~Idola ku si cowok matang~
By. Theachi.chi a.k.a nyana~
"Gak gini juga Nof, ini namanya penguntitan. Aku kan cuma kepengen minta foto bareng. Mas nya lagi banyak kegiatan, kita ini jatuhnya ganggu. Ayo balik, besok-besok lagi aja mintanya."
"Ish.. Ini lho Naa udah ada orangnya depan mata, tinggal ngomong aja pasti dibolehin. Gak ada lain kali, sekarang aja. Kesempatan gak datang dua kali Anna, belum pasti besok ada momentnya. Buruan!"
Malu-malu tapi kalau kesempatan ini terakhir kalinya, liburan yang sudah diusahakan ini tidak akan ada cerita menariknya. Tatap jemu dari temannya itu menjadi dorongan gerak yang menghantar Anna menghampiri seorang.
Seseorang yang amat sangat diminati bahkan diusahakan. Mungkin bukan hanya seorang Anna yang mengusahakan conves pada idola tapi hampir dari kalangan wanita yang mengetahui orang itu pasti memiliki kekaguman yang sama.
Kakinya menapak menjulang di hadapan seseorang yang ia labrak. Wajah yang semula menunduk hikmat dengan kegiatan-kegiatan nya, mendongak dengan senyum manis yang tak lepas dari wajah maskulinnya.
"Mas Nicholas, saya mau minta foto." Ucap ku cepat. Mungkin bibirnya itu ingin berucap heran, tapi ditodong permintaan dadakan.
E-emmh...
Senyumnya. Tawanya, bukan. Dia tidak tertawa hanya saja bibirnya bercelah bak tawa tak terlihat yang Anna lihat sekilas.
"Ya... boleh."
Gemuruh degup membersami gerak yang tak stabil, seperti inikah rasanya diterima dengan baik. Kedip matanya ditahan untuk menelisik keseluruhan wajah yang begitu dekat jaraknya.
"Be-beneran boleh Mas? Saya ganggu lho ini, tapi saya beneran mau foto bareng."
"Iya. Mana hpnya, fotonya nanti diambil, Bas tolong—"
"Ehh, hp? Hp saya, ya Allah ketinggalan di kamar. Saya tadi main pasir jadi gak pegang hp."
"Saya mau pinjam hp teman, di depan sana teman saya, tunggu sebentar saya ambil dulu ya mas."
"Ayo foto. Pakai hp saya." Tahannya, di depan yang ku tunjuk itu tidak ada seorangpun, entah kemana Nofan bersembunyi.
Patung hidup, gerak Anna kaku. Foto bersama dengan gaya seadanya, dan juga hal biasa yang dilalui seorang Nicholas pasti tidak ada spesialnya, sedang Anna dentuman gembira itu mendobrak ricuh dalam dirinya.
Bidikan itu tercipta dan diabadikan dalam ponsel Nicho. Keberuntungan yang tidak disengaja, masih ada Bas—bagas, ponselnya bisa digunakan tapi sekali lagi keberuntungan Anna, karena foto sederhana itu dipotret dengan ponsel Nicholas.
"Username Instagramnya apa, saya kirim lewat sana. Ketik disini—"
Keberuntungan kesekian, semakin girang Anna dibuatnya. Getar tangannya tetap menjulur, ponsel itu digenggam dan Anna mencari akunnya. Akun private yang hanya bisa diminta pertemanan lebih dulu baru bisa saling DM.
"Instagram saya private mas, maaf jadi ngerepotin."
Nicholas Hoult, tatapan matanya itu menelisik meraih ponselnya. "Hafal nomor Wa?"
"Eh.. Apa Wa? Hafal mas, maaf saya nyusahin kebangetan, fotonya biar saya minta nanti aja. Saya DM mas nya di IG."
"08 berapa, saya gak yakin baca DM kamu."
Semua yang terjadi Anna ceritakan lamat-lamat. Kontribusi Nofan tak kalah Anna apresiasi, gerak dukungannya itu yang membuat ia merasakan gembira luar biasa.
Masih terheran-heran bahkan semua hal itu bisa Anna jabarkan detail, mengingat itu senyumannya tak pernah luntur, menghayal pun bukan lagi jadi bagian karangan karena semuanya nyata dirasakan.
"Jangan kebanyakan bengong Naa, kesambet setan Bali kan gak lucu." Semprot Nofan, lelaki lembut itu sudah mabok cerita. Sudah berulang kali bibir Anna mengulangi kisahnya.
"Senangnya udahan dulu. Waktu kita mepet masih banyak list kunjungan yang wajib dijajal jadi kesemsem nya tunda sampai pulang ya."
Tawa ditahan menggambarkan eksepsi Anna, bercampur tawa cengengesan Nofan yang ikut menimpali. Keduanya berjalan beriringan, riang gembira menikmati waktu di Bali penuh dengan kejutan.