Setelah kejadian itu, aku dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Aku masih merasa trauma dan tidak bisa menghilangkan gambaran bayangan hitam di kamar 001 dari pikiranku. Ketika aku akhirnya diperbolehkan pulang, aku tidak ingin kembali ke pondok itu. Tapi aku harus mengambil barang-barangku yang tertinggal di kamar 001.
Aku meminta Rina dan Andi untuk menemaniku kembali ke pondok. Dimas tidak bisa ikut karena ada urusan keluarga. Ketika kami tiba di pondok, penjaga pondok menyambut kami dengan ramah, tapi aku bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
Kami memasuki kamar 001, dan aku merasa seperti ada yang mengawasi kami. Aku mulai mengumpulkan barang-barangku, sementara Rina dan Andi mencari barang-barang mereka yang tersisa. Tiba-tiba, Rina berteriak dan menunjuk ke cermin di kamar.
Di cermin, ada tulisan dengan darah: "Keluarlah dari sini selagi masih bisa." Aku merasa bulu kudukku berdiri. Kami semua sepakat untuk segera keluar dari kamar itu dan tidak pernah kembali lagi.
Tapi aku tidak bisa menghilangkan rasa ingin tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi di kamar 001. Aku mulai mencari informasi tentang sejarah pondok itu dan menemukan sebuah artikel koran lama tentang seorang wanita muda yang hilang beberapa tahun yang lalu.
Aku merasa bahwa ada hubungan antara wanita itu dengan kamar 001. Aku memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di kamar itu.
Bersambung ke Part 3...