"Udah biarin gitu chel... "
Ucap zara, melihat mesin otomatis itu berjalan dengan baik ia mengajak rekanya untuk beristirahat di tempat yang lebih teduh
"Ngga ditungguin...? " Tanya chelsie memastikan
"Dipantau dari sini aja... Udah bagus kerjanya"
"Kamu pusing ra? " Melihat zara kelelahan, hari ini matahari sungguh bersemangat memancarkan sinarnya
"Ngga biasa aja... Panas aja chel... Kamu ngga panas? "
"Ya panas lah..."
"Wajah nya kayak pucet gitu... "
"Semua orang kalo habis sakit emang gini"
"Makannya jangan dipaksain dulu" Ujar chelsie mengingatkan
"Yang kerja mesin bukan kita"
"Kan kita mikir gimana mesin itu bisa jalan... Capek tau.. "
"Makannya istirahat, ngga usah banyak ngomong"
"Arraso... "
________________________________________
"Di telfon farid... Ngga diangkat?" Menghampiri zara yang kembali dengan teknologi yang ia gunakan untuk mengendalikan mesin
"Males... Paling nyuruh makan"
"Dari tadi belum jadi makan" Tanya chelsie, "Heh... Ra... Udah siang ini ngga makan dulu"
"Nanti aja sekalian sore"
"Nanggung ini mesinnya, sekalian satu putaran lagi biar bisa dipakai tanah nya besok" Tambah zara
"Emang ya... DiRS aja ngingetin pasienya jangan lupa makan yang teratur, ngga tau nya... "
"Biar ngga bolak-balik chel... Males tau ngga"
"Digantiin siapa gitu kan bisa"
"Ngga usah, ini sekalian aja... Mantau kayak gini cuma hari ini kok, besok udah bisa dipantau lewat aplikasi"
"System nya tadi udah beres kan"
"Yang mana...? "
"Yang ditambahkan tadi"
"Udah... "
"Beneran"
"Iya bos... "
"Harus nya kalo udah bisa, ngga bakal stuck didaerah situ" Menunjukan daerah yang dilaluin mesin dengan medan yang sedikit sulit"
"Harus nya gitu, kalo ngga gimana"
"Diriset lagi lah... Di coba lagi"
Beberapa menit kemudian salah seorang reakan mereka datang karena tempat penelitian itu melewati tempat kendali mesin
"Ra... "Panggil nya dari kejauhan
" Hoy... Udah selesai? "
"Masih nunggu lagi"
"Oke lah... Maap tadi malem ngga ikut"
"Santai ra... Dokter juga manusia, tetep bisa sakit"
"Lihat grub ngga"
"Kenapa" Tanya zara yang sedari tadi tak mempedulikan handphone nya
"Farid kan.. " Jawab chelsie
"Marah-marah mulu"
"Kenapa memangnya"
"Biasa... Nyuruh makan, karena ngga pada makan... Makanya kemarin beli obat asam lambung lumayan banyak"
"Emang iya... Kok ngga tau"
"Udah makan kalian... "
"Belum, masih males" Ucap zara ringan
"Sama juga... Tapi kalo asam lambung nya naik ngga enak juga rasanya"
"Makannya makan, kasian ketua kita kawatir" Celsie mengigatkan
"Ada-ada lu chel.. " Ujar zara sambil sedikit tertawa
"Tapi bener juga... Ya udah lanjutin aja ngga usah mampir kesini, ini udah mau selesai kok nanti juga nyusul kesana, bilangin farid ngga usah marah-marah...aneh denger nya"
Setelah berbincang-bincang sambil sedikit memantau mesin yang masih bekerja menerjang teriknya matahari
"Ra.. "
"Hm...Kenapa "
"Kayak nya System yang ditambahkan belum bener-bener masuk"
"Nge stuck lagi? "
"Kayaknya iya dilihat dari sini, ngga bergerak dari tadi"
"Kamu tungguin sini chel... Nanti kamu handle programingnya tak kabar i pakai HT"
"Mau kemana..? "
"Mau kesana bentar lihat keadaan mesinya"
"Ini beneran aku ayang handle"
"Iya... Tenang aja, nanti tak kasih tau"
"Oke... Hati-hati ra"
________________________________________
Merekapun berpisah sedikit jauh... Berhubung lahan pertanian itu cukup luas, meskipun begitu signyal mereka tetap berhubung dengan baik
"Cek cek... " Membunyikan radio genggam itu
"Signyal diterima "
"Jelas gak.. "
"Jelas ra..cuma karena anginya agak kenceng jadi agak kabur"
"Oke.. "
"Gimana disana"
"Diatur ulang aja system nya coba, lumayan susah dilewati disini"
"Bentar ya.. "
Beberapa menit menunggu...
"Gimana ra.. "
"Belum bisa... Coba matiin aja mesinya"
"Mau digimanain mesinya"
"Nyoba manual"
"Eh jangan ra... Berat weh mesinya"
"Bisa-bisa... Ini aku yang buat mesinya"
"Tapikan berat ra nanti kalo... "
Belum selesai chelsie mengomel zara mencoba mendororng mesin itu secara manual dengan tenaganya... Sebenarnya tidak terlalu berat hanya saja medan yang dilalui cukup sulit
"Ra... Jangan weh... "
Beberapa derik dari itu..
*brak... Suara yang cukup keras terdengar
"Zara..! Ra..., woi ra.. Kenapa woi"
"Chel..." Dengan suara yang sedikit tidak jelas
"Ra.. Kenapa ra..! "
"Mesinya mau roboh ketanah tapi ini tak tahan"
"Maksudya.. Ngga usah ditahan... "
"Kalo ngga ditahan kena perut chel... "
"Heh ra.. Maksudnya...tahan bentar ra..!
" Telfon siapa gitu... Kalo cuma berdua ngga kuat ngangkatnya"
________________________________________
"Revan!!!... Lu dimana"
"Heh apaan sih.. Salam dulu kek..terik-teriak mulu"
"Buruan balik kesini zara van!!.. Zara!!.. "
"Zara kenapa... "
"Mesinya ngga jalan trus dia kesana nyoba manual gara-gara medanya sulit mesinya mau roboh ketanah, ditahan sama zara... Kalo ngga ditahan kena perut nya.. Ini gimana!!! "
Mendengar itu tanpa memedulikan telfonya yang masih menyala ia berlari, kembali ketempat ia menemui zara dan chelsie
"Van... Ini harus gimana!! "
________________________________________
"Rid... Lu dimana.." Sambil berlari ia mencoba menelfon farid mencari bantuan tambahan, ia tahu mesin itu tidak ringan, tidak mungkin juga hanya ia dan chelsie yang akan mengangkat mesin walaupun ukuranya tidak terlalu besar
"Kenapa, ngomong yang jelas"
"Buruan kesini ketempat zara... Bawa alat penyelamatan sama p3k buruan!! "
"Kenapa.."
"Zara kejepit mesin!! Buruan kesini!! Ngga usah banyak tanya!!.. "
"Ha!! "
....
Rupanya tak hanya revan dan chelsie, semua yang dikabari dengan kejadian yang tiba-tiba itu tak ada satupun yang bisa mengendalikan diri, mereka kebingungan walaupun tetap tersadar untuk segera ketempat kejadian dengan persiapan alat yang telah dirancang untuk hal yang seperti ini.
________________________________________
"Zara!!.. Lu gila ya!!.." teriak chelsie yang telah meneteskan air mata nya mencoba secepat mungkin menahan mesin itu
Revan dan chelsie datang hampir bersamaan, itu mungkin kareana revan berlari lebih cepat ketempat itu
"bantuin tahan bentar...berat"
"Kamu ngga bisa pindah agak geser dikit ra..? "Ucap revan mencari cara, agar mesin itu tidak mengenai tubuh zara
"Ngga bisa rid susah... Berat mesinya"
"Tahan bentar ra... Please...aku udah telfon farid, oke... "
"Tapi tangan ku sakit banget rev..."
"Tahan bentar ra... "
Meskipun terlihat kecil mesin tetaplah berat walaupun masih bisa ditahan... Selama apapun itu, tetap saja mengenai tubuh zara terutama bagian perutnya
________________________________________
"Tahan bentar..." Teriak farid kepada daniel yang membawa alat untuk mengangkat mesin itu
"Satu dua... Angkat niel!!"
Mesin itu terangkat, memberikan ruang untuk zara bergerak farid pun sedikit menggeser tubuh zara dan segera membawa zara ketempat yang lebih aman.
"Lu gila sih ra... Ngga usah gini juga kali" Ucap farid kepada zara mata nya sedikit berair benar-benar mengkhawatirkan rekanya itu
Zara pun hanya sedikit tersenyum...tubuh nya sangat lemas, Kepala nya sangat pusing, dan pengelihatanya sedikit kabur. Ia memilih untuk memejamkan matanya
________________________________________
"Ra... Jangan pingsan ra" Farid pun sedikit menggoyangkan tubuh zara melihat ia memejamkan matanya nya cukup lama, mereka telah tiba ditepi lahan pertanian dan kendali mesin otomatis itu, beberapa dari meraka masih berada di tempat kejadian
"Aku pusing rid" Keluh zara kepada farid tanpa membuka matanya sedikit pun , mendengar itu farid pun segera memberi pertolongan pertama dengan alat seadanya.
"Ngurus luka nya dirumah aja, jangan disini"
"Tapi ra... Ini darahnya banyak yang keluar"
"Dirumah aja rid... Please.. " Pinta zara, bukan tak ingin ditangani hanya saja ia ingin segera pulang disebuah rumah yang digunakan untuk tempat istirahat mereka
"Tahan bentar ya... Kamu harus tetap sadar, Jangan pingsan ra"
"Iya.. "
"Kalo tiba-tiba sakit banget bilang oke... "
"He em.. "
Sampai di tempat singgah mereka, sebuah rumah yang cukup besar, diberikan secara sukarela oleh para masyarakat untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya, juga sebagai imbalan atas banyak bantuan dari mereka.
"Pelan-pelan turuninnya" Perintah farid kepada revan yang membawa zara dari mobil sampai dikamar, sedangkan yang memerintah itu telah siap dengan alat medisnya
Beberapa dari meraka adalah tenaga medis yang cukup profesional di rumah sakit universitas masing-masing, beberapa dari mereka juga menjadi dokter subspesialis yang akan segera menjadi profesor.
sedangkan zara, farid dan daniel adalah mentor di atas tingkatan profesor, sehingga mereka yang bertanggung jawab penuh dengan kesehatan anggota peneliti itu
Melihat kondisi lukanya yang tidak baik-baik saja farid dan daniel pun segera memberikan pemeriksaan dasar.
"Kayaknya di bawa keRS aja rid.. " Ucap daniel melihat beberapa hasil pemeriksaan yang tidak bagus
"Kita telfon dokter yang ada diklinik itu atau gimana, biar cepet prosesnya"
"Ngga usah ke RS" Ucap zara dengan suara seraknya, sedikit anestesi lokal itu tak seberapa pengaruh dengan rasa sakit yang ia rasakan.
"Ra... Kita disini bukan lagi di IGD Rumah sakit.. Tidak ada CT scan, MRI, CPR.. Kita ngga punya alat itu, keklinik pun juga ngga ada"
"Panggil ambulan aja... Jelaskan keadaannya" Ujar farid memerintah daniel
"Rid... Ngga usah.. " Sambil memegang lengan farid
"Please dengerin kita ra... Lukanya cukup dalem darahnya banyak keluar, tekanan darah dan saturasi mu turun pelan-pelan, itu menurut penilaian yang bisa dilihat dengan mata... Belum dicek pakai alat"
"Itu baru disekitar abdomen, belum yang lainya yang memar... Kita ngga akan tau kalo ngga ke RS"
"Kita juga ngga akan tau nanti nya gimana, makin baik atau sebaliknya, disini kalau mau melakukan tindakan kurang steril tempatnya, jadi tolong pahami kita ra... "
"Sakit banget rid... "
"Tahan sebentar...anestesi nya pelan-pelan ngga bisa langsung banyak"
Sedangkan Chelsie yang sedari tadi mengetahui kejadian dari awal sampai akhir dan tidak faham dengan dunia medis hanya bisa terdiam disamping zara dengan air matanya yang tak pernah reda sedikit pun.
"Ra..." Ucap chelsie sambil memegang i tangan zara yang sedikit dingin, mungkin karena shock trauma
"Besok jangan sampai kayak gini ya chel, biar gue aja yang kayak gini"
"Ra... " Air mataanya kembali mengalir tak bisa dibendung sedikit pun
"Gimana niel..? "
"Bentar lagi sampai ambulannya, tadi juga sudah laporan keadaan terkait"
"Oke.. Terima kasih, kayaknya kamu disini aja niel jaga-jaga yang lainnya, biar zara sama saya"
"Beneran.. "
"Iya... "
"Gue ikut rid.. " Pinta chelsie kepada farid
"Chel... Kamu istirahat dulu disini, kamu pasti kaget juga, nanti kalo udah enakan kamu nyusul ke RS ngga papa, bialang ke daniel kalo ada apa-apa"
"Ada luka ngga kamu" Tambah farid, bertanya kepada chelsie
"Ngga ada..." Sambil menggelengkan Kepala
"Niel, nanti coba diperiksa ya.. "
"Sekarang aja chel...ada yang sakit ngga"
"Engga"
Sedari tadi sebenarnya farid tak hanya fokus kepada zara, namun ia juga mengamati chelsie dari kejauhan
"Tangan kanan nya niel... Kamu kompres air anget, kalo ada dislok yang serius telfon saya"
"Oke.."
"Aku ngga papa rid... "
"Udah.. Nurut aja sama daniel, ngga sakit kok.. "
________________________________________