Pagi hari, dia mulai membuka pintu rumahnya. Terdengar suara terompet dan nyanyian-nyanyian merdu. Langit yang tampak cerah seakan mengikuti alunan musik. Tampak di Meja makan terdapat beberapa kue hangat. Didepan rumah banyak kendaraan-kendaraan berlalu lalang lengkap dengan kostum yang mereka kenakan. Tampak pula para penjaga mengawal para pejabat dengan senjatanya.
Dia duduk di meja makan sembari menikmati suasana tersebut, sampai akhirnya muncullah parade kerajaan yang mengawal sang pangeran tampan. Dengan pakaian dan topi serba hitam sang pangeran melambaikan tangannya menyapa rakyat dengan senyum indahnya. Sungguh, dia merasa terpesona dengannya. Tapi apalah daya dengan status yang berbeda apakah mungkin mereka adalah takdir?
Saat sang pangeran mulai melewati depan rumah dia, detak jantung mulai tak stabil. Dan sungguh sebuah keajaiban telah datang padanya, sang pangeran mengulurkan tangannya bermaksud meminta dia untuk ikut bersamanya mengelilingi negri dan menikmati maraknya parade kerajaan. Dia pun akhirnya meraih tangan sang pangeran bermaksud menerima ajakannya. Merekapun pergi menikmati indahnya pemandangan, pohon-pohon yang berbaris rapi nampak begitu sejuk dan rindang. Sungai-sungai yang mengalir tampak bersih dan jernih. Dentuman lagu-lagu yang semakin bergema menambah maraknya suasana. Kemanakah Arakan parade akan berlaju?
Sampailah mereka dipenghujung negri, batas antara dua kerajaan. Dia melihat sebuah tembok pembatas dengan gerbang yang sangat besar dibalik tingginya rerumputan yang menjulang, tampak pula sebuah menara yang kokoh menjulang kelangit. Namun sayangnya bangunan tersebut layaknya Istana yang sudah tak berpenghuni. Merekapun mulai membuka pintu gerbang dan memasuki Istana tersebut. Sang pangeran membisikkan sesuatu ke telinga dia. Lantas apa yang dibisiki sang pangeran?
Keduanya melangkahkan kaki menyusuri istana tua tersebut. Tak lama tampaklah beberapa pria dan wanita berpakaian seperti pelayan, menyambut dan mempersiapkan kebutuhan kami.
Bangunan yang begitu luas itu nampak tenang, damai, rindang dan nyaman. Walaupun bisa dilihat beberapa peralatan dan ruangan sudah tampak kusam tak berpenghuni. Meski dia tampak sedikit bingung apa alasan sang pangeran memilihnya, dia tetap mengekor dibelakang sang pangeran menuju ruangan yang jaraknya cukup jauh dengan gerbang utama.
Tibalah mereka berdua di sebuah ruangan yang sangat luas dan cukup tertutup. Namun tampak pula jendela besar dibalik meja dan kursi yang kokoh. Dia menebak ruangan itu tampaknya adalah ruang kerja. Sebab terlihat pula beberapa buku dan berkas-berkas yang tersusun rapi di rak-rak besar. Beberapa hidangan kue dan teh juga nampak di meja besar. Sang pangeran pun mempersilahkan dia untuk duduk dan menikmati hidangan yang tersedia di meja tersebut.
Dia pun duduk dan menghampiri sang pangeran. Dalam keheningan terdengar suara "Selamat datang kembali ke Istana ku wahai cantik", ya, suara tersebut tak lain adalah sang pangeran yang mulai membuka perbincangan. " Datang kembali?, maaf paduka apa yang dimaksud paduka? "
Dia menjawab.
"Apakah dikau tak ingat dulu kita sering bermain bersama di istana ini? "
"Ampun paduka, bukan maksud hamba untuk melupakannya, namun seingat hamba setelah kecelakaan yang menimpa hamba sebagian kecil kenangan masa kecil telah hamba lupakan".
" Ya, aku juga tau tentang kecelakaan itu. Lalu bagaimana kabarmu selama ini? "
"Menjawab paduka, hamba sekarang baik-baik saja. Seperti yang paduka lihat, hamba tinggal di pondok kecil rumah tadi".
" Syukurlah jika begitu, mulai sekarang kau akan tinggal di istana ini dan pelayan akan menyiapkan segala kebutuhan-kebutuhanmu"
"Terimakasih atas belas kasih paduka, namun bolehkan hamba bertanya apakah ada cerita atau kenangan yang tidak hamba ketahui?"
"Sebenarnya, dulu ayahmu adalah ksatria terhebat disisi baginda raja. Namun setelah peperangan dan baginda raja tewas, ayahmu mulai mengundurkan diri dan hidup sederhana bersama penduduk desa. Dan taukah kamu apa alasanku membawamu kembali ke istana ini? Ya ini merupakan titah terakhir baginda raja sebelum wafat, beliau berpesan agar aku bisa menjagamu kelak. Tenang saja, meski kau tidak mengingatnya, aku akan tetap ingat itu".
" Terimakasih baginda, hamba harap juga bisa membantu dan akan selalu mendukung baginda".
Terdengar suara ketukan dari balik pintu, ternyata pelayan yang mengatakan bahwa kamar untuk dia telah siap sedia.
Lantas dia menuju kamar yang telah ditentukan. Setibanya dikamar, dia masih belum menyangka akan kejadian yang dia alami, tentang pertemuan, kisah masa lalu dan misteri dibalik fakta sang pangeran.