mengenaliku, aku sangat berterimakasih sudah mau membaca setiap kalimat omong kosong ini. Aku tidak akan meminta maaf apabila waktu luang mu habis hanya untuk membaca ini. Kenapa? Karena kamu yang memutuskan untuk dirimu sendiri. Bukan aku.
Menjadi nomor dua ternyata tidak seburuk itu... Hanya saja aku harus menelan pahit setiap hari. Ingin rasanya aku melempar wajan ke semua orang yang mengejekku. Andai tidak ada aturan disini, mungkin akan menjadi hutan liar.
Aku selalu mendapat nomor dua. Kecuali di hati Nenek. Nenek selalu menyayangiku sepenuh hati. Mengajakku bermain saat aku masih kecil, saat aku belum memiliki teman, saat aku masih lugu. Nenek selalu memberikan aku jajan dan makanan enak yang selalu tersaji. Bahkan saat keadaannya krisis, Nenek masih mau membantu aku dan memikirkan aku. Hingga kemudian hari, Nenek ku di panggil oleh Tuhan untuk berpulang. Dalam keadaannya yang sudah sekarat, Nenek masih memikirkan sekolahku, masih memikirkan kehidupanku bagaimana, dan itu adalah hal yang sangat menyedihkan bagiku. Kepergian Nenek memaksaku untuk mandiri. Dulu aku selalu dilindungi oleh Nenek. Namun kini, aku harus melindungi diriku sendiri...
Sakit hati? Aku simpan. Karena aku yakin, Tuhan akan membalasnya dengan seribu kebaikan. Tidak perlu dibalas, cukup dirasakan. Walaupun aku menjadi cadangan disini, aku yakin aku akan menjadi nomor satu di kemudian hari. Di tempat lain, bukan disini.
Dan untuk pacarku, terimakasih sudah mau menerima ku dan menyukaiku. Walaupun aku tau aku hanya cadangan, kamu juga cadangan untukku. Haha... Saling memanfaatkan dan menguntungkan. Bedanya kamu lebih menyukaiku. Tapi, sampai sekarang perasaanku padamu masih sama. Hanya sekedar menjalin hubungan. Entah bagaimana kedepannya, aku tidak mengharapkan apapun. Karena aku sudah menyiapkan diri untuk hidup sendiri jikalau suatu saat kamu menemukan orang yang lebih baik dariku. Jika kamu memang serius, aku akan menunggu sampai hari itu tiba.
Aku harap setelah ini, aku tidak lagi menjadi cadangan di matamu. Dan aku harap dengan itu kamu tidak lagi menjadi cadangan di mataku. Karena sampai sekarang, aku masih belum bisa menyukai kamu sepenuhnya. Rasa sakit yang belum sembuh ini... Entah dengan cara apalagi untuk menyembuhkannya. Berbagai cara akan aku lakukan demi ketenangan hatiku!