Masih di tempat yang sama,
bangku tua di bawah pohon beringin.
Saat itu tawaku begitu lepas,
menggenggam saling mengeratkan jari jemari.
Tak perlu ada kata yang terucap, kala itu tatapan mata sudah cukup untuk berbicara dan mengikrarkan janji.
Penuh dengan percaya diri,
langkahku tegas dan ringan.
Seolah bisa menggenggam dunia...
Aku berjalan di atas keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aku tak menyadari bahwa sejatinya hal yang paling rumit di dalam dunia ini adalah hati.
Bagaikan cahaya lilin yang tertiup angin, sinarnya terombang-ambing, redup dan terang saling bertabrakan, menyebarkan bias harapan pada mimpi yang tak nyata.
Aku kira kita bisa berjalan bersama.
Entah sejak kapan aku tidak menyadarinya bahwa genggaman jemarimu telah lepas.
Di hamparan lautan yang luas aku melangkah sendirian.
Dikerumuni desiran ombak yang menghantam,
suara yang begitu keras itu menghantam karang,
diselimuti kesiur angin yang menderu tajam.
Rasa sakitnya menembus hingga ke sumsum tulang.
Entahlah...
Aku tidak tahu sejak kapan retakan itu bermunculan di setiap sudut dinding hati.
Lilin-lilin kecil yang sebelumnya menyala terang, kini telah meleleh dan mati tanpa aku sadari.
Gersang...
Itulah jiwaku saat ini.
Langkah tegap dan kepercayaan diri yang dulu mengangkasa kini mulai goyah bagaikan akar pohon yang rapuh.
Entahlah...
Saat aku mencarimu, yang aku temukan hanya kesendirian.
Memandang ke depan, yang kutemui hanya sepi yang tak bertepi.
Berbalik ke belakang, yang kulihat hanyalah jurang kehampaan yang gelap.
Berputar, memandang ke arah empat mata angin, jangankan jejak, bayangan samarmu pun kini tak terlihat.
Terjebak dalam kebimbangan yang merajam hati, ruang dan waktu ini bagaikan penjara abadi yang mengurungku dalam kesendirian yang panjang.
Bisakah kamu tidak begitu kejam?
Rindu ini hanya semakin menyiksa?
Seperti bongkahan asap yang menyesakkan dada..
Adakah ruang bagiku untuk bernafas sejenak..
Jika keajaiban itu ada..
Aku hanya punya satu permintaan.
Bukan hal yang istimewa... biarkan angin yang membawa seluruh keluh kesahku padanya.
Hanya sebuah pertanyaan sederhana...
Wahai sang pemilik hati, bidadari terindah yang bersemayam di pelupuk mata, di mana kamu berada?