Cinta Segitiga
Setelah permainan Truth or Dare selesai, suasana di kelas Footprint Seekers tidak pernah sama lagi. Theodore Nott, yang tadinya pendiam dan misterius, mulai terlihat lebih sering berbicara dengan Y/N. Ia tidak pernah terang-terangan, namun ia selalu ada di dekat Y/N. Saat Y/N sedang membaca, Theodore akan duduk di dekatnya, tidak berbicara, tapi kehadirannya terasa. Y/N menyadari hal ini, tapi ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Ia merasa nyaman di dekat Theodore, yang seolah-olah mengerti dirinya tanpa perlu berkata-kata.
Sementara itu, George Weasley menjadi semakin terang-terangan. Ia sering membuat lelucon hanya untuk melihat Y/N tertawa. Ia seringkali mencuri pandang ke arah Y/N, senyumnya selalu melebar saat Y/N merespons leluconnya. Y/N, yang sudah terbiasa dengan candaan George, menganggapnya sebagai bentuk persahabatan yang lucu. Ia tidak pernah menyadari bahwa di balik semua lelucon itu, ada perasaan yang jauh lebih dalam.
Draco Malfoy, di sisi lain, mulai merasa bingung dengan perasaannya sendiri. Ia tidak mengerti mengapa ia merasa marah saat melihat Y/N dan George tertawa bersama, atau mengapa ia merasa cemburu saat Y/N mengobrol dengan Theodore. Ia selalu menganggap Y/N sebagai teman sebangkunya, tapi sekarang, ia merasa ada sesuatu yang lebih dari itu. Ia tidak tahu bagaimana mengekspresikan perasaannya. Ia sering mengganggu Y/N, tapi bukan lagi dengan nada sinis, melainkan dengan cara yang aneh dan canggung.
Suatu sore, Y/N, George, dan Draco berpapasan di koridor.
"Y/N, kamu mau ke mana?" tanya George, merangkul Y/N dengan santai.
"Aku mau ke perpustakaan," jawab Y/N.
"Wah, kebetulan," kata George. "Aku juga mau ke sana. Kita ke sana bareng, yuk!"
Tiba-tiba, Draco berdiri di depan mereka, menghalangi jalan. "Kenapa kamu harus ikut?" tanyanya dengan nada dingin. "Y/N kan mau ke sana sendiri."
"Santai saja, Malfoy," jawab George. "Kami kan teman. Kamu mau ikut?"
Draco mencibir, "Aku tidak mau pergi ke perpustakaan dengan kalian berdua. Aku punya hal yang lebih penting untuk dilakukan." Ia menatap Y/N, wajahnya terlihat kesal, lalu pergi begitu saja.
Y/N menatap kepergian Draco, bingung. "Ada apa dengannya?" tanyanya.
"Aku tidak tahu," jawab George sambil mengangkat bahu. "Sepertinya dia sedang PMS."
Y/N tertawa, tapi ia tahu bahwa ada sesuatu yang lebih dari itu. Ia tidak menyadari bahwa di antara semua lelucon dan drama di Hogwarts, ia kini berada di tengah-tengah cinta segitiga yang rumit.
Cinta Tak Terbalas
Y/N merasakan perubahan di antara teman-temannya, tapi ia tidak menyadarinya sebagai sesuatu yang serius. Baginya, George adalah sahabat yang jenaka, Theodore adalah teman yang pendiam, dan Draco adalah teman sebangku yang aneh. Ia menghargai mereka semua, tapi fokus utamanya adalah belajar dan petualangan di Hogwarts. Ia sangat menyayangi teman-teman di kelas Footprint Seekers, tapi perasaannya adalah murni persahabatan.
Theodore dan George, di sisi lain, merasakan cinta mereka bertepuk sebelah tangan. Mereka menyadari bahwa Y/N tidak memiliki ketertarikan romantis pada mereka. George, dengan segala kejenakaannya, sering kali mencoba membuat Y/N tertawa, berharap bisa menarik perhatiannya lebih. Namun, setiap kali Y/N tertawa, George menyadari bahwa itu adalah tawa seorang teman. Perasaannya tidak terbalas, dan itu membuatnya merasa sedih.
Sama halnya dengan Theodore. Ia selalu berharap Y/N akan memandangnya lebih dari sekadar teman. Ia berharap Y/N bisa merasakan perasaannya, tapi Y/N tidak pernah menyadarinya. Ia hanya melihat Theodore sebagai sosok yang pendiam, yang seolah-olah mengerti dirinya tanpa perlu berkata-kata.
Meskipun cinta mereka tidak terbalas, George dan Theodore tidak pernah membenci Y/N. Mereka hanya sedih karena perasaan mereka tidak dihargai atau diakui oleh Y/N. Mereka tetap menjadi teman Y/N, karena mereka tahu bahwa Y/N adalah satu-satunya orang yang membuat hidup mereka lebih cerah. Mereka tidak pernah berani mengungkapkan perasaan mereka, takut akan merusak persahabatan mereka.