Aku bertanya pada gelap..
Apakah senyum itu semanis biasanya?
Saat sinar mentari pertama tiba untuk tersenyum menyambut pagi..
Aku bertanya di tengah bias kehangatannya yang menyebar.
Apa kabar kamu di sana?
Tidak tahukah kamu, suaramu bagaikan candu.
Seperti rangkaian nada yang tersusun dalam simfoni yang rumit.
Menggetarkan hati, dan mengisi penuh setiap celah rindu yang ada di dalam hatiku hingga meluap.
Menatap tinggi ke arah langit. Awan putih itu masih tersebar,
Dihiasi dengan riak-riak hembusan angin yang sesekali mendorongnya ke samping. Hingga akhirnya... Terpampang jelas lah kanvas biru yang begitu bersih tanpa cela..
Menggoreskan tinta kenangan.. aku ukir raut wajahmu di sana.
Mata indah yang begitu jernih bagaikan embun pagi.
Suara lembut bagaikan lonceng yang memecah sunyi.
Senyum itu... Masih terlihat anggun seperti biasanya..
Seperti irama jantung yang terus berdetak...
Tak pernah lelah aku memandanginya..
Jika keajaiban itu ada..
aku ingin waktu berhenti..
Agar... senyum itu bisa terus terjaga dan abadi untuk selamanya.