Surat Undangan dan Impian yang Terwujud
Beberapa hari setelah pertemuan tak terduga dengan Sirius Black, sebuah surat resmi tiba untuk Y/N. Di amplopnya tertera lambang yang familiar, lambang yang selalu ia impikan sejak kecil: W.S.A.M. (Wizard Secret Agent Mission). Jantung Y/N berdebar kencang saat ia membuka surat itu. Itu adalah surat undangan resmi untuk bergabung dengan akademi mereka, sebuah akademi rahasia untuk calon agen rahasia penyihir.
Y/N langsung berlari menemui Profesor Dumbledore. Profesor Dumbledore tersenyum saat Y/N menunjukkan surat itu.
"Ini adalah impianmu, Y/N," kata Dumbledore, matanya yang biru berkilau. "Kau memiliki keberanian dan hati yang tulus. Kau akan menjadi agen yang hebat."
Dengan restu Dumbledore, Y/N mulai menjalani rutinitas barunya. Setiap malam, setelah jam malam di Hogwarts, Y/N akan menyelinap keluar dan pergi ke akademi rahasia W.S.A.M.
Hari pertama di akademi terasa asing. Bangunan itu tampak seperti benteng, tanpa jendela, dan penuh dengan aura yang tegang. Y/N disambut oleh seorang instruktur yang galak.
"Selamat datang di akademi W.S.A.M.," kata instruktur itu. "Di sini, tidak ada belas kasihan. Kami akan membuat kalian menjadi agen yang keras dan hebat."
Y/N diperkenalkan pada teman-teman seangkatannya, tetapi mereka tidak ramah. Mereka menatap Y/N dengan tatapan merendahkan.
"Kau terlihat seperti anak panti asuhan," bisik salah satu dari mereka, "apa kau bahkan punya sihir?"
Kata-kata itu membuat Y/N teringat masa lalunya. Ia merasa sedih dan sendirian. Perundungan yang ia alami di panti asuhan kini terulang kembali. Ia mencoba untuk mengabaikan mereka, tetapi kata-kata itu terus menusuknya.
Suatu malam, saat ia sedang berlatih sendirian, ia mendengar suara mengeong dari balik tumpukan kotak. Ia melihat seekor kucing kecil, tampak kurus dan kotor. Kucing itu mengeong padanya, seolah-olah meminta bantuan.
Y/N mengambil kucing itu dan memeluknya. "Halo, kecil," bisik Y/N. "Jangan takut. Aku akan menjagamu."
Ia memberikan nama kucing itu Maruko. Mulai saat itu, setiap kali Y/N merasa sedih atau sendirian, ia akan mencari Maruko. Maruko menjadi satu-satunya teman yang ia miliki di akademi itu. Ia tahu, di balik semua perundungan, ia tidak sendirian. Ia punya Maruko.
Ujian Berat di Hari Keenam
Di hari keenamnya di akademi, Y/N diberi seragam latihan berwarna abu-abu, bukan seragam resmi yang didambakannya. Tapi ia tidak peduli. Ia terus berlatih bela diri dengan giat, menguasai setiap gerakan, dan melatih kemampuannya menggunakan selendang. Ia tahu, ia harus menjadi lebih kuat.
Saat Y/N sedang berlatih sendirian, para perundung kembali datang.
"Hei, lihat, gadis panti asuhan," kata salah satu dari mereka, "kau pikir kau bisa jadi agen?"
Y/N mencoba mengabaikan mereka, tapi mereka terus mendorongnya. Tiba-tiba, suara langkah kaki yang tegas terdengar. Itu adalah ketua mereka, Richard, seorang agen berambut merah dengan sepasang kerambit plasma di tangannya. Richard memiliki reputasi sebagai agen berkepala panas dan tidak sabaran.
"Ada apa ini?" tanya Richard, suaranya dingin. "Kalian mengganggu latihan!"
Para perundung langsung terdiam. Richard menatap Y/N dengan tatapan meremehkan.
"Kau," katanya pada Y/N. "Kau terlihat lemah. Kau pikir kau bisa jadi agen?"
Y/N, yang merasa tertantang, mengambil posisi bela diri. "Aku tidak lemah," katanya.
"Buktikan," jawab Richard, sambil menyilangkan kerambit plasmanya.
Y/N mencoba melawan. Ia menggunakan bela dirinya, mencoba menghindari serangan Richard. Namun, Richard terlalu cepat. Ia mengayunkan kerambitnya, dan Y/N terlempar ke dinding. Y/N mencoba bangkit, tapi kakinya terasa sakit.
Richard menatap Y/N yang jatuh, matanya dipenuhi kekecewaan. "Kau lemah," katanya. "Akademi ini tidak butuh agen yang lemah. Kau membuatku kecewa."
Y/N terdiam. Ia merasa malu. Semua kerja kerasnya terasa sia-sia. Ia tidak bisa melawan Richard. Ia tidak bisa membuktikan dirinya. Ia merasa bahwa ia telah gagal.
Rahasia Terlarang
Malam itu, Y/N tidak bisa tidur. Rasa malu dan kekecewaan atas perkataan Richard terus menghantuinya. Ia memutuskan untuk pergi ke ruang latihan, berharap bisa melupakan semuanya. Di sana, ia mendengar suara-suara dari ruangan sebelah. Itu adalah para guru W.S.A.M. yang sedang rapat.
Y/N menyelinap ke dekat pintu dan menguping.
"Kita harus melanjutkan Proyek HADGN," kata seorang guru.
"Tapi itu terlalu berbahaya," jawab guru lain. "Energi dari penggunanya akan terkuras habis."
Y/N terkejut. HADGN, Proyek rahasia yang ia dengar, adalah sebuah kalung permata yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan agen. Ia tahu, ia harus melanjutkan Proyek itu. Ia tahu, itu adalah satu-satunya cara untuk membuktikan dirinya.
Y/N kembali ke Hogwarts, membawa semua informasi yang ia dapatkan. Ia mulai mengerjakan Proyek itu secara diam-diam. Setiap malam, setelah semua orang tidur, ia akan pergi ke ruang rahasia dan mulai mengerjakan HADGN.
Setelah berbulan-bulan, Y/N akhirnya berhasil. Ia menciptakan HADGN, kalung permata yang sangat indah. Kalung itu berkilauan dengan cahaya, dan Y/N bisa merasakan kekuatannya.
Y/N mengenakan kalung itu, dan seketika, ia merasakan energi mengalir ke seluruh tubuhnya. Ia bisa menganalisis data, berkomunikasi dengan cepat, dan pertahanan dirinya meningkat. Ia tidak tahu, bahwa ia telah menjadi pengguna pertama HADGN. Ia tidak tahu, bahwa ia telah mendapatkan kekuatan yang bisa membantunya membalas dendam pada Richard.
Hilangnya HADGN dan Ancaman Azkaban
Keesokan harinya, seluruh akademi W.S.A.M. geger. Berita hilangnya HADGN, proyek rahasia yang sempat dihentikan, menyebar dengan cepat. Para guru dan instruktur panik, dan investigasi besar-besaran pun dimulai.
Di tengah-tengah kekacauan, Y/N duduk di ruang makannya, berpura-pura tidak tahu apa-apa. Jantungnya berdebar kencang, dan ia merasa takut. Ia tahu, ia telah melakukan hal yang salah.
Tiba-tiba, ia mendengar suara Richard. Richard berdiri di depan Y/N, wajahnya terlihat marah. "Kau! Kau yang mencuri HADGN, bukan?" bentaknya.
Y/N terkejut. "Aku... aku tidak tahu apa yang kau bicarakan," jawabnya.
"Jangan berbohong!" kata Richard, suaranya menggelegar. "Aku tahu itu kau! Kau pasti ingin membalas dendam padaku, bukan?!"
Y/N terdiam. Ia tahu, ia tidak bisa berbohong lagi. "Ya," katanya. "Aku yang mengambilnya."
Wajah Richard langsung memerah. "Kau tahu apa konsekuensinya?! Kau bisa masuk Azkaban! Kau bisa dipenjara seumur hidup!"
Y/N menundukkan kepalanya. Ia tahu, Richard benar. Ia telah membuat kesalahan besar. Ia tidak pernah berpikir ia akan dipenjara. Ia tidak pernah berpikir ia akan kehilangan teman-temannya. Ia merasa sangat bodoh.
Tiba-tiba, suara langkah kaki yang tegas terdengar. Itu adalah ketua akademi. Ketua menatap Y/N dengan tatapan yang dingin.
"Y/N," katanya. "Kau telah melanggar peraturan. Kau telah mencuri proyek rahasia. Kau akan dihukum."
Y/N tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia merasa takut, ia merasa sendirian. Ia tahu, ia telah membuat kesalahan yang tidak bisa diperbaiki.
Pelarian dan Buronan
Y/N tidak bisa membiarkan dirinya ditangkap. Ancaman Azkaban terasa dingin dan nyata, lebih menakutkan dari apa pun yang pernah ia bayangkan. Saat ketua akademi dan Richard sibuk berdebat, Y/N dengan cepat mengambil kesempatan. Ia menyelinap keluar, membawa Maruko yang setia dalam pelukannya. Ia berlari sekuat tenaga, tidak peduli ke mana tujuannya, asalkan jauh dari akademi itu.
Ia tidak ingin dihukum. Ia tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya di Azkaban. Ia telah membuat kesalahan besar, tetapi ia tidak ingin membayar dengan kebebasannya. Ia hanya ingin kembali ke Hogwarts, ke teman-temannya. Ia hanya ingin kembali ke keluarganya.
Berita tentang hilangnya Y/N menyebar seperti api di seluruh dunia sihir. Tidak butuh waktu lama sebelum foto-foto Y/N terpampang di koran dan papan pengumuman. "Dicari: Y/N, Pencuri HADGN, hadiah besar bagi siapa pun yang menemukannya." Seluruh penyihir mulai memburunya, berharap mendapatkan hadiah besar.
Di Hogwarts, para siswa Footprint Seekers panik.
"Y/N menghilang?!" seru Ron, wajahnya pucat. "Kenapa?"
Harry menatap koran itu dengan tatapan tidak percaya. "Dia dituduh mencuri proyek rahasia," katanya, suaranya bergetar.
"Itu tidak mungkin," kata Hermione. "Y/N tidak akan pernah melakukan itu."
"Tapi dia adalah satu-satunya orang yang tahu tentang proyek itu," kata Pitter, yang terlihat sangat khawatir.
Draco, yang mendengar percakapan itu, merasa hancur. Ia tahu Y/N tidak bersalah. Ia tahu Y/N adalah orang yang baik. Ia juga tahu, Y/N melakukan itu untuknya. Draco merasa bersalah, dan ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan menemukan Y/N dan melindunginya.
Perlindungan di Hutan Terlarang
Y/N berlari tanpa henti, jantungnya berdebar kencang. Ia dan Maruko bersembunyi di dalam Hutan Terlarang, di sebuah gua kecil yang tersembunyi. Hutan itu gelap dan dingin, tapi Y/N tidak peduli. Ia hanya ingin aman. Ia merasa hancur. Semua yang ia lakukan, hanya untuk melindungi teman-temannya. Tapi sekarang, ia menjadi buronan.
"Maafkan aku, Maruko," bisik Y/N, memeluk kucing itu erat. "Aku sudah membuat kesalahan."
Air mata mengalir di pipinya. Ia merasa sangat sendirian. Ia merasa seperti kembali ke masa lalunya di panti asuhan, di mana ia tidak memiliki siapa-siapa.
Tiba-tiba, ia mendengar suara anjing yang menggeram. Y/N langsung waspada, mengira itu adalah musuh. Ia mengambil posisi siap, bersiap untuk melawan. Tapi, anjing itu mendekat dan berubah menjadi seorang laki-laki berambut hitam. Itu adalah Sirius Black.
"Y/N," bisik Sirius, "apa yang kau lakukan di sini?"
Y/N terkejut, lalu ia menangis. "Aku... aku buronan," jawabnya, suaranya bergetar. "Aku dituduh mencuri proyek rahasia. Semua orang mencariku."
Sirius menatap Y/N dengan mata penuh pengertian. "Aku tahu," katanya. "Aku sudah mendengar beritanya. Tapi aku tahu, kau tidak bersalah."
Y/N menatap Sirius, bingung. "Bagaimana kau tahu?"
"Karena aku juga pernah menjadi buronan," jawab Sirius, senyum kecil di wajahnya. "Aku juga pernah dituduh melakukan sesuatu yang tidak aku lakukan."
Sirius mendekat dan memeluk Y/N. "Jangan khawatir," katanya. "Kau aman di sini bersamaku. Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu."
Y/N merasa lega. Ia tidak sendirian. Ia memiliki Sirius.