Pertandingan Quidditch: Ravenclaw vs. Slytherin
Pagi itu, suasana di Hogwarts terasa tegang. Seluruh siswa berkumpul di lapangan Quidditch untuk menyaksikan pertandingan besar: Ravenclaw melawan Slytherin. Di tribun, Y/N, Cho, dan yang lainnya berdiri di sisi Ravenclaw. Mereka mengenakan syal dan jubah biru dan perunggu, berteriak-teriak memberikan dukungan.
Y/N, sebagai Penjaga, merasa bersemangat sekaligus tegang. Ia tahu, Draco, sang Pencari, akan menjadi lawan yang sangat tangguh. Di sisi lain lapangan, tim Slytherin, yang mengenakan jubah hijau dan perak, berdiri dengan angkuh.
Pertandingan dimulai. Oliver Wood, kapten tim Gryffindor, bertugas sebagai komentator. "Dan ini dia! Pertandingan antara Ravenclaw dan Slytherin! Kedua tim sudah siap!" teriaknya.
Para pemain melesat ke udara. Chaser Ravenclaw, Roger Davies, berhasil mencetak gol pertama, membuat para pendukung Ravenclaw bersorak gembira. Y/N, dengan refleknya yang luar biasa, berhasil menahan Bludger yang datang ke arahnya.
Di tengah-tengah pertandingan, Harry dan Ron yang duduk di tribun menonton dengan seksama. "Draco terlihat kesal," kata Ron. "Mungkin dia tahu, dia tidak akan bisa mengalahkan Y/N."
"Jangan remehkan Draco," jawab Harry. "Dia Pencari yang sangat baik. Tapi Y/N juga Penjaga yang hebat."
Draco Malfoy, yang merasa tertekan, melesat dengan kecepatan penuh, mencoba menangkap Golden Snitch. Namun, Cho Chang, Pencari Ravenclaw, dengan sigap mengikutinya. Mereka berdua melesat di udara, menciptakan kejar-kejaran yang menegangkan.
Tiba-tiba, Draco melirik ke arah Y/N yang sedang fokus menjaga gawangnya. Sebuah ide licik muncul di kepalanya. Draco memutuskan untuk berpura-pura mengejar Snitch, tetapi ia malah melesat ke arah Y/N dengan kecepatan penuh.
"Draco, jangan!" teriak Harry, menyadari apa yang akan terjadi.
Draco tidak peduli. Ia hanya ingin Y/N terkejut, bahkan jika itu berarti melanggar peraturan. Namun, Y/N yang sudah terbiasa dengan manuver Draco, berhasil menghindarinya.
Pertandingan berlanjut, dan akhirnya Cho Chang berhasil menangkap Golden Snitch, membuat Ravenclaw memenangkan pertandingan. Y/N melesat ke arah Cho, memeluknya erat. Seluruh tim Ravenclaw merayakan kemenangan mereka.
Draco, yang kalah, terlihat sangat marah. Ia menatap Y/N dengan tatapan penuh dendam, lalu terbang pergi. Y/N, yang melihat itu, merasa sedih. Ia tahu, persahabatannya dengan Draco tidak akan pernah sama setelah ini.
Pertengkaran di Lapangan
Setelah pertandingan selesai, Y/N turun dari sapunya. Di tengah lapangan yang mulai sepi, ia melihat Draco berdiri sendirian, wajahnya masih memerah karena marah. Y/N tahu, ia harus berbicara dengan Draco. Ia mendekat, tangannya menyentuh bahu Draco dengan lembut.
"Draco," kata Y/N. "Selamat atas permainannya."
Draco menepis tangan Y/N. "Apa yang kau inginkan?" bentaknya. "Kau sudah menang."
"Draco, aku tidak tahu kenapa kau marah," jawab Y/N, "tapi aku tidak bermaksud untuk..."
"Tidak bermaksud?" potong Draco. "Kau tahu, aku hanya ingin kau terkesan! Aku ingin kau melihatku!"
Y/N terdiam. Ia tidak menyangka Draco akan mengatakan hal itu.
"Aku melakukan semua ini karena aku menyukaimu!" kata Draco, suaranya bergetar. "Aku bahkan rela kalah, asal kau melihatku!"
"Draco," kata Y/N, suaranya lembut, "aku sudah melihatmu. Kau adalah orang yang baik. Kau adalah temanku."
"Teman?!" bentak Draco. "Aku tidak ingin menjadi temanmu! Aku ingin menjadi lebih dari itu!"
Y/N terkejut. Ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Ia tidak tahu bahwa Draco memiliki perasaan yang sedalam itu.
"Draco," kata Y/N, suaranya pelan, "aku... aku tidak tahu harus bilang apa."
"Sudahlah," kata Draco, matanya berkaca-kaca. "Lupakan saja. Aku tidak pernah bermaksud untuk mengatakannya." Ia berbalik, dan berjalan pergi.
Y/N hanya berdiri di sana, menatap kepergian Draco. Ia merasa sedih. Ia tahu, ia telah menyakiti Draco, tapi ia tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya. Ia tahu, persahabatan mereka tidak akan pernah sama lagi.
Bantuan yang Tak Terduga
Y/N kembali ke kastil dengan hati yang hancur. Kata-kata Draco terus berputar-putar di kepalanya. Ia merasa bersalah dan tidak tahu harus berbuat apa. Di koridor, ia bertemu dengan Neville, yang melihat wajah Y/N yang sedih.
"Y/N," kata Neville, suaranya cemas. "Ada apa?"
Y/N menggeleng. Ia tidak ingin berbicara. Namun, Neville mencoba menghiburnya.
"Draco memang seperti itu," kata Neville. "Dia selalu sombong. Jangan pedulikan dia."
Tiba-tiba, Draco muncul, wajahnya masih memerah karena marah. "Apa yang kau bicarakan, Longbottom?" bentaknya. "Jaga bicaramu!"
"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya!" balas Neville.
Draco melangkah maju. "Kau tidak tahu apa-apa! Kau hanya anak cengeng yang selalu ketakutan!"
"Jangan bilang begitu!" seru Neville. "Kau yang selalu mencari masalah!"
Draco sudah siap menyerang Neville. Tiba-tiba, Fred dan George muncul. Mereka berdua langsung berdiri di antara Neville dan Draco.
"Jangan berani-berani menyentuh Neville, Malfoy," kata Fred, suaranya tajam.
"Kecuali kau mau berurusan dengan kami," tambah George, mengacungkan tongkat sihirnya.
Draco mencibir, tetapi ia tidak berani melawan Fred dan George.
"Berhenti, Draco!" kata Cho, yang tiba-tiba muncul. "Kau bilang kau adalah bagian dari A True Friend!"
Draco menatap Cho, lalu menatap gelang A True Friend di pergelangan tangannya. Ia terdiam.
Y/N, yang melihat itu, merasa lega. Ia tahu, meskipun Draco marah, ia masih memiliki hati. Ia menatap teman-temannya yang siap melindunginya, dan ia merasa bersyukur. Ia tahu, ia tidak pernah sendirian.
Perdamaian di Koridor
Ketegangan di koridor terasa mencekam. Draco, Neville, Fred, George, dan Cho saling berhadapan. Tiba-tiba, Profesor Alastor datang bersama Harry dan Hermione.
"Ada apa ini?" tanya Profesor Alastor, suaranya tenang. "Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak berkelahi?"
Harry melangkah maju. "Profesor, Draco tidak sengaja. Dia hanya..."
"Dia hanya apa, Potter?" bentak Draco. "Mencoba membela diriku sendiri?!"
"Draco," kata Hermione, suaranya lembut, "berhenti. Kau tidak perlu bertindak seperti ini."
Draco terdiam. Ia melihat Y/N, yang masih terlihat sedih. Ia merasa bersalah. Ia tidak seharusnya melakukan itu pada Y/N.
"Dengar," kata Profesor Alastor, "kita semua adalah Footprint Seekers. Kita harus saling mendukung. Kita harus menjadi keluarga."
Tiba-tiba, Luna Lovegood muncul, membawa kantong kertas berisi cemilan. Ia membagikannya satu per satu, dan ketika ia sampai di depan Draco, ia tersenyum.
"Jangan sedih, Draco," katanya. "Semua orang membuat kesalahan. Kau masih bisa memperbaikinya."
Draco menatap Luna, lalu mengambil cemilan itu. Ia merasa sedikit lebih baik. Y/N melangkah maju, memeluk Draco.
"Aku memaafkanmu," bisik Y/N. "Kita semua adalah sahabat."
Draco membalas pelukan Y/N, dan ia merasa lega. Ia tahu, ia telah membuat kesalahan, tapi ia juga tahu, ia tidak akan pernah kehilangan sahabatnya.
Perdamaian di Koridor
Ketegangan di koridor terasa mencekam. Draco, Neville, Fred, George, dan Cho saling berhadapan. Tiba-tiba, Profesor Alastor datang bersama Harry dan Hermione.
"Ada apa ini?" tanya Profesor Alastor, suaranya tenang. "Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak berkelahi?"
Harry melangkah maju. "Profesor, Draco tidak sengaja. Dia hanya..."
"Dia hanya apa, Potter?" bentak Draco. "Mencoba membela diriku sendiri?!"
"Draco," kata Hermione, suaranya lembut, "berhenti. Kau tidak perlu bertindak seperti ini."
Draco terdiam. Ia melihat Y/N, yang masih terlihat sedih. Ia merasa bersalah. Ia tidak seharusnya melakukan itu pada Y/N.
"Dengar," kata Profesor Alastor, "kita semua adalah Footprint Seekers. Kita harus saling mendukung. Kita harus menjadi keluarga."
Tiba-tiba, Luna Lovegood muncul, membawa kantong kertas berisi cemilan. Ia membagikannya satu per satu, dan ketika ia sampai di depan Draco, ia tersenyum.
"Jangan sedih, Draco," katanya. "Semua orang membuat kesalahan. Kau masih bisa memperbaikinya."
Draco menatap Luna, lalu mengambil cemilan itu. Ia merasa sedikit lebih baik. Y/N melangkah maju, memeluk Draco.
"Aku memaafkanmu," bisik Y/N. "Kita semua adalah sahabat."
Draco membalas pelukan Y/N, dan ia merasa lega. Ia tahu, ia telah membuat kesalahan, tapi ia juga tahu, ia tidak akan pernah kehilangan sahabatnya.