Setiap pagi, Kiara menatap cermin dengan doa sederhana “semoga hari ini tidak seburuk kemarin.” Tapi harapan itu jarang jadi nyata. Di sekolah, tawa sering berarti luka, dan kata-kata bisa lebih tajam dari pukulan. Kiara Terbiasa menjadi bayangan, berjalan menunduk, berharap tak terlihat berarti menjadi sasaran.
Namun, dari semua hari kelabu itu Kiara belajar satu hal “bahkan langit yang paling gelap pun tak bisa menahan matahari selamanya.”
Ini kisah tentang luka yang pernah dibuat orang lain, dan keberanian untuk menyembuhkannya perlahan, tapi pasti.
Di tengah hujan yang membasahi kota loktuan, Kiara menyimpan suatu hal kecil ia pandai menggambar. Ketika harinya sedih atau hidupnya terasa berat, ia duduk di pojok kelas dengan buku sketsanya, ia melukis langit cerah penuh pelangi.
Suatu hari pada jam istirahat Kiara sedang menggambar di mejanya tiba-tiba Sheeva teman kiara yang suka membully nya, mengambil buku gambar Kiara dan ia robek
“Kamu menggambar mulu nggak ada kerjaan lain apa?” Kiara hanya bisa terdiam ketika buku gambar itu disobek Sheeva dan teman-temannya pergi meninggalkan kiara.
Beberapa minggu kemudian kiara terus-terusan di bully oleh Sheeva dan Dia nggak bisa melawan dan lebih memilih tutup mulut. Setelah jam istirahat guru masuk ke kelas dan berkata “Anak-anak kalian akan punya teman baru, silahkan kenalan nak” “Hai teman-teman, perkenalkan namaku Deisy” setelah itu guru pun menyuruh deisy duduk dengan kiara.
Deisy mengajak ngobrol Kiara tapi Kiara tidak menjawabnya, Deisy berpikir bahwa kiara perlu beradaptasi.
Keesokan harinya Kiara lambat pulang sekolah karena dia sedang menggambar di pojok kelas dengan kanvasnya itu saat itu. Deisy belum pulang dan dia melihat Kiara sedang di pojok kelas.
“Hai Kiara kok belum pulang?”
“Aku emang biasa di sini, malahan aku bisa lebih lama di sini” jawab Kiara.
“Oh iya, ternyata kamu suka menggambar ya?” “Iya, ini pelampiasan.” Deisy pun heran dan menanyakan hal tersebut “Pelampiasan karena apa?”
Karena kiara nggak bisa memendam semuanya sendirian jadi dia menceritakannya kepada deisy apa yang terjadi.
Deisy akhirnya tahu alasannya. Keesokan harinya Sheeva mendatangi Kiara. “Hei, si tukang gambar nanti temuin aku ya di rooftop sekolah jangan sampai terlambat” ujar Sheva. Deisy melihat itu langsung mendekat kepada kiara dan berkata “Jangan pergi ke sana” Kiara merasa tidak peduli omongan deisy.
Istirahat pun tiba, Kiara pun pergi sendirian tanpa Deisy. Sesampainya di rooftop, Sheeva langsung memukul badan Kiara menggunakan tangannya dan pembullyan tersebut berlanjut. Deisy pun melihat temannya yang dipukuli itu. Dia berlari dan teriak “Apa yang kalian lakukan!?!?” Deisy sangat marah dan Sheeva heran hingga berkata “Siapa kamu? ikut campur banget sih”
“Kalau kamu tidak bisa bersikap baik setidaknya jangan jadi alasan orang lain terluka.”
Pada akhirnya Sheeva terdiam membeku seperti es setelah Deisy mengatakan seperti itu tidak ada lagi yang membully Kiara. Sejak saat itu Kiara dan Desi sering menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, dan Kiara menggambar langit yang tak selalu mendung. Kiara tersenyum sambil menatap langit biru di atasnya. Ia tahu, langit tak selalu mendung selama ada teman terbaik hari cerah pasti datang.