Benda aneh itu jatuh dari langit tanpa suara, mendarat mulus di tengah kebun jagung pak
RT. Mary sedang berjalan pun kaget dan tertegun.”apa itu?”gumamnya pelan. Di kebun itu
tergeletak sebuah kalung berkilau dihiasi berlian kecil dari batu ruby yang membentuk bunga
mawar. Cahayanya memantul, membuat benda itu tampak semakin misterius.
Mary teringat dengan mitos atau kepercayaan orang Guntung”jika ada benda jatuh dari
langit, artinya pembawa kesialan.”namun rasa penasaran itu mengalahkan masa takutnya.
Iya menunduk, mengambil kalung itu, dan menggenggamnya erat.
Malamnya, di kamar Mary tidak bisa berhenti menatap kalung itu. Cahayanya terus
memancar seperti sebuah Bintang. Tanpa pikir panjang, ia pun mengalungkan kalung itu ke
leher. Seketika sebuah cahaya putih yang menyala terang dan menyelimuti tubuh
Mary”cahaya apa ini?!” Serunya panik.
Dalam sekejap, pakaian lusuhnya berubah menjadi kebaya yang indah,berkilau dengan
warna hitam dan emas.rambutnya terurai rapi dan kamarnya dipenuhi harum bunga
mawar.Mary terpana, ia kemudian berkaca di cermin yang ada di kamarnya tidak percaya
pada apa yang sedang terjadi.
Sejak malam itu Mary merasa kalung itu memberikan keajaiban, ia bisa merubah pakaian
serta rambutnya hanya dengan memikirkannya sambil memegang kalung itu.pada saat
bajunya basah karena terkena air, ia langsung memikirkan pakaian yang bagus serta
rambutnya dan dalam setiap semuanya berubah menjadi baru.
Namun pada suatu pagi, Mary yang sedang merubah pakaian serta rambutnya tiba-tiba saja
merasa pusing Mary bergumam “eh mengapa kepalaku merasa pusing?” karena tidak kuat
akhirnya Mary pingsan di kamarnya.
Setelah beberapa hari dirawat di rumah,Mary pun akhirnya sadar di samping tempat
tidurnya tampak kalung yang dulu berkilau itu kini kusam dan kotor. Mary berkata “kok
kalung itu tidak bersinar lagi?”mendengar itu ibu pun berkata “nak,kalung itu memang tidak
pernah bersinar”ujarnya lembut. tadi pagi pak RT “bilang semalam ada burung merpati
terbang di atas kebunnya dan membawa sesuatu lalu menjatuhkannya di dekat kebun.
mungkin itu kalung milik RT sebelah yang hilang”.
Mary terdiam, iya tersenyum malu. Semua “keajaiban” yang ia rasakan ternyata hanya
halusinasi akibat pingsannya itu ia tidak menyangka bahwa semua itu hanya halusinasinya
karena ia masa itu seperti hal yang sangat nyata.
Sejak saat itu, Mary belajar bahwa tidak semua hal aneh harus dipercayai begitu saja. di
kampung Guntung, kepercayaan itu bukan soal mitos, tapi juga tentang berpikir bijak dan
menjaga hati agar tetap rendah.
Mary mengembalikan kalung itu kepada pemiliknya yang datang mencari beberapa hari
kemudian. Beberapa hari berlalu tapi Mary masih saja memikirkan tentang kalung itu. ia
yakin kalung itu punya keajaiban,mary bergumam “kalung itu pasti punya keajaiban aku yakin akan hal itu!”tiba-tiba ibu masuk ke kamar dan berkata “ada apa Mary kok kamu
kelihatannya sedang memikirkan sesuatu?”Mary yang kaget pun lantas menoleh ke ibu.
Mary pun menjawab “iya ibu aku masih memikirkan tentang kalung itu”mendengar itu ibu
pun langsung menasehatinya agar tidak usah memikirkan hal itu, dan Mary akhirnya setuju.
setelah itu setiap kali dia melewati kebun jagung pak RT, ia selalu berbisik dalam hati “bukan
benda dari langit yang membawa keajaiban tapi hati yang jujur dan rendah hati yang membawa keajaiban".
Sejak hari itu, Mary menjadi pribadi yang lebih tenang. la tak lagi tergoda oleh hal-hal yang tampak indah di permukaan. Setiap kali menatap langit sore di atas kebun jagung Pak RT, Mary tersenyum kecil - langit yang dulu menurunkan "keajaiban" kini terasa seperti sahabat lama yang memberi pelajaran berharga.
la mulai membantu ibunya di dapur, menanam sayuran di belakang rumah, dan sesekali membantu tetangga yang kesulitan. Orang-orang di kampung pun Guntung heran melihat perubahan Mary yang dulu dikenal pendiam dan suka berkhayal, kini menjadi gadis yang ringan tangan dan ceria.
Suatu sore, ketika matahari hampir tenggelam, Mary duduk di tepi kebun itu lagi. Di tangannya, ia menggenggam bunga jagung kering, mengingat malam saat cahaya putih menyelimutinya. "Mungkin Tuhan sedang mengajariku sesuatu lewat mimpi itu," bisiknya.
Kini, Mary percaya bahwa keindaha sejati bukan berasal dari batu berkilau atau cahaya misterius, melainkan dari perbuatan kecil yang dilakukan dengan ketulusan. la merasa setiap kali membantu orang lain, hatinya hangat - seperti cahaya dari kalung itu, tapi kali ini bukan ilusi.
Hari demi hari, Mary tumbuh menjadi gadis yang dicintai di kampungnya. la sering diminta berbicara di acara tertentu, mengingatkan teman-temannya agar tak mudah mempercayai mitos tanpa berpikir.
"Kadang, yang kita kira kutukan justru cara alam mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati"ucapnya lembut di depan teman-teman.
Ketika musim panen tiba, Mary ikut bergotong royong memetik jagung di kebun Pak RT. Di tengah tawa dan kerja keras itu, Mary menatap ke langit.
Awan bergerak pelan, seolah melambai padanya.
Untuk sesaat, ia merasa melihat kilatan cahaya kecil di antara awan seperti bintang jatuh.
Namun kali ini, Mary hanya tersenyum dan berkata dalam hati"Aku tak butuh benda ajaib lagi. Aku sudah menemukannya di dalam diriku".