Prologue🪼🩵
Langit sore berwarna jingga pucat ketika angin membawa harum lembut bunga liar yang tumbuh di sepanjang tepian sungai Rhine. Di antara gemericik air dan dedaunan yang menari, sepasang kekasih berjalan beriringan, tangan mereka saling menggenggam erat seakan takut terpisah oleh waktu.
“Kalau aku pergi jauh, kamu bakal ingat aku kan, Liora?” tanya sang pemuda dengan senyum tipis.
Liora menatap matanya yang teduh, “Of course, Adrian. Aku nggak akan pernah lupa.”
Pemuda itu tersenyum, lalu memetik setangkai bunga biru mungil dari tepi sungai. “Then, this flower will be our promise — forget me not.”
Namun, takdir punya rencana lain.
_____
Adrian Valeska adalah seorang kesatria muda dari kota kecil di Jerman pada abad ke-15. Ia dikenal gagah, berani, tapi juga lembut hatinya. Di sisi lain, Liora Emsen adalah putri bangsawan yang mencintai kebebasan, sering menghabiskan waktu membaca dan melukis di taman keluarga.
Mereka saling jatuh cinta meski dunia mereka berbeda — cinta yang tumbuh diam-diam, seperti bunga kecil yang berani mekar di sela bebatuan.
Suatu sore, keduanya menyusuri sungai yang menjadi tempat favorit mereka. Di tepi sungai itu, tumbuh bunga-bunga biru kecil yang belum pernah Liora lihat sebelumnya.
“Cantik banget... kayak langit yang berubah jadi bunga,” gumam Liora sambil jongkok menatapnya.
Adrian ikut berlutut, tersenyum. “Bunga ini belum punya nama. Mungkin Tuhan lupa memberinya.”
Liora menatap pemuda itu, “Then, we should name it — something that reminds people not to forget.”
Adrian mengangguk. “Forget me not?”
Liora tersenyum, “Exactly.”
Namun, saat Adrian mencoba memetik setangkai untuk Liora, kakinya terpeleset di batu licin, membuatnya jatuh ke sungai dengan arus deras. Liora menjerit, mencoba meraih tangannya, tapi arus terlalu kuat. Dalam detik terakhir sebelum tenggelam, Adrian melemparkan bunga itu ke arah Liora dan berteriak:
“Forget... me not!”
Suara itu menggema di udara, lalu menghilang bersama tubuhnya yang terseret air dingin.
Liora berlari di sepanjang sungai, memanggil namanya, namun yang tersisa hanyalah bunga biru itu — terapung, tenang, seolah menyimpan pesan terakhir dari cinta yang abadi.
Hari demi hari berlalu. Musim berganti. Tapi Liora tak pernah melupakan janjinya. Ia menanam bunga itu di taman belakang rumahnya. Anehnya, bunga itu tumbuh subur meski tanpa banyak perawatan. Warna birunya tetap cerah, seperti mata Adrian yang selalu menatap lembut.
Bertahun-tahun kemudian, orang-orang mulai menyebut bunga itu sebagai Forget Me Not, terinspirasi dari kisah tragis mereka. Sebuah simbol cinta yang tak terlupakan — kesetiaan yang abadi meski dipisahkan oleh kematian.
_____
Epilogue🪽🪻
Musim semi datang kembali. Di taman tua di belakang rumah bangsawan Emsen, bunga-bunga biru bermekaran dengan indah. Di antara mereka, seorang gadis tua berambut perak duduk sambil menatap langit sore. Di tangannya tergenggam setangkai bunga biru yang sama seperti dulu.
“Adrian,” bisiknya lirih, “I didn’t forget you. Not even once.”
Angin berhembus lembut, membawa aroma bunga ke udara — dan di tengah hembusan itu, seolah terdengar suara lembut menjawab,
“I know... my Liora.”
The END...
______
Figure;
Adrian Valeska — Kesatria muda pemberani dan romantis.
Liora Emsen — Putri bangsawan yang lembut, setia, dan penuh cinta.
Tuan Emsen — Ayah Liora, bangsawan keras tapi bijaksana.