Kita Yang Dulu
Hari ini adalah hari yang spesial, biasanya pagiku dimulai dengan seragam putih biru tetapi di hari yang spesial ini aku telah resmi mengenakan seragam Putih abu. Aku merasa gugup hari ini, bagaimana teman-teman di sekolah, bagaimana gurunya, dan banyak pertanyaan lain yang membuatku gugup. Aku mengambil nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Setelah lebih tenang, aku berangkat menuju sekolah ku.
Setibanya di sekolah aku melihat wajah-wajah yang tidak Aku kenali. Aku mencari dimana kelasku dan sahabatku, Zara berada dengan harapan kami sekelas lagi. Zara adalah sahabatku sejak aku menginjakkan kaki di sekolah ini. Setelah mencari akhirnya aku menemukan namaku di kelas 10B, sayangnya Zara berada di kelas 10C.
Aku melihat lihat nama-nama teman sekelasku. Aku melihat nama itu, Gibran. Aku sudah mengaguminya sejak kami sekelas. Dengan wajah yang cukup menawan di antara laki-laki lain. Kami tidak terlalu dekat, mungkin hanya sebatas teman sekelas yang kenal saja. Aku juga bukannya menyukainya, hanya sekedar rasa kagum seseorang.
Hari-hari terus berlalu, masa pengenalan terlewati. Banyak teman sekelas yang baru aku lihat. Mungkin karena Aku juga jarang berkenalan dengan orang di luar kelasku apalagi yang kelasnya jauh dari kelasku. Aku mulai menyesuaikan diri dengan rutinitas baru, sedikit sulit terutama karena jam masuk yang lebih pagi dan jam pulang yang lebih sore.men
“Anak-anak, hari ini kita bekerja tim 2 orang, tugasnya membuat makalah Ya, timnya sudah saya tampilkan di slide”
Kata guru bahasa Indonesia. Aku melihat slide dan mencari namaku, aku satu tim dengan Tarao, murid pindahan keturunan jepang-Indonesia. Ditengah pengerjaan Tarao tiba-tiba menyetop pengerjaan dan bicara
“Ray, zara itu suka sama Gibran ya?.”
“Hah??” Tanyaku sambil menggaruk kepala.
Zara tidak pernah memberitahuku tentang ini, apa kata-kata Tarao dapat kupercaya?.
“Kemarin hujan, aku menunggu hujan reda melihat mereka bersama, zara terlihat senyum senyum sendiri didekat Gibran, terlihat sekali kalau Zara menyukai Gibran”.
Aku terdiam sejenak mendengar kecurigaan Tarao, ia merasa agak kesal dengan itu padahal ia hanya mengagumi Gibran dan bukan siapa-siapa
Ditengah kebingunganku itu bel pulang berbunyi, karena keasikan mengobrol kami sampai lupa dengan tugas yang diberikan. Karena tugas lain Juga lumayan banyak kami memutuskan melanjutkan pengerjaan lebih jauh agar tidak tertinggal yang lain. Saat Tarao di toilet tiba-tiba Gibran menghampiriku.
“Ray, kamu temennya Zara Kan?” Tanya Gibran.
“Iya, ada apa?”. “Dia orangnya seperti apa sih?” Gibran bertanya lagi.
Aku bingung dengan pertanyaan Gibran itu. Belum sempat ku jawab Tarao kembali dari toilet membuat Gibran pergi. Aku melanjutkan tugas tersebut dan pulang.
Dirumah aku memikirkan kembali pertanyaan Gibran, apakah ada hubungannya dengan yang Tarao ceritakan? Aku termenung dan memutuskan memberi pesan kepada Gibran.
“Gibran, maksudmu tadi apa?”. Tak butuh waktu lama Gibran membalas pesanku
“Kemarin Zara nyatain perasaannya ke aku, aku masih belum bisa kasih jawaban karena gak gitu kenal dia sih”.
Benar saja Zara menyukai Gibran dan kemarin dia menyatakan perasaannya.
**
Saat kutatap, terlihat senyum manisnya. Sekali melihatnya aku tak dapat berpaling darinya. Ting ponselku berbunyi. Saat aku lihat namanya muncul, Rayhana pujaan hatiku. Rayhana menanyakan hal yang tadi aku bicarakan, padahal aku menyukaimu Rayhana, bukan temanmu. Aku cemburu melihat kalian yang begitu dekat, aku rasa mereka berpacaran, wajar saja mereka begitu dekat. Padahal aku sudah lama menyukaimu, sejak kita bertemu di perlombaan matematika waktu itu. Bahkan aku rela pindah ke sekolah ini demi bisa melihatmu terus. Apa sudah saatnya menyerah?
Setelah aku membalas pesan dari Rayhana, ia tak kunjung membalas. Sebaiknya aku mengakhiri semua ini aku akan mengungkapkan isi hatiku dan membuangnya, aku tidak ada hubungan lagi dengan Rayhana, mencoba menyukai Zara juga tidak buruk.
“Ray, aku awalnya menyukaimu, tapi aku rasa kamu sudah bahagia dengan Tarao, kalian terlihat serasi, semoga langgeng ya, aku gak akan ganggu kalian lagi, bye Ray”. Aku langsung tertidur lelap setelah menulis pesan tersebut.
Pagi ini aku berangkat menuju sekolah seperti hari-hari sebelumnya. Tapi rasanya semua orang melirikku, apa ada yang salah denganku?
“Gib ini ada apa sih?” Tanya Rayhana yang juga merasa aneh dengan situasi ini.
“Aku juga gak tahu” balasku.
“Guys katanya kita disuruh kumpul di kantin? Ada apa nih?” Teriak Zara yang tiba tiba datang.
Akhirnya kami menuju kantin bersama dengan rasa penasaran. Benar saja di kantin terlihat kerumunan orang-orang yang sedang mendengar cerita dari seorang. Kami menyelinap masuk kerumunan orang-orang itu. Ternyata orang di pusat kerumunan itu, yang menyebar rumor adalah Axel, teman sekelas Zara yang memang hobinya menyebar rumor. Axel ternyata menyebar rumor tentangku, pantas saja semua orang tampak melirikku pagi ini.
“Stttt… diem dulu ya guys” teriak Axel menenangkan kerumunan di kantin.
“jadi guys kemarin aku dapat pesan dari anonim, katanya Gibran yang juara umum anak jenius itu, punya dua pacar, aku ulang DUA PACAR” kata Axel. Semua yang berada di kantin seketika melihat dan menyoroti aku, Zara, dan Rayhana, suasanya juga berubah menjadi ribut.
“Guys… diem dulu, kita dengar klarifikasinya langsung” Teriak Axel menenangkan sekaligus meminta penjelasan.
“Temen-temen, aku gak pacaran sama keduanya ya” setelah aku mengatakan itu aku langsung kabur menuju kelasku walau kerumunan itu terus mengejarku. dan kelihatannya benar bahwa Tarao dan Rayhana berpacaran, karena ia tampak biasa saja pagi ini.
**
Hari ini jadwalku piket, dan aku baru selesai, Tarao ada bersamaku yang sedang menunggu hujan reda. Sepertinya ini saat yang tepat untuk bicara dengannya.
“Tarao, semoga langgeng ya”.
“Maksudnya” balas Tarao dengan bingung.
“Kamu pacaran kan sama Rayhana? maaf ya kemarin bikin keributan sama rumor rumor itu”.
“Walah, aku gak pacaran sama Rayhana, lagian yang mengirim pesan ke Axel itu aku sebenarnya, tapi aku hanya bilang kamu dan Rayhana pacaran, gak sama Zara” balas Tarao.
“tetapi kemarin aku mengirim pesan selamat belum ada balasan dari Rayhana dan pagi ini terlihat biasa saja” ucapku sambil mengecek pesan yang kemarin aku tulis. Rupanya pesan kemarin sudah aku tulis namun belum aku kirim.
“Rayhana tuh selalu saja yang dibahas GIbran,Gibran,Gibran, aku udah muak, selama pengerjaan tugas semua topik selalu mengarah ke arahmu tapi saat aku tanya, ia bilang hanya mengagumi mu jadi aku pikir dia tidak sadar dengan perasaannya sendiri, sebaiknya kamu terima dia, tampaknya kamu sangat menyukainya” Kata Tarao sambil melirik ponselku. Aku tak pernah menyangka hal ini sebelumnya, ternyata yang menghalangiku hanya sekedar salah paham sepele?
Sejak obrolanku itu dengan Tarao aku jadi agak canggung bertemu Rayhana. Zara pun aku masih belum bisa membalas perasaanya, kami sama sama menyembunyikan semua yang kami tahu. Tak terasa hari kelulusan kami sudah semakin dekat hanya menghitung minggu.
**
Aku tak menyangka sudah memasuki perkuliahan, tak tahu bagaimana teman- teman dulu, karena aku merantau ke Bandung ke Jakarta. Aku sedang melihat foto-foto lama sekaligus menghapus foto tak penting pada ponselku. Aku tak sengaja melihat foto kelas dengan seragam putih abu dan teringat dengan Rayhana, cinta pertamaku. Masih sulit untukku melupakannya apalagi masalah kammi yang tak pernah terselesaikan hingga sekarang. Aku mencari kontak Rayhana di ponselku, masih ada pesan tak terkirim di kontaknya.
pulang kuliah aku seperti melihat Rayhana di cafe dekat kampus, Sepertinya aku masih belum melupakannya dan berhalusinasi melihatnya. Sesaat setelahnya aku ditabrak oleh sosok yang mirip Rayhana yang tiba-tiba berlari. Ternyata orang itu benar adalah Rayhana meskipun hanya sekilas tapi aku tahu itu dia.
Aku sampai di kos tempatku tinggal, aku langsung mengirim pesan kepada Rayhana
“Ray kamu di Bandung? kok gak bilang?”. 1 jam.. 2 jam.. 3 jam.. waktu berlalu tanpa balasan dari Rayhana. Paginya aku mendapat telepon dari Rayhana
“Gibran ya? gimana kabarnya? kenapa kemarin ngechat?” terdengar suara dari seberang telepon.
“eh Ray lagi di Bandung? kok gak bilang sih? kemarin aku lihat kamu di cafe dekat kampus kebetulan aja kok” ucapku.
“oalah, aku lagi liburan sama keluarga, lusa udah pulang, besok kita ketemuan mau gak sebelum pulang nih” balasan Rayhana.
“Wah boleh tuh aku mau bicarain sesuatu sama kamu, ketemuan di cafe dekat kampusku aja cafe inem” setelahnya aku menutup telepon itu.
Rayhana tepat berada di depanku, entah mengapa aku jadi gugup membicarakannya.
“Jadi mau bicarain apa nih?” Rayhana memulai obrolan yang dariadi hening.
“kamu inget gak, dulu temen kamu Zara pernah nyatain perasaan? sebenarnya dulu aku suka sama kamu, bahkan sebenarnya aku pindah ke sekolahmu buat nemuin kamu kamu pasti udah lupa ya hehe, kata Tarao kamu juga suka sama aku cuma kamu tutup dengan kata mengagumi”
“Jujur saja Tarao juga memberitahuku bahwa kamu menyukaiku sekaligus ia menyatakan perasaannya, saat Tarao memberitahuku aku jadi sadar telah menyukaimu bahkan masih belum melupakanmu dan ternyata yang menyebar rumor ke Axel bahwa kamu pacaran dengan aku dan Zara sebenarnya Zara, hubunganku dengan Zara sjak itu jadi canggung tapi untungnya aku jadi dekat dengan Yohana, bahkan hari ini dia menyusul kemari kami juga satu kampus”
“Jadi apa kita bisa balik seperti dulu?” Tanyaku
“Balik seperti dulu? gak mau pacaran nih”
Aku terdiam sejenak mendengar perkataan itu
“Rayhana, maukah kamu jadi pacarku?”
“tentu”
TAMAT