Ribuan Pertanyaan untuk Pitter
Saat jam istirahat tiba, seluruh siswa Footprint Seekers langsung membentuk lingkaran di halaman. Mereka menatap Y/N dan Pitter, wajah mereka dipenuhi rasa penasaran. Fred dan George, yang tidak bisa menahan diri, langsung melompat ke tengah lingkaran.
"Baiklah, Pitter," kata Fred, menyenggol George. "Kami sudah punya ribuan pertanyaan untukmu."
"Pertanyaan pertama," lanjut George, "bagaimana bisa kau memeluk Y/N semalam? Kami yang sudah berteman dengannya selama bertahun-tahun saja belum pernah memeluknya!"
Pitter hanya tersenyum. "Y/N dan aku sudah seperti saudara," jawabnya, suaranya tenang. "Kami tumbuh bersama di panti asuhan."
"Panti asuhan?" tanya Ron. "Yang juga pusat pelatihan seni bela diri itu?"
Y/N mengangguk, "Ya. Di sana, Pitter adalah inspirasiku. Dia yang mengajariku banyak hal."
"Dan dia juga yang memberiku selendang ini," lanjut Y/N, menyentuh selendang di pinggangnya.
"Apakah itu juga bisa mengeluarkan listrik seperti milikmu?" tanya Seamus Finnigan, yang tampak sangat ingin tahu.
Pitter menggeleng. "Tidak. Selendangku biasa saja. Tapi aku yang memodifikasi selendang Y/N."
"Kenapa kau baru masuk sekarang?" tanya Harry, mewakili semua pertanyaan yang ada di pikiran mereka.
"Aku punya beberapa urusan di luar," jawab Pitter, nadanya misterius. "Tapi aku tahu, Y/N akan membutuhkan temannya di Hogwarts."
Hermione, yang sudah diam sejak tadi, akhirnya bertanya, "Aku merasa ada aura aneh pada dirimu. Sihirmu... berbeda. Apakah kau... memiliki kekuatan khusus?"
Pitter terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Itu adalah rahasia."
Jawaban Pitter membuat semua orang menjadi semakin penasaran. Namun, mereka tahu, mereka tidak bisa memaksanya untuk menjawab. Mereka tahu, Pitter adalah orang yang baik, dan mereka senang Y/N bisa menemukan teman lamanya lagi.
Pesona Pitter
Kehadiran Pitter di kelas Footprint Seekers benar-benar mengubah segalanya. Anak laki-laki pendiam itu kini menjadi pusat perhatian, terutama di kalangan para siswi. Y/N, yang duduk di samping Cho, sering kali mendengar bisik-bisik dari belakang. Lavender Brown dan Luna Lovegood, yang biasanya tidak pernah berbicara, kini terlihat bersemangat saat membicarakan Pitter.
"Dia sangat tampan," bisik Lavender pada Parvati. "Aku ingin tahu apakah dia punya pacar."
"Aku setuju," jawab Luna dengan suara seperti berbisik. "Aura-nya sangat damai. Dia seperti Nargles yang ramah."
Y/N hanya tersenyum. Ia tahu, Pitter memiliki pesona yang unik. Di balik sikap tenangnya, ada sesuatu yang membuat orang tertarik padanya.
Saat jam istirahat, Harry dan Ron menghampiri Pitter.
"Hai, Pitter," sapa Harry. "Apa kau mau ikut kami? Kami akan menunjukkanmu tempat-tempat rahasia di Hogwarts."
"Tentu," jawab Pitter, tersenyum.
Mereka bertiga berjalan di koridor, mengobrol santai. Harry dan Ron sangat penasaran dengan Pitter, dan Pitter dengan sabar menjawab pertanyaan mereka.
"Jadi kau benar-benar tidak menggunakan sihir sama sekali?" tanya Ron.
"Aku menggunakannya," jawab Pitter, "tapi aku lebih suka menggunakan seni bela diri."
Tiba-tiba, mereka berbelok di sudut koridor dan bertemu dengan Profesor Dumbledore. Profesor Dumbledore, dengan jubah berwarna ungu dan rambut putih panjang, menatap mereka dengan mata yang penuh kehangatan.
"Selamat siang, anak-anak," katanya, suaranya tenang. "Harry, Ron, aku senang melihatmu." Ia menatap Pitter. "Dan kau pasti Pitter Virgoun. Aku sudah mendengar banyak hal tentangmu."
Pitter mengangguk, matanya menatap Dumbledore dengan hormat. "Senang bertemu dengan Anda, Profesor Dumbledore."
Dumbledore tersenyum. "Kau memiliki aura yang kuat, anak muda. Jauh lebih kuat dari yang kelihatannya. Aku yakin kau akan menjadi aset berharga di sekolah ini."
Harry dan Ron saling pandang, bingung. Mereka tidak mengerti apa yang Dumbledore maksud. Namun, Pitter hanya tersenyum. Ia tahu, Dumbledore mengerti dirinya.
"Hati-hati," kata Dumbledore, matanya menatap Harry. "Kegelapan sedang menunggu."
Dumbledore mengangguk pada mereka bertiga dan melanjutkan jalannya. Harry, Ron, dan Pitter hanya berdiri di sana, terdiam. Mereka tahu, Dumbledore tidak hanya memperingatkan mereka tentang Sirius Black, tapi juga tentang sesuatu yang lebih besar yang akan datang.