Udara di SMA Diandra Bakti Jaya Selalu memiliki aroma yang Sangat khusus, yaitu aroma wangi bunga Mawar yang berasal dari taman sekolah, disitulah Baskara pertama kali mengerti arti keindahan yang fana dan itu semua berawal dari senja
Namanya Lycons Senja Anata, tapi semua orang terutama Baskara memanggilnya Senja, Bukan karna la lahir saat matahari terbenam, melainkan karena la selalu datang dengan warna yang paling terang.. dalam hidup Baskara, dan Pergi dengan kecepatan yang menyakitkan. Mereka adalah dua kutub yang bertemu ditengah,
Baskara adalah siswa kelas XII IPA yang teratur. Meja belajarnya rapi, buku catatannya bergaris tegas dan masa depannya telah dipetakan, Masuk Fakultas Teknik Arsitektur, menjadi perancang bangunan yang akan bertahan puluhan, bahkan ratusan tahun, la adalah Fondasi..
Senja, sebaliknya, di adalah kekacawan yang indah. Dia anak pindahan dari kota ke kota, dia mengikuti tugas ayahnya yang seorang diplomat. Dia kelas XII IPS, Seniman freestyle dengan kanvas seragam sekolahnya yang penuh coretan, dan masa depannya hanya keliling dunia. Dia adalah angin.
"Kamu Serius mau jadi Arsitek ?
Bangunan itu kan kaku, Baskara," tanya senja sore itu di atap, saat Sun-set pertama kali menyapa kota, la menyandarkan punggungnya ke tembok, rambut sebahu yang diwarnai ombre merah maroonnya berkibar tertiup. angin.
Baskara, dengan snack dan dua kotak susu UHT di sampingnya membalas. "Kaku itu bagus, Artinya kuat. Aku suka sesuatu yang bisa bertahan. Lihat gedung-gedung itu," ia menunjuk ke deretan ruko yang memudar
Aku mau membangun sesuatu yang lebih dari itu, sesuatu yang akan dilihat Oleh cucu- cucuku,"
Senja tertawa, tawa yong selalu seperti melodi pop yang tiba-tiba riang, tak terduga dan cepat menghilang.
"Aku mau jadi fotografer. Aku mau mengabadikan momen-momen yang paling sebentar. Seperti Pelangi, senja, ekspresi wajah saat kejutan. Aku tidak tertarik pada yang bertahan. Aku tertarik pada yang tak terulang."
"Jadi kamu menikmati kesementaraan," tanya Baskara, mengulangi percakapan filosofis yang ia baca dibuku.
"Aku menikmati momennya," koreksi Senja, momen itu jujur, Baskara. Dia tidak menjanjikan apa-apa selain dirinya sendiri,"
Sejak hari itu, atap sekolah menjadi Puncak bintang' mini mereka. Baskara akan membawa bekal makan ringan, dan senja akan membawa cerita-cerita baru dari kota-kota yang pernah ia tinggali, seperti kisah tentang musim gugur di Tokyo, Salju pertama di seoul, atau graffiti bawah tanah di Berlin.
semua kisah itu bagi Baskara terasa seperti sketsa masa depan yang tidak mungkin to raih. cinta mereka tumbuh di antara buku-buku kalkulus dan novel sastra,
Itu adalah cinta yang tergesa-gesa dan penuh gairah. di warnai rasa cemas yang mendalam. Mereka tahu, hubungan mereka memiliki Countdown timer.
Dua bulan sebelum ujian Nasional, kabar itu datang.
Ayahku dipindahkan lagi," kata senja, suatu sore yang terasa lebih dingin dari biasanya. Langit dihiasi warna jingga yang Baskara tau akan menyakitkan.
Baskara menutup matanya, mengambil napas dalam-dalam la sudah tau ini akan terjadi. "kemana?"
"Belanda, kami harus pindah setelah UN. Langsung."
"lalu... kuliah?" tanya Baskara, memaksakan Suara terdengar normal.
Haku akan cobo melamar ke akademi di sana Atau di paris. Aku tidak tahu, yang Pasti, bukan disini." senja meraih tangan Baskara. Tangannya dingin, seolah energi, hidupnya sudah mulai terkuras. "Aku tidak bisa menatap, Baskara Itu sudah bawaanku. Aku harus melihat horizon yang berbeda.
Baskara membalikkan tangan senja, menggenggamnya kuat-kuat, "tapi bagaimana dengan kito ? Aku sudah merencanakan Aku akan kuliah di jakarta, kamu di Bandung atau sebaliknya kita bisa bertemu setiap bulan, kita bisa merayakan kelulusan kita bersama "
Senja menggelengkan kepala, air matanya menggenang.
"Aku tidak bisa memberimu kepastian itu. Baskara. Long Distance Relationship itu bukan untuk ku. Aku tidak akan biso fokus pada apo yang ada di depanku jika Aku tahu kamu menunggu di belakang."
"Jadi, aku adalah bebanmu?" tanya Baskara, ada sedikit kepahitan dalam suaranya.
"kamu adalah jangkar terbaik Baskara. Tapi aku adalah kapal layar. Jika kamu memasang jangkar mu terlalu erat, kamu akan merusak kapalnya. Dan aku tidak mau merusak mu dengan janji yang tidak bisa aku tepati." Senja menunjuk ke arah matahari yang kini hanya tersisa setengah. "Aku adalah senja, Baskara. Aku datang untuk memberi warna yang paling jujur, lalu aku pergi sebelum gelap."
"Dan aku? Aku akan ditinggalkan sendirian dalam gelap ?"
"Tidak, "bisik senja, suaranya parau "kamu adalah arsitek kamu bisa membangun cahayamu sendiri kamu bisa merancang Fajar untuk dirimu sendiri."
Pelukan Perpisahan itu terasa sangat cepat dan panas oleh rasa takut kehilangan ketika mereka berpisah, matahari telah hilang sepenuhnya, meninggalkan semburat ungu yang gelap.
Setelah UN selesai Senja pergi.
Tidak ada pesta kelulusan, Tidak ada kata kata Perpisahan yang manis, hanya Sebuah kotak pos bergambar kinar angin Belanda di loker Baskara. Dibelakangnya, tulisan tangan senja yang khas: "Aku pergi saat senja yang tak pernah bertahan datang menjemput ku, jangan tunggu aku. Ciptakan pagimu sendiri, Baskara, Aku akan melihatnya dari kejauhan."
Empat Tahun kemudian.
Baskara adalah mahasiswa semester akhir Arsitektur yang cemerlang. la dikenal sebagai 'si Arsitek Fondasi', mahasiswa yang selalu menekankan pentingnya struktur yang kuat dan desain yang abadi. la menaati janjinya untuk Senja.
la menciptakan paginya sendiri.
Ia berhasil menghapus senja dan rutinitasnya, tapi tidak dari kenangan, Setiap kali ia mendesain sebuah bangunan, selalu ada sudut yang kosong, ruang terbuka yang ia tahu sempurna jika senja ada disana untuk mengabadikannya setiap sore, ia masih menyempatkan diri melihat sunset, tetapi bukan lagi mencari senja, melainkan untuk menegaskan bahwa ia telah kebal terhadap perpisahan.
Suatu malam, saat Baskara sedang menyelesaikan model market untuk tugas akhirnya, notifikasi media sosialnya berbunyi. Itu dari Senja. Baskara menutup laptopnya kenapa harus sekarang? kenapa harus kembali? gumam baskara.
Tepat di malam Open House kampus, dimana Baskara memamerkan Proyeknya yaitu maket gedung perpustakaan, senja muncul
Dia tidak datang sebagai tamu. Dia datang sebagai pembicara tamu kejutan, didampingi oleh seorang dosen senior. Rupanya ia telah memenangkan beberapa penghargaan Fotografi internasional dan diminta untuk memberi Sesi Singkat tentang "Seni Mengabadikan Momen gang Fana"
Baskara melihatnya berdiri diatas panggung, mengenakan blazer berwarna hitam yang kontras dengan Jeans robek-robeknya. Dia berbicara tentang bagaimana semua foto adalah penanggalan waktu, dan bahwa ia telah menghabiskan empat tahun ini di berbagai belahan dunia-Eropa, Afrika, dan Asia Tenggara hanya untuk mengejar keindahan yang sebentar
Setelah Presentasi Selesai, Baskara bertemu kembali dengan mantan kekasihnya, Senja, di depan maket arsitekturnya yang kokoh senja, yang kini seorang seniman, datang untuk singgah memuji Baskara yang sudah. berhasil melangkah maju setelah ditinggalkannya.
Senja menegaskan bahwa ia adalah "langit yang trus bergerak," tidak diciptakan untuk menetap, dan harus pergi lagi demi kebebasannya dan kebahagiaan Baskara, Bakkara akhirnya menerima perpisahan itu dengan tenang melepaskan senja dan memutuskan untuk berhenti menunggu. la membangun fondasi baru, yaitu " fondasi Penerimaan, dan bertekad untuk fokus membangun fajar dan masa depannya sendiri.