🌙 Dosa Kakak Kandung
I. Senyum yang Tak Pernah Miliknya
Sully Elara Moon. Nama itu memancarkan keindahan bintang dan bulan, berbanding terbalik dengan beban hidup yang ia tanggung. Sully adalah gadis dengan senyum paling ramah, perisai yang sempurna menutupi jiwanya yang rapuh. Baginya, bersikap tidak enakan adalah naluri—lebih mudah meminta maaf meski tak bersalah daripada menanggung konflik.
Sejak kecil, kehidupan Sully adalah rentetan perundungan. Ia dicap aneh oleh teman-teman sekolah, bahkan oleh keluarganya sendiri. Setiap malam, tangisnya tumpah di kamar. Ia memandang bulan melalui jendela, mencari kedamaian yang sama rapuhnya dengan dirinya.
Namun, di balik air mata itu, Sully memelihara satu impian setinggi langit: menjadi idol K-Pop di Korea Selatan. Sukses adalah satu-satunya jalan keluar, satu-satunya cara untuk membuktikan bahwa semua rasa sakit yang ia telan tidak akan sia-sia.
Sully adalah anak sulung dari lima bersaudara. Michelle, Rheana, Rhevan, dan Eryx. Ia selalu berusaha menjadi kakak yang baik, namun hanya Rheana Vale Aislyn, si anak ketiga, yang membalas kasih sayang itu. Rheana adalah satu-satunya pelabuhan Sully di rumah.
“Gua rasa, lu itu 70% introvert, Kak. Sisanya topeng lu doang,” celetuk Rheana suatu sore. Sully hanya tersenyum tipis, “Mungkin, Na. Tapi setidaknya gua masih punya 30% buat berisik sama lu.”
Di rumah itu, Sully adalah pelayan tak berbayar. Ia mengerjakan semua pekerjaan rumah: membersihkan, berbelanja, dan memasak. Mirisnya, saat ia lelah menyiapkan makanan, Ayah dan Ibu hanya sibuk dengan ponsel, dan makanan Sully sering berakhir basi karena mereka lebih memilih memesan. Ayah dan Ibu hanya menaruh perhatian pada adik-adiknya. Sully dianggap sudah besar, tak lagi membutuhkan manja.
“Gua cuma pengen pelukan, Na. Gak usah jauh-jauh ke orang lain, ke adek-adek sendiri aja,” bisik Sully suatu kali, membuat Rheana terdiam.
Di rumah itu, pertengkaran adalah musik latar. Dan pada akhirnya, Sully selalu yang disalahkan, apapun masalahnya. Ia lelah, ingin kabur, namun rasa tanggung jawab dan ketergantungan pada keluarga menghalanginya.
Suatu malam, Sully mencoba keluar untuk sekadar menghirup udara.
“Heh, kamu mau ke mana? Jangan coba-coba keluar malam. Mau pacaran sama berandalan? Kalau ada masalah, tanggung sendiri! Ayah dan Ibu tidak akan ikut campur!” hardik Ayahnya.
Sully hanya menunduk. Tak lama, adik-adiknya yang lain datang.
“Hey, kamu!” seru salah satu adiknya.
Sully terperanjat. Panggilan itu. Itu tidak sopan. Ia menatap adiknya dengan tatapan tajam.
“HEH! SIAPA YANG MENGAJARI KAMU MEMANGGIL KAKAK SEPERTI ITU, HAH?! KAKAK TIDAK PERNAH MENGAJARI ITU!”
PLAK!
Tamparan keras mendarat di pipi Sully. Ia tersentak, memegang pipinya, dan menatap Ayahnya yang berdiri dengan wajah penuh amarah. Ibunya hanya menonton dari jauh. Rheana, yang baru tiba, terkejut dan segera menarik Sully menjauh dari keramaian.
II. Harga Sebuah Topeng
Sejarah perundungan Sully sudah mendarah daging. Sejak TK hingga SMP, ia dibully karena penampilan: kulit kusam, rambut tak terawat, dan tubuh kurus.
[Flashback: SMP, Ruang Ganti]
Sully remaja buru-buru memakai masker wajah. Wajah tanpa masker terasa bugil, lemah, dan rentan. Namun, masker itu justru menjadi objek baru perundungan.
Sully memilih jalur sepi menuju kamar mandi. Namun, ia ditarik paksa, diseret ke kamar mandi yang sepi, dan dikunci dari luar. Maskernya direbut, dirobek, dan diinjak-injak di lantai basah.
“Buka pintunya! Kumohon!” teriak Sully sambil menahan tangis. Ia tidak sanggup.
Ketika pintu dibuka, ia melihat maskernya yang sudah kotor dan hancur. Dengan mata berkaca-kaca, ia tetap memungut dan memakainya. Ia harus. Wajah yang ia tunjukkan adalah wajah yang akan mereka hancurkan.
Kini, di kelas 11 SMA, semua trauma itu ia jadikan bahan bakar. Ia berlatih vokal dan menari setiap hari. Pagi buta ia selesaikan pekerjaan rumah. Sepulang sekolah, ia menuju taman kosong, jauh dari siapapun.
Suatu sore, Rheana tak sengaja melihat kakaknya di taman itu. Rheana, yang baru saja membeli martabak, tertegun melihat Sully berlatih dengan baju lusuh, jatuh bangun di lantai.
“Gua harus bantu Kak Sully. Dia ga pantas sendiri kayak gini,” batin Rheana, dan ia mulai diam-diam menabung uang.
Impian itu semakin dekat saat agensi Big 3 mengumumkan audisi online. Sully mendaftar. Namun, Ayahnya segera mengetahui rencana itu.
“AYAH TIDAK IZINKAN! Setelah lulus, kamu akan Ayah jodohkan dengan anak teman Ayah. Paham?!”
Sully shock. Malam itu ia menangis, namun tekadnya tak goyah.
Pada Hari-H audisi, ia berhasil mengirim semua berkas. Kelelahan membuatnya tertidur. Ketika terbangun, notifikasi ponselnya berbunyi. Tepat saat ia ingin membukanya, Ibu masuk, merebut ponselnya, karena tahu Sully mendaftar. Ibu berhasil membaca notifikasi itu: "SELAMAT, ANDA LOLOS KE TAHAP 2 AUDISI."
Ibu terkejut, merebut ponsel itu lagi, dan mengunci Sully di kamar. Sully yang sudah kehabisan energi hanya bisa memohon, lalu ambruk dan pingsan karena tekanan.
III. Bintang yang Jatuh di 23:59
Malam harinya, Sully terbangun oleh suara asing di bawah. Ia menelpon Rheana.
Rheana yang baru pulang dari mencairkan uang tabungannya, terkejut melihat mobil besar di depan rumah. Ia masuk lewat belakang, membuka kunci kamar Sully, dan segera merias kakaknya. Instingnya mengatakan, ini bukan tamu biasa.
Saat mereka turun, orang-orang asing itu—staf agensi Big 3—terkesima dengan visual Sully. Ia dinyatakan lolos tanpa harus melalui tahap 2. Visual Sully dianggap unik dan mahal, kini kulitnya juga telah terawat berkat uang yang diam-diam diberikan Rheana.
Singkat cerita, Sully berada di Korea. Setelah 3 tahun 3 bulan trainee, ia debut bersama grup SWIZZY.
Sully sukses, namun di rumahnya di Indonesia, hanya Rheana yang menangis bangga. Ayah dan Ibu tetap membencinya, merasa malu mengakui kesuksesan anak sulungnya.
Dua minggu setelah debut, Sully melakukan live streaming, empat hari menjelang ulang tahunnya. Ia menjanjikan kejutan.
Keesokan harinya, Sully tampil fals saat fan meeting karena kondisi tubuhnya. Malamnya, saat fan sign, fans mulai bersikap dingin—tidak ada hadiah, bahkan ada yang melewatinya. Sully mulai takut.
Empat hari sebelum ulang tahunnya, ia menemukan artikel panas: "SULLY DARI GRUP SWIZZY DIRUMORKAN ADALAH SEORANG PEMBULLY SAAT MASA SMP DULU."
Foto-foto palsu menyebar cepat. Kasus dibawa ke pengadilan. Sully dinyatakan bersalah. Ia tidak melawan, hanya pasrah.
Sehari sebelum ulang tahunnya, Sully terkunci di kamar, pucat, tidak makan. Ia tertawa sendiri, lalu menangis histeris. Ia sudah di ambang batas.
Pukul 23:00 KST, Sully mengunci kamar, membuka jendela di lantai 7, dan memulai Live Instagram. Wajahnya kacau, rambut acak-acakan, matanya sembab.
Di stasiun bis, Rheana menonton live itu dan menangis. Sementara di Indonesia, orang tua Sully mengolok-olok.
Pukul 23:47 KST. Sully terdiam, menatap bulan. Bulan yang namanya sama dengannya. Ia berdiri di ambang jendela.
Para member SWIZZY panik, segera memacu mobil.
Pukul 23:58 KST. Sully mengambil pisau. Tepat saat pisau itu menyentuh lehernya, live itu mati. Baterai ponsel habis.
Rheana berlari pulang sambil menghubungi orang tuanya. CEO agensi dan staf mencoba mendobrak pintu kamar.
Tepat pukul 23:59 KST, Sully terjatuh dari lantai 7. Lehernya terluka. Pintu kamar jebol, dan CEO hanya menemukan kamar kosong.
Keesokan harinya, berita muncul di mana-mana: "SULLY DARI MEMBER SWIZZY DIKABARKAN TELAH MENINGGAL DUNIA KARENA BUNUH DIRI DI APARTEMENNYA DI SEOUL."
Jenazah Sully akan dikirim ke Indonesia. Namun, para member menolaknya. Mereka memakamkan Sully di tempat yang lapang, di bawah cahaya bulan, sesuai dengan keinginan terakhir Sully di buku harian. Rheana dibiayai untuk datang.
IV. Kode Dosa Kakak: 15-08-01 (Penambahan Dramatis)
Setelah pemakaman yang sunyi, Rheana menemui Leader SWIZZY. Wajahnya dipenuhi air mata dan tanda tanya.
“Kenapa Kak Sully tidak pernah membantah tuduhan itu?” tanya Rheana, suaranya parau.
Leader menghela napas. "Kami menemukan sesuatu di bawah kasurnya."
Leader mengeluarkan sebuah surat kusut. Itu adalah surat pengakuan dari Helen, teman Sully di SD, yang mengakui bahwa ia menyebarkan fitnah bullying dan memalsukan foto-foto tersebut karena dendam lama. Di akhir surat itu, tertulis sebuah kode: 15-08-01.
"Gua yakin Sully nemu surat ini, tapi dia memilih diam. Dia sengaja membiarkan dirinya dicap bersalah, supaya fitnah itu tidak merembet ke lu, Na."
Rheana terhuyung mundur. "Apa maksud, Kak? Kenapa ke aku?"
"Kami selidiki foto perkelahian itu. Bukan Sully pelakunya. Itu lu. 15-08-01 itu tanggal lahir lu. Tanggal lahir Sully 12-04-01."
[Dejavu: Kelas 5 SD, Pukulan yang Ditanggung]
Pandangan Rheana kembali ke masa lalu, ke saat ia berkelahi di koridor. Saat ia didorong oleh anak-anak lain. Tiba-tiba, Sully datang. Sully mendorongnya ke belakang, dan menerima tamparan keras dari Helen. Rheana kecil melihat kakaknya menahan sakit. Ia pikir Sully melindunginya karena Sayang.
Kenyataan menghantam Rheana. Sully yang selalu insecure, yang selalu tersenyum, telah menanggung beban perundungan itu sejak lama, bukan karena ulahnya sendiri, melainkan karena ia melindungi adiknya yang extrovert dan sering terlibat masalah. Sully mengambil semua "dosa" itu agar nama Rheana tetap bersih, agar Rheana tetap dicintai keluarga.
[Surat Terakhir Sully, Ditemukan di Bawah Bantal]
Leader menyerahkan satu lembar kertas terakhir, penuh dengan bekas air mata.
Untuk Rheana, adik kecilku,
Kalau kamu baca ini dek, berarti kakak udah di sana. kakak titip pesan terakhir kakak:
kamu ingat kan, waktu kita kecil, kamu suka banget gambar bulan? kamu selalu bilang, ‘Bulan itu pelindung kita, Kak.’ Ternyata benar, Na. Kakak cuma pengen jadi pelindung kamu dek, persis kayak bulan yang selalu ada di malam hari, diam-diam.
Maafin kakak, karena sampai akhir, kakak masih aja jadi si paling gak enakan. Kakak gak bisa biarin dunia melihat kamu hancur, Na. Biar kakak aja yang menanggung semua keburukan ini. Kakak yang akan jadi si ‘pembully’ itu, Kakak yang akan jadi si ‘gila’ itu. Karena kamu pantas bahagia, pantas dicintai.
Jangan pernah merasa bersalah dan insecure ya. Ini keputusan kakak. Karena jujur, Na, dua minggu jadi idol bersama SWIZZY adalah momen paling berharga yang kakak rasakan, setelah waktu yang kakak habiskan bersama kamu. kakak sudah merasakan apa itu kebahagiaan sejati, walau cuma sebentar.
Jangan buang senyum kamu, ya. Dan kalau suatu malam nanti kamu lihat bulan bersinar lebih terang dari biasanya, itu kakak. Kakak lagi nyanyi di antara bintang, sambil senyum liat kamu. Kamu harus terus hidup, ya. Tanpa dosa kakak.
Selamat tinggal, Na. Kakak sayang kamu.
— Sully (Moon)
Rheana ambruk. Tangisnya pecah, bercampur dengan rasa bersalah yang tak terhingga. Sully Elara Moon — gadis yang hidup dalam insecure dan pengorbanan — telah memilih tamat di jam 23:59, bukan hanya karena fitnah, tapi sebagai pengorbanan abadi seorang kakak, demi keselamatan jiwa adiknya.
— END —