Ujian O.W.L. telah selesai, dan suasana di Hogwarts terasa lebih ringan. Namun, di tengah semua itu, kabar tak terduga mulai menyebar: Fred dan George Weasley akan keluar dari Hogwarts. Mereka tidak akan menunggu sampai kelulusan, mereka akan pergi di tengah tahun ajaran, dan kabar ini sampai ke telinga Y/N saat ia sedang makan siang di Aula Besar.
"Aku tidak percaya mereka akan pergi," bisik Hermione kepada Y/N.
Y/N hanya menatap kosong ke arah meja Gryffindor. Ia melihat Fred dan George berbisik-bisik, wajah mereka bersemangat, namun juga penuh tekad. Y/N merasa... sedih. Mereka adalah salah satu dari sedikit orang yang membuatnya tersenyum di Hogwarts.
Sore itu, Y/N memutuskan untuk mencari mereka. Ia menemukan mereka di sebuah koridor, mengemas beberapa barang yang tersisa.
"Kalian benar-benar akan pergi?" tanya Y/N, suaranya pelan.
Fred dan George menoleh, senyum mereka terlihat sedikit dipaksakan.
"Ya, Y/N," kata Fred. "Sudah waktunya. Kami sudah punya semuanya. Rencana, bahan, dan toko. Kami tidak bisa menunggu lagi."
"Kami akan buka toko lelucon di Diagon Alley," tambah George, matanya berbinar. "Namanya Sihir Sakti Weasley!"
"Itu... keren," kata Y/N. "Tapi... aku akan merindukan kalian."
Fred dan George saling pandang, lalu Fred melangkah maju dan memeluk Y/N. "Kami juga, Y/N," bisiknya. "Tapi jangan khawatir, ini bukan perpisahan. Ini hanya... sampai jumpa lagi."
"Dan kau harus datang ke toko kami saat kami buka," kata George, ikut memeluk Y/N. "Kami akan memberimu diskon spesial."
Tiba-tiba, suara keras terdengar di koridor. Itu Professor Umbridge, dengan wajahnya yang menjengkelkan.
"Weasley! Apa yang kalian lakukan? Apa yang kalian lakukan dengan siswi itu?" teriak Umbridge.
Fred dan George saling pandang, lalu menyeringai. "Waktunya pergi," bisik George.
Fred mengeluarkan tongkatnya dan berteriak, "Sihir Sakti Weasley, saatnya kita beraksi!"
Mereka berdua lalu mengarahkan tongkat mereka ke langit-langit, dan kembang api berwarna-warni meledak, membentuk naga raksasa yang terbang di koridor. Umbridge berteriak panik, sementara para siswa lain yang melihatnya tertawa terbahak-bahak.
Saat semua orang teralih, Fred dan George memeluk Y/N lagi. "Sampai jumpa, Y/N," bisik Fred.
"Jangan lupakan kami," kata George.
Mereka lalu menaiki sapu terbang mereka, terbang melewati lubang di dinding yang mereka ciptakan. Mereka melambai, lalu menghilang di balik awan.
Y/N berdiri di sana, menatap langit-langit yang masih dipenuhi asap dari kembang api. Ia merasa... kosong. Fred dan George adalah cahaya yang membuatnya tersenyum, dan sekarang, cahaya itu telah pergi.
Surat dan Rencana Baru
Beberapa hari kemudian, saat Y/N sedang sarapan, seekor burung hantu datang dan menjatuhkan sebuah surat di depannya. Itu dari Fred dan George.
Surat itu berbunyi:
Y/N sayang,
Kami sudah sampai di Diagon Alley! Toko kami luar biasa! Tapi tidak ada yang lebih lucu dari wajah Umbridge saat kami meninggalkannya. Kami tidak bisa berhenti tertawa.
Kami hanya ingin kau tahu, kalau kau butuh sesuatu, atau kau butuh tempat untuk lari, toko kami selalu terbuka untukmu. Kami punya banyak hal-hal yang tidak biasa, tapi kami tidak akan memberitahumu rahasia terbesarnya. Rahasia terbesarnya adalah… kami akan selalu ada untukmu.
Sampai jumpa lagi,
Fred dan George Weasley
Y/N tersenyum tipis. Ia tahu, meskipun Fred dan George telah pergi, mereka akan selalu ada di sana. Ia melipat surat itu dan menyimpannya di sakunya. Y/N tahu, ia tidak hanya kehilangan teman. Ia mendapatkan tempat baru untuk kembali, sebuah tempat yang jauh dari kegelapan.
Y/N tahu, ia akan mengunjungi Sihir Sakti Weasley. Ia ingin melihat toko mereka, dan ia ingin melihat Fred dan George lagi. Ia juga tahu, ia harus berhati-hati. Karena kini, ia memiliki lebih banyak hal untuk dilindungi.
Tentu, ini dia kelanjutan cerita yang akan mempertemukan Y/N dengan teman-temannya di Gryffindor sebelum ia menemui Draco.
Percakapan di Aula Besar
Y/N melipat surat dari Fred dan George, menyimpannya di sakunya, dan berjalan menuju Aula Besar. Suasana di sana ramai, dipenuhi suara bisik-bisik dan tawa. Y/N melihat Hermione, Harry, dan Ron duduk di meja Gryffindor. Ia berjalan mendekati mereka.
"Pagi," sapa Y/N dengan suara pelan.
"Pagi," jawab mereka serempak. Hermione, yang sedang membaca buku, langsung menutupnya.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Hermione, matanya melihat Y/N dengan khawatir.
Y/N mengangguk. "Ya. Aku baru saja menerima surat dari Fred dan George."
"Oh ya? Mereka sudah sampai?" tanya Harry, wajahnya terlihat lega.
Y/N mengeluarkan surat itu dan menunjukkan kepada mereka. "Mereka bilang toko mereka sudah buka. Namanya 'Sihir Sakti Weasley'."
Harry tersenyum. "Itu keren. Mereka pasti senang sekali."
Ron mengangguk. "Aku tidak menyangka mereka benar-benar melakukannya. Itu... sangat gila."
"Ya, tapi itu Fred dan George," kata Y/N. "Mereka selalu punya cara sendiri untuk melakukan sesuatu."
Mereka terdiam. Y/N merasa ada yang aneh. Suasana di antara mereka terasa... canggung. Ia menyadari Harry dan Ron saling melirik satu sama lain.
"Ada apa?" tanya Y/N.
Harry menghela napas. "Y/N... aku mau minta maaf soal waktu itu. Soal... ajakan kencan itu. Aku... aku tidak seharusnya memaksamu."
"Aku juga, Y/N," tambah Ron. "Kami... kami tidak tahu apa yang harus dilakukan saat mereka berdua ada di sana. Kami hanya tidak suka Malfoy mengganggu Harry."
Y/N tersenyum tipis. "Tidak apa-apa. Aku mengerti."
"Kalian tidak perlu khawatir," kata Hermione, meletakkan tangannya di bahu Y/N. "Y/N sudah memberitahuku apa yang terjadi. Dia mengerti."
Y/N menoleh ke Hermione, merasa lega. Hermione memang selalu mengerti. Ia merasa sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Hermione.
"Aku... aku senang kita bicara," kata Y/N. "Aku hanya... takut kalau aku sudah membuat kalian kesal."
"Tidak, Y/N," kata Harry. "Kami tidak marah. Kami hanya... cemburu, mungkin."
Y/N tersenyum, kali ini senyum yang tulus. "Aku mengerti."
Setelah sarapan, Y/N memutuskan untuk menemui Draco. Ia ingin memastikan lelaki itu baik-baik saja. Y/N menemukan Draco sedang duduk sendirian di bangku di koridor, di dekat Ruang Ramuan. Ia terlihat pucat, dan matanya terlihat lelah.
"Draco," panggil Y/N pelan.
Draco mendongak. Ia melihat Y/N, dan senyum kecil muncul di wajahnya. "Y/N," katanya. "Kenapa kau di sini?"
"Aku mencarimu. Aku ingin memastikan kau baik-baik saja," jawab Y/N.
"Aku... lebih baik," kata Draco. Ia menepuk tempat di sampingnya. "Duduklah."
Y/N duduk di samping Draco. Mereka duduk dalam diam selama beberapa saat.
"Aku... aku minta maaf," kata Draco tiba-tiba. "Aku tahu aku sering menyebalkan. Aku hanya... tidak tahu bagaimana cara bicara denganmu."
Y/N mengangguk. "Aku tahu."
"Tapi... aku harap kau tahu, kalau aku... aku serius denganmu," kata Draco, suaranya pelan. "Aku tidak bohong. Aku benar-benar... menyukaimu."
Y/N menatap mata Draco. Ia melihat kejujuran di sana. "Aku tahu," katanya. "Aku juga..."
Y/N tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia hanya memegang tangan Draco. Draco membalas genggaman tangannya. Ia tahu, di balik semua sifat sombongnya, Draco adalah anak laki-laki yang kesepian, yang hanya butuh seseorang yang mengerti dirinya. Dan Y/N merasa, ia bisa menjadi orang itu.